BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari
manusia, sudah lama tertarik dengan konsep cinta (misalnya Eric Fromm dan
Maslow) karena manusia satu-satunya makhluk yang konon dapat merasakan cinta.
Hanya saja masalahnya, sebagai sebuah konsep, cinta sedemikian abstraknya
sehingga sulit untuk didekati secara ilmiah. Dalam tulisan ini, saya memilih
teori seorang psikolog, Robert Sternberg, yang telah berusaha untuk menjabarkan
cinta dalam konteks hubungan antara dua orang.
Cinta di kategorikan sebagai hal yang sangat lumrah. Sehingga dia
membutuhkan proses pencapaian pada titik terakhir. Dalam hal ini adalah
perkawinan. Pada nantinya akan membentuk suatu hubungan yang harmonis diantara
kedua pasangan dan bagi keluarga masing-masing individu.
1.2
Tujuan
Adapun tujuan yang hendak di
capai dalam pembahasan makalah ini adalah :
a.
Mengetahui pengertian dari cinta dan perkawinan
b.
Faktor penyebab
seseorang mencintai orang lain
c.
Tiga aspek cinta
d.
Cinta dalam
sebuah perkawinan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Cinta dan Perkawinan
Menurut Sternberg,
cinta adalah sebuah kisah, kisah yang ditulis oleh setiap orang. Kisah
tersebut merefleksikan kepribadian, minat dan perasaan seseorang terhadap suatu
hubungan. Ada kisah tentang perang memperebutkan kekuasaan, misteri, permainan
dan sebagainya. Kisah pada setiap orang berasal dari “skenario” yang sudah
dikenalnya, apakah dari orang tua, pengalaman, cerita dan sebagainya. Kisah ini
biasanya mempengaruhi orang bagaimana ia bersikap dan bertindak dalam sebuah
hubungan.
Sternberg terkenal
dengan teorinya tentang segitiga cinta. Segitiga cinta itu mengandung komponen:
(1) keintiman (intimacy), (2) gairah (passion) dan (3) komitmen.
Keintiman adalah
elemen emosi, yang di dalamnya terdapat kehangatan, kepercayaan (trust) dan
keinginan untuk membina hubungan. Ciri-cirinya antara lain seseorang akan
merasa dekat dengan seseorang, senang bercakap-cakap dengannya sampai waktu
yang lama, merasa rindu bila lama tidak bertemu, dan ada keinginan untuk
bergandengan tangan atau saling merangkul bahu.
Gairah adalah elemen
motivasional yang didasari oleh dorongan dari dalam diri yang bersifat seksual.
Gairah merupakan elemen fisiologis yang menyebabkan seseorang ingin dekat
secara fisik, merasakan dan menikmati sentuhan fisik, ataupun melakukan hubungan
seksual dengan pasangan hidupnya.
Komitmen adalah
elemen kognitif, berupa keputusan untuk secara sinambung dan tetap menjalankan
suatu kehidupan bersama. Komitmen yang sejati adalah komitmen yang berasal dari
dalam diri, yang tidak akan luntur walaupun menghadapi berbagai rintangan dan
ujian yang berat dalam perjalanan kehidupan cintanya. Adanya rintangan dan
godaan justru menjadi pemicu bagi masing-masing individu untuk membuktikan
ketulusan cintanya. Komitmen akan terlihat dengan adanya upaya-upaya tindakan
cinta (love behavior) yang cenderung meningkatkan rasa percaya, rasa diterima,
merasa berharga dan merasa dicintai. Dengan demikian, komitmen akan mempererat
dan melanggengkan kehidupan cinta sampai akhir hayat. Kematianlah yang
memisahkan hubungan cinta tersebut.
2.2 Faktor penyebab seseorang mencintai orang lain
Para ahli
psikologi,khususnya para ahli psikologi social,melakukan kajian tentang cinta
terkait dengan perilaku menyukai atau tertaerik orang lain dalam konteks upaya
menjalin hubungan di antara dua pribadi.dalam hal ini seseorang mencintai orang
lain karena dalam proses interaksi di antara dua pribadi dimulai dari seseorang
memiliki ketertarikan dengan orang lain.pengetahuan psikologi social tentang
kemenarikan interpersenol dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kemenarikan
interpersonal secara lebih dan pada kesempatan berikutnya itu dapt meningkatkan
kualitas hidup ( Yela,2004)
Dalam konteks
ini,seseorang menyukai atau tertarik dengan orang lain untuk menjalin hubungan
khusus dengan orang lain itu disebabkan oleh beberapa faktor:
2.2.1 Kedekatan
Para ahli sosiologi
menyimpulkan bahwa banyak orang berhubungan atau menikah dengan pasangannya
karena mereka bertemu di sekitar wilayah hidupnya.dalam hal ini,orang tertarik
dengan orang lain karena secara frekuensi mereka banyak berinteraksi dengan
orang lain dalam wilayah hidup yang sama.contoh orang tertarik dengan orang
lain dan kemudian menjalin hubungan interpersonal khusus dengan orang lain
tersebut dapat dicontohkan dengan orang-orang yang menjadi pasangan suami dan
istri karena mereka hidup dalam
kompleks perumahan
yang sama,mereka kuliah pada jurusan yang sama,dan mereka beraktivitas dalam
organisasi yang sama.
2.2.2 Kemenarikan
Fisik
Kemenarikan fisik
dapat menjadi factor penentu seseorang mencintai orang lain dan kemudian
menjalin suatu hubungan cinta. hal ini terutama terjadi pada pria.banyak pria
tertarik pada wanita karena penampilan fisik yang menarik,sedangkan wanita
lebih tertarik pada pria karena penampilan kepribadiannya.ini terbukti dengan
banyak fakta menunjukankan bahwa wanita cantik lebih mudah memeperolah teman
kencan ketimbang pria yang berwajah tampan.selain penjelasan itu,pemilihan
pasangan berdasarkan cirri-ciri fisik juga terkait dengan prinsip keseimbangan
diantara kedua belah pihak dan stereontip tentang penampilan menarik seseorang
yang ada dalam masyarakat.
Dalam kaitan dengan konsep stereotip,
seseorang dianggap cantik atau ganteng lebih karena masyarakat memiliki
gambaran umum tentang ideal cantik dan ganteng dalam satu periode waktu
tertentu dan untuk keleompok masyarakat tertentu.misalkanya,streotip wanita
cantik pada periode 2000-an dalam gambaran masyarakat Indonesia adalah
perempuan yang berkulit putih,rambut sebahu,dan tubuh langsing.fenomena stetreotip
wanita cantik 2000-an ini dapat ditemui dalam pembicaraan sehari-hari di
kalangan public dan media massa ( televisi. dan majalah)
2.2.3 Kesamaan dan kebutuhan
saling melengkapi
Seseorang menyukai
atau mencintai orang lain bisa karena ia memiliki kesamaan atau
keserupaan dengan orang lain.banyak pasangan yang memiliki kesamaan dalam
nilai,keyakinan,sikap,dan perilaku,lebih memiliki kesempatan untuk menjalani
hidup perkawinan yang bahagia.
Namun dalam
kasus-kasus lain, kita juga banyak menjumpsi orang mencintai dan menjalin
hubungan dengan orang lain yang memiliki banyak perbedaan dibanding
dirinya.fenomena ini dapat dijelaskan dari sudut pandang teori
komplementer.seseorang tertarik dengan orang lain yang banyak memiliki
perbedaan disbanding dirinya karena karena ia merasa bahwa orang lain itu
memiliki kelebihan yang dapat melengkapi kekurangan pada dirinya.contoh: pria
yang introvert memilih untuk menikah dengan wanita yang ekstrovert atau pria
yang tubuhnya tidak terlalu tinggi akan memiliki wanita dengan tinggi tubuh
yang cukup tinggi untuk mrenjadi pasangan hidupnya.
Seseorang mencintai
orang lain yang mencintain dirinya karena apabila seseorang dicintai oleh orang
lain maka terdapat semacam proses psikologis dimana seseorang merasa dirinya
mendapat hadian (ganjaran) karena memperoleh cinta itu.ini sesuai dengan teori
kebutuhan Abraham maslow yang menyatakan bahwa manusia perlu atau ingin
dicintai dan mencintai.apabila seseorang dicintai oleh orang lain maka
seseorang akan merasa dihargai,terjadi peningkatan penilaian diri,merasa
dirinya menarik ,dan merasa memperoleh penerimaan social.
2.2.4 Keuntungan yang
diperoleh dari suatu hubungan
Berdasarkan pada
teori pertukaran social yang mengacu pada hubungan yang bersifat timbale-balik
maka orang akan mencintai orang lain karana orang lain itu memeberikan banyak
keuntungan yang signifikan keoada dirinya.keuntungan itu dapat bersifat
fisik.psikologis,material,dan sprotual.apabila matriks keuntungna timbla balik
menjadi tidak seimbang maka ada kecenderungan suatu hubungan interpersonal
mengalami kerengggangan dan akhirnya berhenti.dalam kehidupan
sehari-hari,banyak laki-laki memilih wanita cantik sebagai pasangannya
karena merasa mendapat keuntungan berupa kebanggaan dapat bersama wanita
cantik.di lain pihak wanita cantik lebih memilih laki-laki yang memiliki status
social ekonomi lebih tinggi karena banyak alas an yang menguntungkan dirinya
secara social dan ekonomi.
2.3
Tiga Aspek Cinta
a.
Keintiman
Keintiman adalah
suatu konsep yang mengacu pada persaan kedekatan atau persaan keterhubungan di
antara dua orang.perasaan-perasaan itu seperti fenomena seseorang memikirkan
kesejahteraan orang lain,pemahanman timbale balik dengan orang lain,dan
kemampuan berbagi (sharing) dengan orang lain.dalam keintiman,orang yang
melakukan interaksi social pada siatu hubungan cinta menjadi saling memahami di
antara kedua belah pihak dan terdapat fenomena kehangatan afeksi diantar kedua
belah pihak ( Baumgardner & Clothers,2010).
b.
Kegairahan, adalah sumber
pembangkitan (arousal) yang mengacu pada keterbangkitan fungsi emosi dan fungsi
biologis yang kuat.
c.
Komitmen
Komitmen adalah
suatu konstuk psikologis yang berhubungna dengan keputusan tentang keterikatan
seseorang dengan orang lain dalm suatu hubungan.komitmen adalah keputusan
rasional untuk berada dalam suatu hubungna dengan orang lain dalm jangka waktu
tertentu.fenome komitmen dapat dilihat pada persaan mengagungkan suatu hubungna
dan memiliki keinginan melaksanakan upaya-upaya pemeliharaan suatu hubungna
(Baumgardner & Clothers,2010)komitmen dapat dibagi menjadiu dua,yaitu
komitmen jangka pendek dan komitmen jangka panjang.pengertian komotmen jangka
pendek terjadi apabila seseorang membuat keputusan bahwa ia mencintai orang
lain.komitmen jangka panjang terjadi apabila seseorang membuat keputusan untuk
memelihara cinta kepada orang itu.
2.4 Cinta dalam Sebuah Perkawinan
Umumnya apabila
orang menjalin hubungan cinta maka hubungan itu kemudian bermuara pada sebiah
komitmen menuju perkawinan.Bamister dan Leary menjelaskan bahwa manusia
memiliki “ kebutuhan dasar untuk memiliki” dapat diwujudkan melalui kehidupan
perkawinan.”kebutuhan dasar untuk memiliki”dalam kehidupan perkawinan terwujud
dalam hubungan yang stabil di antara suami dan istri.
Pemenuhan kebutuhan
dasra dalam sebuah kehidupan perkawinan tersebut kemudian memicu terbentuknya
kebahagiaan dalam diri seseorang. Hal itu terjado karena dalam kehidupan
perkawiana terdapat potensi memberikan kehadiran eksistensi
pertemanan(friendship),keintiman,cinta,afeksi,dan dukungan social pada saat
seseorang mengalami situasi krisis.selain itu,perkawinan juga memnberi
kesempatan kepada seseorang untuk mengalami perkrmbangan personal (personal
growh) dan perkembangan potensi baru.
mampu meningkatka penghargaan
diri ( self esteem) dan kepuasaan diri (dalam Baumgardner & Clothers,2010).
Perkawinan yang
berhasil merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan seseorang.Baumgardner
dan clothers (2010) menjelaskan bahwa keberhasilan perkawinan merupakan salah
satu penyumbang penting bagi terjadinya penguatan kesehatan individu dan
kebahagiaan individu.
Fakta menunjukan
bahwa gejala perceraian dalam budaya barat maupun di Indonesia terus mengalami
peningkatan. Tanpa mengabaikan perspektif gender,salah satu sebab perceraian
itu disebabkan karena semakin banyaknya wanita bekerja.semakin banyak wanita
bekerja semakin besar kemungkinan terjadinya perceraian (Myers,2002).fakta lain
menunjukan bahwa dalam budaya individualistic tingkat percerian lebih tinggi
disbanding dalam budaya kolektivistik.
Penelitian psikologi
positif tentang perkawinan yang berbahagia oleh Lauer dan Lauer tahun
1985(dalam Baumgardner dan Clothers,2010) terhadapa pasngan yang telah menikah
15 tahun atau lebih menunjukan bahwa pertemenan(friendship) dan komitmen
merupakn factor utama terjadinya perkawinan yang bahagia.dalam hal
ini,pertemanan sangat erat dan mendalam menjadi alas an utama pasngan suami dan
istri untuk tetatp hidup dalam ikat perkawinan.dalam penelitian ini pasangan
suami dan istri yang berbahagia tersebut memberikan penjelasan bahwa pasangan
mereka adalah teman terbaik bagi mereka.
Pangan perkawinan
yang berbahagia memiliki pendapat bahwa komitmen yang kuat dan berjangka waktu
lama merupakan fundamen yang bagus untuk melestarian sebuah perkawinan yang
berbahagia memecahkan maslah perkawinan mereka secara baik dan berkelanjutan.
Selain factor
pertemanan dan factor komitmen, factor humor juga memiliki kontribusi yang kuat
bagi terciptanya perkawinan yang berbahagia. dalam kehidupan perkawianan
kenikmatan perkawinan dapat diperoleh melaui tertawa bersama sebagai
konsekuensi dari tindakan humor. berdasarkan pada rasional semacam ini,tidak
heran banyak orang menseleksi orang lain sebagai calon pasangan terkait dengan
kualitas perasaan humor yang dimiliki oleh seseorang.
Selain itu, humor
juga mampu mendetoksi atau menetralkan konflik anatara suami dan istri dan
sekaligus menyembuhkan stress akibat konflik dalam suatu hubungan
perkawinan.lebih lanjut,humor juga membuat suami dan istri untuk saling berbagi
(sharing) hal-hal yang sangat personal dalam diri mereka.dal hal ini tertawa
menggambarkan reaksi emosional alamiah mak orang akan mengalami kesulitan untuk
mencoba mengelabui orang lain pada saat tertawa.perilaku tertawa yang bersifat alamiah
adalah ekspresi jujur darp persaan sebenarnya dalam diri seseorang.(Baumgardner
&clothers,2010)
Terkait dengan
fenomena humor dalam sebuah perkawinan,ternyata kesamaan juga berlaku terkait
dengan humor yang ada di antara suami dan istri.kesamaan dalam selera humor
dapat diafirmasi sebagai basis bagi daya tarik awal dari orang lain yang
berinteraksi dengan seseorang.oraang meresa bahwa apabila ia mampu berbagi
humor dengan orang – orang tertentu maka ia juga merasa mampu berbagi
nilai,keyakinan,dan kualitas yang lain dengan orang-orang tertentu itu.hai ini
juga dapat terjadi dalam hubungan suami dan istri pada sebuah perkawinan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Cinta merupakan
kekuatan yang mampu menarik dua orang dalam satu ikatan yang tidak terpisahkan,
yang dinamakan perkawinan. Dengan kata lain, perkawinan akan kuat ketika
dilandasi oleh cinta. Hatfield (dalam Lubis, 2002) menyatakan bahwa ada dua
macam cinta diantara pasangan dalam perkawinan, yaitu passionate love dan
companiate love. Pemenuhan kebutuhan dasra dalam sebuah
kehidupan perkawinan tersebut kemudian memicu terbentuknya kebahagiaan dalam
diri seseorang. Hal itu terjado karena dalam kehidupan perkawiana terdapat
potensi memberikan kehadiran eksistensi pertemanan(friendship),keintiman,cinta,afeksi,dan
dukungan social pada saat seseorang mengalami situasi krisis.selain
itu,perkawinan juga memnberi kesempatan kepada seseorang untuk mengalami
perkrmbangan personal (personal growh) dan perkembangan potensi baru mampu
meningkatka penghargaan diri ( self esteem) dan kepuasaan diri (dalam
Baumgardner & Clothers,2010).
3.2 Saran
Mencari pasangan bukanlah hal yang mudah. Perihal
harus mempertimbangkan berbagagai macam hal. Tetaplah Cinta dan perkawinan
haruslah sama-sama menjadi tolok ukur dalam menentukan pilihan dan terjalin
hubungan yang harmonis.Mencari pasangan bukanlah hal yang mudah. Perihal harus
mempertimbangkan berbagagai macam hal. Cinta dan perkawinan haruslah sama-sama
menjadi tolok ukur dalam menentukan pilihan dan terjalin hubungan yang
harmonis. Tetaplah berdoa, berusaha, dan berkaca.
DAFTAR PUSTAKA
Lubis, Yati Utoyo. 2002. Aspek psikologis dari poligami: Telaah
kasuistik. Makalah Seminar.
Papalia; Olds & Feldman. 1998. Human
development (7th ed.). Boston: McGraw Hill
Santrock, J.W. 2002. A Topical approach to life-span development.
Boston: McGraw Hill.
Waite, L.J. & Gallagher, M. 2003. Selamat menempuh hidup baru: Manfaat
perkawinan dari segi kesehatan, psikologi, seksual, dan keuangan.
Diterjemahkan oleh: Eva Yulia Nukman. Bandung:
Mizan Media Utama.
0 komentar:
Posting Komentar