BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Belajar adalah suatu
proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan
atau pengalaman. Belajar merupakan suatu hal yang paling vital dalam setiap
usaha penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, sehingga tanpa proses
belajar takkan pernah ada pendidikan. Proses belajar itu terjadi secara
internal dan bersifat pribadi dalam diri peserta didik. Belajar dan
pembelajaran berhubungan sangat erat karena pembelajaran merupakan suatu proses
yang digunakan dalam pendidikan. Belajar dan pembelajaran juga terjadi secara
bersama-sama dan beriringan. Pembelajaran merupakan suatu aktifitas yang dengan
sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan pada tercapainya
suatu tujuan yaitu tercapainya tujuan pendidikan.
Sebagai
calon pendidik kelak yang tidak hanya difungsikan sebagai staff pengajar,
tetapi juga sebagai orang tua kedua bagi peserta didik di lingkungan sekolah,
diharapkan dapat memahami kondisi kejiwaan dan memahami karakteristik dari
peserta didiknya. Hal ini dapat meliputi pemahaman tentang sikap, sifat,
temperament dan watak peserta didik.
Oleh
karena itu, calon pendidik seyogia memiliki pemahaman yang memadai tentang
kondisi kejiwaan dan karakteristik peserta didik agar mampu dapat melangsungkan
proses pembelajaran secara kondusif serta memiliki pemahaman tentang
pengaruhnya terhadap proses pembelajaran terhadapa peserta didik.
2.
Tujuan
Adapun tujuan pembuatan
makalah ini yaitu untuk memberikan pemahaman tentang sikap, sifat, temperamen
dan watak yang ada pada peserta didik yang dapat memberikan pengaruh terhadap
proses pembelajaran, sehingga dapat melangsungkan proses pembelajaran itu
sesuai dengan kondisi peserta didik.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
2.1.1Sikap
Di dalam pergaulan sehari-hari
kata “sikap” sering kali digunakan dalam arti yang salah atau kurang
tepat. Sikap atau yang dalam bahasa
inggris disebut attitude adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang.
Suatu kecendrungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu
perangsang atau situasi yang dihadapi. Bagaimana reaksi seseorang jika ia
terkena sesuatu rangsangan baik mengenai orang, benda-benda, ataupun
situasi-situasi yang mengenai dirinya.
Sikap dapat didefinisikan dengan berbagai cara dan setiap definisi itu
berbeda. Menurut Sarnoff (dalam Sarwono, 2000)
mengidentifikasikan sikap sebagai kesediaan untuk bereaksi (disposition to
react) secara positif (ravorably) atau secara negatif (untavorably)
terhadap obyek - obyek tertentu. La Pierre (dalam Azwar, 2003) mendefinisikan
sikap sebagai suatu pola perilaku , tendensi atau kesiapan antisipatif,
predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara
sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah
terkondisikan. Sedangkan menuryt Soetarno (1994), sikap adalah pandangan atau
perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek tertentu.
Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu artinya tidak ada sikap tanpa obyek.
Sikap diarahkan kepada benda-benda, orang, peritiwa, pandangan, lembaga, norma
dan lain-lain.
Jalaluddin Rakhmat ( 1992 : 39 ) mengemukakan lima pengertian sikap, yaitu:
1. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide,
situasi, atau nilai. Sikap bukan
perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan
cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang,
tempat, gagasan atau situasi, atau kelompok.
2. Sikap
mempunyai daya penolong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu,
tetapi juga menentukan apakah orang harus pro
atau kontra terhadap sesuatu; menentukan apa yang disukai, diharapkan, dan diinginkan, mengesampingkan apa
yang tidak diinginkan, apa yang
harus dihindari.
3. Sikap lebih
menetap. Berbagai studi menunjukkan sikap politik
kelompok cenderung dipertahankan dan jarang mengalami pembahan.
4. Sikap mengandung aspek evaluatif: artinya mengandung
nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan.
5. Sikap timbul dari pengalaman: tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar. Karena itu
sikap dapat diperteguh atau diubah.
Dari beberapa pengertian di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang
menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan
tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan
sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang
sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.
2.1. 2 Sifat
Kata “sifat” (traits)
dalam istilah psikologi, berarti ciri-ciri tingkah laku yang tetap (hampir
tetap) pada seseorang. Untuk mengetahui sifat-sifat seseorang yang sebenarnya,
memerlukan waktu dan proses pergaulan yang lama, disamping pengetahuan
psikologi sebagai dasarnya. Tergesa-gesa menentukan sifat tertentu pada
seseorang adalah suatu perbuatan yang ceroboh dan sering kali menimbulkan salah
terka.
Secara sederhana, sifat
merupakan ciri-ciri tingkah laku atau perbuatan yang banyak dipengaruhi oleh
faktor-faktor dari dalam diri seperti pembawaan, minat, konstitusi tubuh, dan
cenderung bersifat tetap/stabil.
2.1.3 Temperament
Menurut Allport: “Temperamen
adalah gejala karakteristik daripada sifat emosi individu, termasuk juga
mudah-tidaknya terkena rangsangan emosi, kekuatan serta kecepatannya
bereaksi, kualitas kekuatan suasana hatinya, segala cara
daripada fluktuasi dan intensitas suasana hati. Gejala ini bergantung pada
faktor konstitusional, dan karenanya terutama berasal dari keturunan.”
Menurut G. Ewald: “Temperamen adalah konstitusi psikis yang
berhubungan dengan konstitusi jasmani.” Tempramen
adalah sifat-sifat jiwa yang sangat erat hubungannya dengan konstitusi tubuh.
Yang dimaksud konstitusi tubuh disini ialah keadaan jasmani seseorang yang
terlihat dalam hal-hal yang khas baginya, seperti keadaan darah, pekerjaan
kelenjar, pencernaan, pusat saraf, dan lain-lain.
Temperamen lebih
merupakan pembawaan dan sangat dipengaruhi/ tergantung pada konstitusi tubuh.
Oleh karena itu temperamen sukar diubah atau didik; tidak dapat dipengaruhi
oleh kemauan atau kata hati orang yang bersangkutan. Contohnya si A memiliki
kemampuan melawak yang sangat dikagumi, karena ia memiliki tipe tubuh dan raut
muka yang sedemikian rupa, sehingga baru saja melihat mimiknya orang sudah
ingin tertawa.
2.1.4 Watak
Watak adalah struktur batin manusia yang tampak pada
kelakuan dan perbuatannya, yang tertentu dan tetap. Ia merupakan ciri khas dari
pribadi orang yang bersangkutan. Allport
beranggapan bahwa watak (character) dan kepribadian (personality)
adalah satu dan sama, akan tetapi, dipandang dari segi yang berlainan.
Kalau orang hendak mengadakan penilaian (jadi mengenakan norma), maka
lebih tepat dipakai istilah “watak”; tapi kalau bermaksud menggambarkan
bagaimana adanya (jadi tidak melakukan penilaian) lebih tepat dipakai
istilah “kepribadian.”
I.R.
Pedjawijatna mengemukakan: watak atau karakter ialah seluruh aku yang ternyata
dalam tindakannya (insani, jadi dengan pilihan) terlibat dalam situasi, jadi memang dibawah pengaruh dari
pihak bakat, temperamen, keadaan tubuh, dan lain sebagainya. Selanjutnya ia
mengatakan, bahwa watak itu dapat dipengaruhi dan dididik, tetappi pendikan
watak itu tetap merupakan pendidikan yang amat individual dan tergantung kepada
kehendak bebas dari orang yang dididiknya.
Kerchensteiner
mengemukakan sebagai berikut: “watak ialah keadaan jiwa yang tetap, tempat
semua perbuatan, kemauan ditetapkan/ditentukan oleh prinsip-prinsip yang ada
dalam alam kejiwaan.” Jadi menurut Kerchensteiner watak manusia terbukti dalam
kemauan dan perbuatannya. Kerchensteiner membagi watak manusi menjadi dua
bagian, yakni watak biologis dan watak intelijibel. Watak biologis mengandung
nafsu/dorongan insting yang rendah, yang terikat kepada kejasmanian atau
kehidupan biologisnya. Watak biologis ini tidak dapat diubah dan dididik.
Sedangkan watak intelijibel ialah yang bertalian denga kesadaran dan intilijensi manusia. Watak ini
mengandung fungsi-fungsi jiwa yang tinggi, seperti: kekuatan kemauan, kemauan
membentuk pendapat atau berpikir, kehalusan perasaan, dan Aufwuhlbarkeit (lama
dan dalamnya getaran jiwa), menurut Kerchensteiner watak inilaah yang dapat
diubah dan dididik. Ia menyarankan, bahwa untuk mendidik watak seseorang (anak
didik) dengan baik, didiklah kemauannya, cara berpikirnya, dan kehalusan
perasaannya kearah yang baik.
2.2
Faktor
–faktor yang Mempengaruhi
2.2.1 Sikap
Pembentukan sikap tidak
terjadi begitu saja, melainkan melalui suatu proses tertentu, yaitu melalui
kontak sosial yang berlangsung antara individu dengan individu, individu dengan
kelompok, individu dengan lingkungan dan lain-lain sekitarnya. Sikap mempunyai
peranan yang penting dalam interaksi manusia. Jadi adanya proses sosialisasi
dari individu dalam kehidupan bermasyarakat itu sebagian besar adalah terdiri
atau terbentuk dari sikap-sikap sosial yang ada pada dirinya. Mengenai
pembentukan sikap atau attitude itu ada beberapa faktor yang turut
mempengaruhinya. Faktor-faktor itu yaitu :
a.
Faktor Intern
Faktor intern adalah
faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan. Seseorang tidak
dapat menangkap seluruh rangsangan dari luar melalui persepsinya. Oleh sebab
itu, melalui sekitarnya dia harus memilih stimulus mana yang akan didekati dan
mana yang akan dijauhi. Pilihan ini ditentukan oleh motif-motif dan
kecenderungan-kecenderungan yang ada pada dirinya. Karena harus memilih inilah
maka seseorang membentuk sikap positif terhadap sesuatu hal dan menyusun sikap
negatif terhadap lainnya.
Dalam hal ini faktor
intern yang terdapat dalam diri manusia yaitu perasaan sebagai suatu hal yang
mempengaruhi sikap. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Robert Ellis, yang
dikutip oleh Ngalim Purwanto dalam buku “Psikologi Pendidikan” bahwa yang
memegang peranan penting di dalam sikap ialah faktor perasaan atau emosi.
Dari keterangan di
atas, dapat di mengerti bahwa sikap seseorang itu sangat dipengaruhi oleh
perasaannya, karena seseorang akan bertindak pada mulanya sudah memiliki suatu
rencana dari dalam dirinya baik rencananya dilaksanakan atau tidak namun di
dalam hatinya sudah memiliki kehendak untuk bersikap, untuk menentukan berhasil
atau tidaknya suatu tujuan. Suatu tujuan itu (belajar) akan sangat ditentukan
oleh faktor dari dalam diri seseorang itu.
b.
Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah
faktor-faktor yang berasal dari luar individu (luar diri seseorang).
Adapun faktor-faktor ekstern yang ikut menentukan sikap itu antara lain :
1.
Sifat obyek yang
dijadikan sasaran sikap
2. Kewibawaan
orang yang mengemukakan sikap
3. Sifat
orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut
4. Media
komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan sikap
5. Situasi
pada saat sikap itu terbentuk.
2.2.2 Sifat
Sifat merupakan
ciri-ciri tingkah laku atau perbuatan yang banyak dipengaruhi oleh
faktor-faktor dari dalam diri seperti pembawaan, minat, konstitusi tubuh dan
cendrung bersifat tetap/stabil.
a) Pembawaan
ialah seluruh kemungkinan-kemungkinan atau kesanggupan-kesanggupan (potensi)
yang terdapat pada seorang individu dan yang selama masa perkembangannya
benar-benar dapat diwujudkan (direalisasikan). Pembawaan meliputi pembawaan
jenis, pembawaan ras, pembawaan jenis kelamin, pembawaan individu. Hal ini juga
dipengaruhi oeh keturunan dari orang tua.
b) Minat
Secara sederhana, minat
(interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang
besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (syah, 2003) minat bukanlah istilah yang
popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor
internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan
kebutuhan.
c) Konstitusi
tubuh
Konstitusi tubuh disini
ialah keadaan jasmani seseorang yang terlihat dalam hal-hal yang khas baginya,
seperti keadaan darah, dan sebagainya.
d) Cenderung
bersikap tetap/ stabil
Yaitu cara individu/
kencederungan dalam memberi respon dan berperilaku terhadap stimulus yang
datang.
2.2.3 Temperament
Temperamen lebih merupakan pembawaan dan
sangat dipengaruhi/ tergantung kepada konstitusi tubuh. Oleh karna itu
tempramen sukar diubah atau dididik; tidak dapat dipengaruhi oleh kemauan atau
kata hati orang yang bersangkutan.
Temperamen ini turun temurun dan tak
dapat diubah oleh pengaruh-pengaruh dari luar. Temperamen tidak mengalami
perkembangan, karena temperamen tergantung konstelasi hormon-hormon dan keadaan
cairan dalam tubuh.
2.2.4 Watak
Sartain mengemukakan, bahwa untuk mempelajari
tingkah laku atau watak secara lebih efektif, ahli psikologi hendaknya
membedakan dua faktor, yakni faktor biologis dan faktor kultural. Menurut
Sartain, sifat-sifat dan watak seseorang itu merupakan hasil interaksi antara
pembawaan dan lingkungan orang itu. Jadi yang ditekankan disini bukanlah pembawaan
dan bukan pula lingkungan kulturalnya, melainkan interaksi dari keduanya.
2.3
Konsep
dasar dalam belajar
2.3.1 Sikap
Sikap
belajar dapat diartikan sebagai kecenderungan perilaku seseorang tatkala ia mempelajari
hal-hal yang bersifat akademik. Brown dan Holtzman mengembangkan konsep sikap
belajar melalui dua komponen, yaitu Teacher Approval (TA) dan Education
Acceptance (EA). TA berhubungan dengan pandangan siswa terhadap guru; tingkah
laku mereka di kelas; dan cara mengajar. Adapun EA terdiri atas penerimaan dan
penolakan siswa terhadap tujuan yang akan dicapai; dan materi yang disajikan, praktik, tugas, dan
persyaratan yang ditetapkan disekolah.
Sikap
belajar siswa akan berwujud dalam bentuk perasaan senang atau tidak senang,
setuju atau tidak setuju, suka atau tidak suka terhadap hal-hal di atas. Sikap
seperti itu akan berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar yang dicapainya.
2.3.2 Sifat
Sifat pada seorang individu merupakan tingkah laku yang tetap (hampir
tetap) pada seseorang. Untuk mengetahui sifat-sifat seseorang yang sebenarnya,
memerlukan waktu dan proses pergaulan yang lama, disamping pengetahuan
psikologi sebagai dasarnya. Tergesa-gesa menentukan sifat tertentu pada
seseorang adalah suatu perbuatan yang ceroboh dan sering kali menimbulkan salah
terka. Dalam
proses pembelajaran, anak belajar dipengaruhi oleh keadaan internal dirinya.
2.3.3 Temperament
Kecerdasan siswa juga dipengaruhi oleh
tempramen, karena kecerdasan itu menurut Santrok dalam slavin (1997), aspek
mempengaruhi perkembangan itu adalah keturunan/genetik. Temperamen individu
sukar diubah atau dididik, tidak dapat dipengaruhi oleh kemauan atau kata hati
individu yang bersangkutan.
2.3.4 Watak
Sikap, sifat, dan
temperamen adalah termasuk kedalam watak. Jadi ketiganya merupakan komponen-komponen
dari pada watak. Dengan demikian, watak atau karakter mengandung pengertian
yang lebih luas, mencakup di dalamnya pengertian sikap, sifat-sifat, dan
temperamen.
Watak dapat dipengaruhi
dan didik, tetapi pendidikan watak tetap merupakan pendidikan yang amat
indidual dan tergantung kepada kehendak bebas dari individu yang didik.
2.4
Kaitan
dalam proses pembelajaran
2.4.1 Sikap
Proses belajar sosial
terbentuk dari interaksi sosial. Dalam interaksi sosial, individu membentuk
pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya.
Peranan pendidikan dalam pembentukan sikap pada anak-anak didik adalah sangat
penting. Menurut Ellis faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan dan
pembentukan sikap anak-anak yang perlu diperhatikan dalam pendidikan ialah:
kematangan (maturation), keadaan fisik anak, pengaruh keluarga, lingkungan
sosial, kehidupan sekolah, bioskop, guru, kurikulum sekolah, dan cara guru
mengajar.
Secara umum, objek sikap yang perlu
dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah sebagai
berikut.
1.
Sikap terhadap materi pelajaran.
Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap mata pelajaran. Dengan
sikap`positif dalam diri peserta didik akan tumbuh dan berkembang minat
belajar, akan lebih mudah diberi motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi
pelajaran yang diajarkan.
2.
Sikap terhadap guru/pengajar.
Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap guru. Peserta didik yang
tidak memiliki sikap positif terhadap guru akan cenderung mengabaikan hal-hal
yang diajarkan. Dengan demikian, peserta didik yang memiliki sikap negatif
terhadap guru/pengajar akan sukar menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh
guru tersebut.
3.
Sikap terhadap proses pembelajaran.
Peserta didik juga perlu memiliki sikap positif terhadap proses pembelajaran
yang berlangsung. Proses pembelajaran mencakup suasana pembelajaran, strategi,
metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan. Proses pembelajaran yang
menarik, nyaman dan menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta
didik, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
4. Sikap
berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi
pelajaran. Misalnya, masalah lingkungan hidup, peserta didik memiliki sikap
positif terhadap program perlindungan satwa liar dan penghijaun.
2.4.2 Sifat
Secara sederhana, sifat merupakan
ciri-ciri tingkah laku atau perbuatan yang banyak dipengaruhi oleh
faktor-faktor dari dalam diri seperti pembawaan, minat, konstitusi tubuh, dan
cenderung bersifat tetap/stabil.
Sifat
yang ditunjukkan seseorang terhadap lingkungan menyebabkan respon dari
lingkungan atas sifat yang ditunjukkan. Dalam proses pembelajaran, anak yang
memiliki sifat yang positif terhadap proses belajarnya cenderung lebih mudah
mendapatkan hasil yang memuaskan dibandingkan anak yang memiliki sifat yang
negatif. Sifat yang dimiliki anak juga menentukan hasil belajar yang diperoleh
anak kelak. Apabila sifat positif yang ditunjukkan siswa, maka respon positif
juga di dapat dari siswa tersebut dan begitu juga sebaliknya.
2.4.3 Temperament
Tempramen adalah gaya-prilaku
karakteristik individu dalam merespon sesuatu yang dipengaruhi oleh konstitusi
tubuhnya, misalnya cairan darah. Ada 4 golongan menurut
keadaan zat-zat cair yang ada dalam tubuh, yaitu:
a. Sanguinisi
(yang banyak darahnya), sifatnya periang, gembira, optimis, lekas berubah-ubah
stemming-nya.
b. Kolerisi
(yang banyak empedu kuningnya), sifatnya garang, hebat, lekas marah , agresif.
c. Flegmatisi
(yang banyak lendirnya), sifatnya lamban, tenang, tidak mudah berubah.
d. Melankolisi
(banyak empedu hitamnya), sifatnya muram, tidak gembira, pesimistis.
Anak yang memiliki tipe sanguinis
misalnya lebih bersemangat dalam belajar jika dibandingkan anak yang flegmatis.
Anak yang melankolis cenderung lebih menyukai hal-hal yang teortis dibandingkan
praktis. Hal ini tentu berpengaruh terhadap proses belajar anak. Guru di tuntut
mampu mengenali anak sepenuhnya, sehingga dapat membantu perkembangan anak
sesuai keadaan dirinya.
Selain itu, Kaitan
proses belajar sangat erat dengan tempramen karana yang mempengaruhi semangat
belajar siswa adalah tempramen. Kecerdasan siswa juga dipengaruhi oleh
tempramen, karena kecerdasan itu menurut Santrok dalam slavin (1997), aspek
mempengaruhi perkembangan itu adalah keturunan/genetik.
2.4.4 Watak
Psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan
yang mengkaji perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Perilaku yang dimaksud adalah perilaku motorik, perilaku kognitif, dan perilaku
afektif. Perilaku motorik yaitu perilaku dalam bentuk gerakan. Perilaku
kognitif ialah perilaku dalam bentuk bagaimana individu mengeanal alam
disekitarnya (kemampuan berpikir). Perilaku afektif ialah perilaku dalam bentuk
perasaan atau emosi.
Dalam proses belajar seseorang
dipengaruhi oleh bagaimana keadaan dirinya, tindakannya, keadaan jiwanya semua
itu ikut andil dalam proses pembelajaran. Watak anak sangat berpengaruh
terhadap hasil belajarnya. Watak juga menentukan keadaan anak ketika
berperilaku dalam proses pembelajaran. Contohnya : ketika seorang anak yang memiliki
kecerdasan intelektual tinggi, tetapi tidak memanfaatkan kecerdasannya untuk
mengembangkan keterampilannya, ia malas dan tidak peka terhadap lingkungan
belajarnya. Hal ini tentu berdampak terhadap hasil belajarnya.
BAB III
PENUTUP
Pembelajaran adalah suatu proses
yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Keberhasilan proses pembelajaran sangat
ditentukan oleh kondisi kejiwaan dan karakteristik dari peserta didiknya. Yang
meliputi pemahaman tentang sikap, sifat, temperament dan watak peserta didik.
Sikap adalah keadaan diri dalam
manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial
dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di
lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon
yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.
Sifat merupakan ciri-ciri tingkah laku
atau perbuatan yang banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam diri
seperti pembawaan, minat, konstitusi tubuh, dan cenderung bersifat
tetap/stabil.
Temperamen
ebih merupakan pembawaan dan sangat dipengaruhi/ tergantung pada konstitusi
tubuh.Watak adalah struktur batin manusia yang tampak pada
kelakuan dan perbuatannya, yang tertentu dan tetap.
Daftar Pustaka
Baharuddin.
2009. Psikologi Pendidikan.
Jogjakarta: AR-Ruzz Media
Djaali.
2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara
Purwanto,
Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Suryabrata,
Sumadi. 2010. Psikologi Kepribadian.
Jakarta: Rajawali pers
Harun,
Ahmad. 2011. Makalah Sikap. http://akhmadharumbko9unm.blogspot.
com/2011/02/makalah-sikap.html.
Diakses 17 Mei 2012
Kusuma,
Riza. 2009. Kepribadian-Watak-Temperamen.
http://riza.blog.binusian.
org/2009/12/05/kepribadian-%E2%80%93-watak-temperamen. Diakses 17 Mei 2012