BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia
yang dicipta oleh Tuhan sebagai Khalifah atau pemimpin di muka bumi ini
mempunyai berbagai keistimewaan dan kelebihan dibandingkan dengan makhluk lain.
Kelebihan dan keistimewaan ini ialah karena manusia dikaruniai akal. Akal
fikiranlah yang membedakan secara kualitatif, di antara manusia dan hewan.
Berpikir
marupakan suatu aktifitas akal dan rohani yang berlaku pada seseorang akibat
adanya kecenderungan mengetahui dan mengalami. Manusia diberi daya kognitif
yang membolehkannya berpikir. Manusia juga diberi daya efektif yang membolehkan
emosi, perasaan dan kerja hati hubungan dengan aday kognitif. Oleh sebab itu,
lahir pemikiran. Pemikiran yang berkembang dapat memberi dasar kepada lahirnya
ilmu.
Akal
atau pikiran adalah sumber ilmu intelektual yang menghasilkan transfer
knowledge dan transfer velue melalui proses pemikiran melalui akal. Kemampuan
menggunakan buah pikiran yang baik dan berguna inilah yang mengangkat derajat
keinsanan manusia dibanding hewan. Jadi, berpikir adalah sesuatu yang menjadi
tuntutan dan seharusnya dilakukan oleh manusia dalam setiap aktivitas dan
tindak tanduk yang dilakukan.
B.
Tujuan
Adapun makalah
ini dibuat dengan tujuan, antara lain :
1.
Mengetahui pengertian
berpikir dan inteligensi
2.
Mengetahui bentuk dan
macam berpikir dan inteligensi
3.
Mengetahui hubungan
dengan proses pembelajaran
C.
Sasaran
Adapun sasaran
makalah ini, yaitu :
1.
Mahasiswa
2.
siswa
BAB II
PEMBAHASAN
A.
BERPIKIR
1.
Pengertian
berpikir
Dalam
arti yang terbatas berpikir itu tidak dapat didefenisikan. Tiap kegiatan jiwa
yang menggunakan kata-kata dan pengertian selalu mengandung hal berpikir.
Berpikir
adalah satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah
kepada suatu tujuan. Kita untuk menemukan pemahaman/pengertian yang kita
kehendaki.
2.
Pendapat
para ahli tentang berpikir
Menurut
beberapa pakar dalam bidang psikologi
menyatakan bahwa berpikir adalah sebagai berikut:
a. Menurut
Beyer (1984), berpikir adalah upaya manusia untuk membentuk konsep, memberi
sebab atau membuat penentuan.
b. Menurut
Fraenkel ( 1980), berpikir merupakan pembentukan pengalaman dan penyusunan
keterangan dalam bentuk tertentu.
c. Menurut
Mayer ( 1977), berpendapat bahwa berpikir melibatkan pengelolaan operasional
mental tertentu yang berlaku dalam pikiran atau sistem kognitif seseorang yang
bertujuan untuk menyelesaikan masalah.
d. Menurut
Dewey (1910), Kemampuan berpikir adalah manipestasi pemikiran reflektif ia
termasuklah penangguhan penilaian,mengekalkan pemikiran skeptik yang sehat dan
mengamalkan pemikiran terbuka.
e. Menurut
Moore dan Parker (1986), menyatakan bahwa berpikir adalah keyakinan
berlandaskan tindakan yang cermat dan disengajakan dalam menerima, menolak,
atau menagguhkan suatu keputusan berhubungan dengan suatu dakwaan ( claims).
f. Sementara
Meyer (1987), mendefenisikan kemampuan berpikir sebagai “ upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk
membuat generalisasi, mengendalikan dan mengandaikan kemungkinan-kemungkinan yang
berbagai, dan juga menangguhkan keputusan.
3.
Macam-macam
cara berpikir
a.
Berpikir
dengan pengalaman ( routine thinking )
Dalam bentuk berpikir ini kita banyak giat menghimpun
berbagai pengalaman, dari berbagai pengalaman pemecahan masalah yang kita
hadapi kadang-kadang satu pengalaman dipercayaatau dilengkapi oleh
pengalaman-pengalaman yang lain.
b.
Berpikir
representatif.
Dengan berpikir representatif,kita sangat bergantung
pada ingatan-ingatan dan tangggapansaja.Tanggapan-tanggapan dan ingatan-ingatan
tersebut kita gunakan untuk memecahkanmasalah yang kita hadapi.
c.
Berpikir kreatif.
Dengan berpikir kreatif,kita dapat menghasilkan
sesuatu yang baru,menghasilkan penemuan-penemuan yang baru,tetapi berpikir
untuk menghasilkan sesuattu dengan mengunakan metode-metode yang telah dikenal
maka dikatakan berpikir produktif.
d.
Berpikir reproduktif.
Dengan berpikir ini,kita tidak mneghasilkan sesuatu
yang baru,tetapi hanya sekedar memikirkankembali dan mencocokkan dengan sesuatu
yang telah dipikirkan sebelumnya.
e.
Berpikir
rasional.
Untuk menghadapi suatu situasi dan memecahkan masalah
digunakan cara-cara berpikir logis.Untuk berpikir tidak hanya sekedar
mengumpulkan pengalaman dan membandingkan hasil berpikir yang telah
ada,melainkan dengan keaktifan akal kita memecahkan masalah.
4. Tingkat-tingkat
berpikir.
a.
Berpikir
kongkret.
Dalam tingkatan ini kegiatan berpikir masih memerlukan
situasi-situasi yangnyata/kongkrit.Tingkat berpikir ini pada umumnya dimilki
oleh anak-anak kecil. Konsekuensidedaktif
pelajaran hendaknya disajikan dengan peragaan langsung.
b.
Berpikir skematis.
Dalam berpikir ini memecahkan suatu masalah dibantu
dengan penyajian bahan-bahan,skema-skema,coret-coret,diagram,simbol dan
sebagainya.
c.
Berpikir
abstrak.
Kita berhadapan dengan situasi dan masalah yang tidak
berujud.Akal pikiran kita bergerak bebas dalam alam abstrak.Baik
situasi-situasi nyata maupun bagan-bagan/simbol-simbol/gambar-gambar stematis
tidak membantunya.Gejala pikiran tidak berdiri
sendiri,melainkantanggapan,ingatan membantunya.Tingkat ini dikatakan tingkat
berpikir yang tertinggi.Biasanyakemampuan berpikir abstrak ini dimiliki oleh
orang dewasa.
5.
Gaya
Berpikir Pendidik Dan Peserta Didik Dalam Pembelajaran
Menurut
Sternberg (1997) gaya berfikir adalah kecenderungan atau cara seseorang menggunakan
intelektuallitasnya untuk mendapatkan kebahagiaan apabila menghadapi suatu
situasi atau melakukan suatu pekerjaan. Adapun gaya berfikir menurut Strenberg
(1997) adalah:
a.
Dimensi fungsi
1) gaya
berfikir legeslatif, merupakan gaya berfikir individu bebas menentukan sesuatu
yang berstruktur
2) gaya
berfikir eksekutif, merupakan stail berfikir individu yang suka ikut panduan
dan suka kepada yang berstruktur
3) gaya
berfikir judisil, merupakan gaya berfikir individu yang suka menilai sesuatu
terhadap sesuatu situasi atau benda.
b.
Dimensi bentuk
1) gaya
berfikir monarki, merupakan gaya berfikir individu yang terlalu fokos dalam
melakukan suatu kerja dengan menggunakan sumber tenaga yang ada.
2) gaya
berfikir hirarki, merupakan gaya berfikir individu yang suka melakukan banyak
kerja tetapi tau memilih prioriti,jumlah massa dan tenaga yang hendak
diperlukan
3) gaya
berfikir oligarki, merupakan gaya berfikir individu yang boleh melakukan banyak
kerja tetapi tidak bisa memilih prioriti
4) berfikir
anarki,merupakan gaya berfikir individu yang suka menyelesaikan masalah dengan
menggunakan cara rawak serta tidak suka menyelesaikan masalah dengan peraturan
ataupun sistem
c.
gaya berfikir dimensi tahap
1) gaya
berfikir global merupakan stail berfikir individu yang suka pada isi yang
menyeluruh,abstrak dan gambaran besar
2) gaya
berfikir lokal, yaitu suatu stail berfikir yang mendalam, spesifik dan kongkrit
d.
gaya berfikir dimensi skop
1) gaya
berfikir internal,merupakan gaya berfikir individu yang introper,
berorientasikan pada tugas dan lebih cenderung mandiri
2) gaya
berfikir eksternal,merupakan gaya berfikir individu yang ekstroper dan suka
bekerja sama dengan orang lain
e.
gaya berfikir dimensi
kecondongan
1) gaya
berfikir liberal, merupakan gaya berfikir individu yang suka melakukan sesuatu
dengan cara yang baru karena ingin mengubah kekuasaan
2) gaya
berfikir konservatif, merupakan gaya berfikir yang suka ikut prosedur dan
mencoba menegakkan sesuatu yang kurang jelas.
B.
INTELIGENSI
1.
Pengertian
Inteligensi
Perkataan inteligensi berasal dari kata intelligere
yang berati menghubungkan atau menyatukan satu sama lain. Intelegensi di bagi
menjadi dua, yaitu :
a.
Intelek : (pikiran ),
dengan intelek orang dapat menimbang, menguraikan, menghubung-hubungkan
pengrtian satu dengan yang lain dan menarik kesimpulan.
b.
Inteligensi : ( kecerdasan
pikiran ), dengan inteligensi fungsi pikir dapat digunakan dengancepat dan
tepat untuk mengatasi suatu situasi/untuk memecahkan suatu masalah. Jadi
inteligensiadalah situasi kecerdasan pikir,sifat-sifat perbuatan cerdas (
intelegen ).
Menurut Stern, inteligensi
ialah daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan menggunakan alat- alat
berpikir menurut tujuannya. Disini terlihat bahwa Stern menitik beratkan pada
soal penyesuaian diri (adjustment) terhadap masalah yang dihadapi. Dengan
demikian, orang yang memiliki inteligensi tinggi (orang cerdas) akan lebih
cepat menyesuaikan diri dengan masalah baru yang dihadapinya, bila dibandingkan
dengan orang yang tidak cerdas.
Inteligensi ialah
kemampuan yang dibawa sejak lahir yang kemungkinannya seseorang berbuat seseatu
dengan cara yang tertentu.
2.
Perkembangan
Inteligensi
Bidang genetika
dan perilaku mengkombinasikan metode genetika dan sikologi untuk mempelajari
karakteristik prilaku tuntutan. Adapun tahap- tahap perkembangan adalah:
a. Tahap
sensorik- motorik (0-2 thn), bayi boleh menampilkan perilaku reflektif, dengan
melibatkan perilaku yang inteligensi. Dengan demikian, kematangan seseorang
terjadi dari interaksi sosial dengan lingkungan (asilimasi dan akomodasi).
b. Tahap
berpikir praoperasional (2-7 thn), prilaku intelektual bergerak dari tingkat
sensorik motorik menuju tingkat konseptual. Pada tahap ini terjadi perkembangan
yang cepat dari keterampilan representasional termasuk didalamnya kemampuan
berbahasa yang menyertai perkembangan konseptual secara cepat dari proses ini.
Perkembangan bahasa lisan tidak berguna untuk mengembangkan proses beripikir.
Pikiran yang dimiliki anak masih bersifat egosentris, dan belum mampu untuk
mengembangkan untuk hal lain. Mereka yakin bahwa apa yang mereka pikirkan
adalah benar.
c. Tahap
berpikir operasional konkret (7-11thn), berkembang dengan menggunakan pikiran
logis. Anak-anak dapat memecahkan masalah konserpasi dan masalah yang konkret.
Selama tahun tersebut, operasi secara logis dan terus berkembang. Anak-anak
dapat berpikiris tapi belum secara logis tapi belum mampu menerapkan secara
logis masalah hipotetik dan abstrak. Perkembangan efektif utama selama tahap
operasional konkret adalah konserpasi perasaan.
d. Tahap
berpikir operasional formal (11-15thn), struktur kognitif menjadi matang secara
kualitas, anak mulai dapat mengoperasionalkan secara komkret umtuk semua
masalah yang di hadapi dalam kelas. Anak dapat menerapkan berpikir logis dari
masalah hipotetis yang berkaitan dengan masalah yang akan datang. Anak-anak
dengan operasi formal dapat beroperasi dengan logika dari kebebasan argumen dan
isinya. Secara logis benar-benar disediakan kepada anak sebagai alat berpikir
selama masa ini ditandai oleh egosentris.
3.
Teori-Teori
Inteligensi
a. Teori
Faktor ( Charles Spearman )
Teori
faktor berusaha mendekskripsikan struktur inteligensi yang terdiri atas dua
faktor utama yaitu faktor “g” (general) yang mencakup semua kegiatan inteltual
yang dimiliki oleh setiap individu dalam derajat tertentu. Dan faktor “s” (
spesifik) yang mencakup faktor khusus yang relevan dengan tugas tertentu.
Antara kedua faktor ini selalu tumpang tindih.
b. Teori
Struktur Inteligensi (Guilford)
Menurut
Guilford strutur kemampuan intelektual terdiri atas 150 kemampuan dan memiliki tiga
parameter yaitu operasi,produk, dan konten. Parameter operasi terdiri atas
evaluasi, produksi, konvergen, produksi divergen, memori dan kognisi. Parameter
produk terdiri atas unit, kelas, relasi, sistem, tranformasi, dan implikasi.
Parameter konten terdiri atas figurasi, simbolis, semantik, dan perilaku.
c. Teori
Multiple Intellingence (Gerdner)
Menuerut
Gardner, inteligensi manusia memilki tujuh dimensi yang semiotonom, yaitu
linguistik, muasik, matematik logis, visual special, kinestetik fisik, sosial interpersonal,
dan intrapersonal. Setiap dimensi tersebut, merukan kompetensi yang
eksistensinya berdiri sendiri dalam sistem neuron. Artinya, memiliki organisasi neurologisI yang berdiri sendiri dan
bukan hanya terbatas kepada yang bersifat intelektual.
d. Teori
Uni Factor (Wilhelm Stren)
Menurut
teori ini, inteligensi merupakan kapasitas atau kemampuan umum. Oleh karena
itu, cara kerja inteligensi juga bersifat umum. Reaksi atau tindakan seseorang
dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau dalam menyelesaikan masalah,
bersifat umum pula yang timbul akibat belajar.
e. Teori
Multifactor (E.L Thorndike)
Menurut
teori ini, inteligensi terdiri atas bentuk hubungan neural antara stimulus
dengan respon. Hubungan neurol khusus
inilah yang mengarahkan tingkah laku
individu. Manusia diperkirakan memiliki tiga belas miliar urat saraf, sehingga
memungkinkan adanya hubungan neural yang banyak sekali.
f. Teori
Primary Mentalability (Thurstone)
Menurut
teori ini, membagi kemampuan primer menjadi kemampuan nimerical/matematis,
verbal atau bahasa, abstraksi, berupa visualisasi atau berpikir, membuat
keputusan, induktif maupun deduktif, mengenal atau memahami dan mengingat.
4.
Ciri-Ciri
Perbuatan Inteligensi
Suatu
perbuatan dapat dianggap inteligen bila memenuhi syarat antara lain :
a.
Masalah yang dihadapi
banyak sedikitnya merupakan masalah yang baru bagi yang bersangkutan.
b.
Perbuatan inteligen
sifatnya serasi tujuan dan ekonomis. Untuk mencapai tujuan yang hendak
diselesaikannya, dicarinya jalan yang dapat menghemat waktu maupun tenaga.
c.
Masalah yang dihadapi,
harus mengandung suatu tingkat kesulitan bagi yang bersangkutan. Ada suatu
masalah yang bagi orang dewasa mudah memecahkan/menjawabnya, hampir tiada
berpikir, sedang bagi anak-anak harus dijawabnya dengan otak, tetapi dapat.
Jawaban anak itu inteligen.
d.
Keterangan pemecahannya
harus dapat diterima oleh masyarakat. Misalnya ketika anda sedang lapar, apa
yang akan dilakukan? Mencuri bukanlah suatu jawaban yang inteligen.
e.
Dalam berbuat inteligen
seringkali menggunakan daya mengabstraki. Pada waktu berpikir,
tanggapan-tanggapan dan ingatan-ingatan yang tidak perlu harus disingkirkan.
f.
Perbuatan inteligen
bercirikan kecepatan. Proses relatif cepat, sesuai dengan masalah yang
dihadapi.
g.
Membutuhkan pemusatan
perhatian dan menghindarkan perasaan yang mengganggu jalannya pemecahan masalah
yang dihadapi.
5.
Macam-Macam
Inteligensi
a. Inteligensi
terikat dan inteligensi bebas
Inteligensi
terikat adalah inteligensi suatu makhluk yang bekerja dalam situasi-situasi
pada lapangan pengamatan yang berhubungan langsung dengan kebutuhan vital yang
harus segera dipuaskan. Inteligensi bebas adalah manusia yang berbuadaya da
berbahasa, yang selalu mengadakan perubahan-perubahan untuk mencapai suatu
tujuan.
b. Inteligensi
menciptakan dan meniru
Inteligensi
menciptakan adalah kesanggupan menciptakan tujuan baru dan mencari alat yang
sesuai guna mencapai tujuan. Inteligensi meniru adalah, kemmpuan menggunakan
dan mengikuti pikiran atau hasil penemuan orang lain, baik yang dibuat, yang
diucapkan maupun yang ditulis.
6.
Faktor-Faktor
Inteligensi
Inteligensi
orang satu dengan yang lain cenderung berbeda-beda. Hal ini karena adanya
faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya antara
lain :
a.
Faktor pembawaan,
pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang bawa sejak lahir.
Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah. Oleh
karena itu, di dalam kelas dapat dijumpai anak-anak yang bodoh, agak pintar dan
pintar sekali, meskipun mereka mendapatkan pelajaran dan pelatihan yang sama.
b.
Faktor kematangan, tiap
organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ
manusia baik fisik maupun psikis, dapat dikata telah matang, jika ia telah
tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya
masing-masing. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila anak-anak belum mampu
mengerjakan soal-soal matematika di kelas empat sekolah dasar, karena soal-soal
itu masih terlalu sukar bagi anak.
c.
Faktor pembentukan,
pembentukan adalah segala keadaan di
luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan inteligensi. Ada pembentukan
yang sengajanya seperti, sekolah dan pembentukan yang tidak disengaja, seperti
pengaruh dari alam.
d.
Faktor minat dan
pembawaan yang Khas, minat yang mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan
merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Adanya motif dan motivasi untuk berbuat
lebih baik.
e.
Faktor kebebasan, kebebasan
berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang
dihadapi. Selain itu, bebas memilih metode dan memilih maslah sesuai dengan
kebutuhannya.
C.
BERPIKIR
DAN INTELIGENSI KAITANNYA DENGAN PROSES PEMBELAJARAN
1. Kemampuan
berpikir sangat besar pengaruhnya bagi kehidupan manusia, tetapi karena manusia
tidak hanya mempunyai kemampuan pikir saja maka dalam pendidikan tidak
dibenarkan kalau hanya memperhatikan perkembangan dan kecerdasan pikir semata.
Hal ini menimbulkan pendidikan yang berat sebelah, yakni pendidikan yang
intelektualistis yang alirannya mengagung-agungkan kemampuan pikir.
2. Daya
pikir akan dapat bekerja lebih baik kalau fungsi-fungsi jiwa ikut membantu,
maka untuk mencapai pendidikan yang harmonis segala fungsi jiwa tidak dapat
diabaikan
3. Kemampuan
berpikir tumbuh bertingkat-tingkat, dari tingkat konkret ke tingkat abstrak,
pendidikan dan pengajaran hendaknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan
pikiran.
4. Daya
pikir dapat berubah dan meningkat kualitasnya, begitu juga inteligensi manusia
dapat dikembangkan dan diselidiki tetapi kecerdasaan memiliki batasan-batasan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berpikir
adalah daya yang paling utama dan merupakan ciri yang khas yang membedakan
manusia dengan hewan. Manusia dapat berpikir karena manusia mempunyai bahasa
sementara hewan tidak. Menurut Beyer (1984), berpikir adalah upaya manusia
untuk membentuk konsep, memberi sebab atau membuat penentuan.
Macam-macam
berpikir, yaitu : 1). Berpikir dengan pengalaman (
routine thinking ), 2).Berpikir representatif, 3). Berpikir kreatif, 4). Berpikir reproduktif, 5). Berpikir rasional.
Menurut
Stern, inteligensi ialah daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan
menggunakan alat- alat berpikir menurut tujuannya.
Macam-macam
inteligensi 1. Inteligensi terikat dan inteligensi bebas, 2. Inteligensi
menciptakan dan meniru.
Kecerdasan
tidak mungkin tumbuh melampui batas yang ditentukan oleh bakat. Pertumbuhan dan
perkembangan kecerdasan dibatasi adanya kematangan. Jadi, usaha meningkatkan
kemampuan berpikir tidak dipaksakan kalau memang bakat tidak mengizinkan, kalau
kematangan untuk suatu tugas berpikir itu belum matang.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. H.
Drs. 2009. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Djaali. H. Dr.
Prof. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Purwanto, M.
Ngalim. Drs. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
0 komentar:
Posting Komentar