KETIKA BANYAK TULISAN BELUM MAMPU MEMUASKAN SYAHWAT MEMBACAMU, MAKA MENULISLAH DENGAN JALAN FIKIRANMU

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 04 Oktober 2013

Teori Terbentuknya Alam Semesta, Tata Surya, dan Bumi


TEORI TERBENTUKNYA ALAM SEMESTA

BAB I PENDAHULUAN
Rasa ingin tahu (curiosity) selalu muncul ketika kita dihadapkan pada alam semesta yang di dalamnya mengandung banyak misteri. Curiosity manusia dapat mengubah no thing menjadi know a lot of thing. Rasa ingin tahu jugalah yang memunculkan pelbagai penelitian serta pengujian dari hipotesa akhir dan bila hal itu terbukti kebenarannya maka akan terbentuk suatu bidang ilmu.
Curiosity tidak hanya tertanam dalam benak pikiran ilmuan dan peneliti namun juga tertanam subur pada anak-anak. Mereka seringkali menanyakan sesuatu yang tak disangka-sangka dan kita kebablakan untuk menjawabnya. Yang perlu diingat jangan sekali-kali memberikan jawaban tanpa pengetahuan karena jawaban anda akan selalu diingat dengan kuat.
Curiosity tercerdas dimiliki oleh para ilmuan astronom dahulu. Mereka sangat terangsang otaknya dengan melihat sesuatu yang sangat sulit dijangkau jasmani. Namun berkat pemikirannya sekarang kita dapat mengetahui tentang alam semesta.
Dalam makalah ini kita mencoba meningkatkan curiositas yang tertanam dalam diri kita yakni tentang alam semesta. Bagainama terbentuknya? Serta benda-benda di dalamnya.

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Alam Semesta, Galaksi, dan Tata Surya
Alam Semesta
Pengertian alam semesta mencakup tentang mikrokosmos dan makrokosmos. Mikrokosmos adalah benda-benda yang mempunyai ukuran sangat kecil, misalnya atom, elektron, sel, amuba, dan sebagainya. Sedang makrokosmos adalah benda-benda yang mempunyai ukuran yang sangat besar, misalnya bintang, planet, dan galaksi.
Konsep pemikiran manusia tentang pusat universe atau alam semesta sangat radikal. Awalnya para ilmuan astronom menetapkan bahwa manusialah yang sebagai pusat, yang diberi nama teori egosentris. Setelah itu mereka menetapkan bumi yang menjadi pusat yang ditokohi oleh Cladius Ptolemeus. Teori ini dikenal dengan geosentris. Namun setelah itu Nicolas Copernicus mengungkap teori baru di mana matahari dijadikan pusat alam semesta, heliosentris. Namun saat ini mereka baru menyadari bahwa teoti tersebut lebih cocok digelayutkan pada tata surya. Dan tata surya hanyalah sebagian dari galaksi, dan galaksi adalah satu kumpulan bintang dari banyak kumpulan bintang di alam semesta.
Galaksi
Langit dihiasi bintang-bintang yang jumlahnya tak terhitung, yang bisa diamati dengan mata telanjang maupun teropong bintang. Bintang-bintang berkumpul dalam suatu gugusan, meskipun antar-bintang berjauhan di angkasa. Dari penjelasan Ismail al-Juwasy tersebut dapat kita katakan bahwa galaksi tak ubahnya bak sekumpulan anak ayam yang tak mungkin untuk dipisahkan dari induknya. Di mana ada anak ayam di situ pasti ada induknya. Sama halnya bintang-bintang di angkasa sana mereka tak mungkin gemerlap sendirian tanpa disandingi dengan bintang lainnya.
Galaksi yang sering kita dengar adalah Bimasakti atau milky way. Kalau kita cermati agak aneh nama milky way tersebut karena dari benda angkasa luar diumpamakan dengan susu. Namun dari keanehan tersebut terdapat keunikan, yakni bintang bertebaran di langit pada malam hari seperti susu yang tercecer di langit. Galaksi kita berbentuk spiral, dapat kita samakan dengan lingkaran obat nyamuk jika dilihat dari atas dan seperti gasing bila dilihat dari samping. Galaksi kita tidak sebundar lingkaran namun berbentuk elips. Hal ini dibuktikan dengan ukannya yang memiliki panjang sekitar 100 tahun cahaya dan lebar 10 tahun cahaya dan tata surya kita berada 30 tahun cahaya dari pusat galaksi.
Selain galaksi Bimasakti kita juga dapat melihat beberapa galaksi dengan mata telanjang ataupun dengan alat. Yang diungkap oleh para ilmuan yakni galaksi Andromeda, Awan Megallianic Besar dan Awan Megallanic Kecil. Galaksi Andromeda lebih besar daripada Milky way.
Tata Surya
Tata surya terdiri dari matahari, Sembilan planet dan berbagai benda langit seperti satelit, komet, dan asteroid. Tata surya tak lebih hanyalah gugusan kecil dari benda-benda langit dan satu bintang. Tata surya adalah bagian kecil dari galaksi.
Kita kenal dengan sembilan planet mungkin ketika sekolah dasar, dari sebilan planet tersebut terbagi dua bagian yaitu planet dalam dan planet luar. Planet dalam adalah planet yang dekat dengan matahari yang terdiri dari Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars. Sedangkan Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto –yang sekarang tereliminasi– termasuk planet luar.
B. TEORI ASAL MULA ALAM SEMESTA
Teori Letusan Hebat
Berbagai teori tentang jagad raya membentuk suatu bidang studi yang dikenal sebagai kosmologi. Einstein adalah ahli kosmologi modern pertama. Tahun 1915 ia menyempurnakan teori umumnya tentang relativitas, yang kemudian diterapkan pada pendistribusian zat di luar angkasa. Pada tahun 1917 secara matematik ditentukan bahwa tampaknya ada massa bahan yang hampir seragam yang keseimbangannya tak tentu antara kekuatan tarik gravitasi dan kekuatan olek atau kekuatan dorong kosmik lain yang tak dikenal.
Pada tahun 1922 seorang ahli fisika Rusia muncul dengan pemecahan soal itu secara lain, yang mengatakan bahwa kekuatan tolak tidak berperan bahkan jagad raya terus meluas dan seluruh partikel terbang saling menjauhi dengan kecepatan tinggi. Karena kekuatan tarik gravitasi, perluasan itu terus melambat. Sebelumnya, partikel-partikel itu telah bergerak keluar bahkan lebih cepat lagi. Dalam model jagat raya ini dahulu perluasan mulai pada saat yang unik yang disebut “letusan hebat”.
Teori letusan hebat rupanya begitu berlawanan dengan pengetahuan astronomi zaman sekarang, yang mula-mula sedikit menarik perhatian. Akhirnya sebanyak bintang dalam galaksi Bimasakti bukannya saling menjauhi satu sama lain, tetapi malahan berjalan dalam orbit sirkular mengelilingi wilayah pusatnya yang padat. Akan tetapi, pada tahun 1929 Edwin Hubble, ketika itu ahli astronomi di Observatorium Mount Wilson, mengemukakan bahwa berbagai galaksi yang telah diamatinya sebenarnya menjauhi kita, dan menjauhi yang lain, dengan kecepatan sampai beberapa ribu kilometer per-detik.
Rupanya galaksi-galaksi ini, seperti halnya Bimasakti kita, menjaga keutuhan bentuk internalnya selama waktu yang panjang. Galaksi-galaksi itu secara sendiri-sendiri mengarungi angkasa raya, kira-kira sebagain unit atau partikel yang bergerak mengarungi ruang angkasa. Teori Einstein dapat diterapkan pada berbagai galaksi, sebagai ganti bintang-bintang.

Teori Keadaan Tetap
Kalau kita kembali ke tahun 1948, tidaklah ditemukan informasi yang cukup untuk menguji teori letusan hebat itu. Ahli Astronomi Inggris Fred Hoyle dan beberapa ahli astro-fisika Inggris mengajukan teori yang lain, teori keadaan tetap yang menerangkan bahwa jagat raya tidak hanya sama dalam ruang angkasa –asas kosmologi- tetapi juga tak berubah dalam waktu asas kosmologi yang sempurna. Jadi, asas kosmologi diperluas sedemikian rupa sehingga menjadi “sempurna” atau “lengkap” dan tidak bergantung pada peristiwa sejarah tertentu. Teori keadaan tetap berlawanan sekali dengan teori letusan hebat.  
Dalam teori kedua, ruang angkasa berkembang menjadi lebih kosong sewaktu berbagai galaksi saling menjauh. Dalam teori keadaaan tetap, kita harus menerima bahwa zat baru selalu diciptakan dalam ruang angkasa di antara berbagai galaksi, sehingga galaksi baru akan terbentuk guna menggantikan galaksi yang menjauh. Orang sepakat mengatakan bahwa zat baru itu ialah hydrogen, yaitu sumber yang menjadi asal usul bintang dan galaksi.
Penciptaan zat berkesinambungan dari ruang angkasa yang tampaknya kosong itu diterima secara skeptis oleh para ahli, sebab hal ini rupanya melanggar salah satu hukum.
TEORI TERBENTUKNYA TATA SURYA
Melihat kenyataan bahwa planet-planet bergerak mengelilingi matahari dengan orbitnya yang berebentuk elips dengan arah peredaran yang sama yaitu berlawanan arah jarum jam jika melihatnya dari kutub utara, ternyata arah revolusi planet-planet dan satelitnya yaitu arah negative. Ini berlawanan dengan yang kita amati di bumi, peredaran harian benda-benda langit seperti matahari, bulan dan bintang berarah positf seperti arah peredaran harian matahari yang terbit di timur lalu naik dan kemudian terbenam di barat. Adanya realitas yang demikian membuat para ahli astronomi berkesimpulan bahwa tata surya terbentuk dari material yang berputar dengan arah negative, hal ini kemudian memunculkan beberapa teori tentang terjadinya tata surya sebagai berikut:
1.      Teori Nebule atau teori kabut, yang dikemukakan ole Immanuel Kant (1749-1827) dan Piere Simon de Laplace (1796).
Matahari dan planet berasal dari sebuah kabut pijar yang berpilin di dalam jagat raya, karena pilinannya itu berupa kabut yang membentuk bulat seperti bola yang besar, makin mengecil bola itu makin cepat putarannya. Akibatnya bentuk bola itu memepat pada kutubnya dan melebar di bagian equatornya bahkan sebagian massa dari kabut gas menjauh dari gumpalan intinya dan membentuk gelang-gelang di sekeliling bagian utama kabut itu, gelang-gelang itu kemudian membentuk gumpalan padat inilah yang disebut planet-planet dan satelitnya. Sedangkan bagian tengah yang berpijar tetap berbentuk gas pijar yang kita lihat sekarang sebagai matahari.
Teori kabut ini telah dipercaya orang selama kira-kira 100 tahun, tetapi sekarang telah benyak ditinggalkan karena: (1) tidak mampu memberikan jawaban-jawaban kepada banyak hal atau masalah di dalam tata surya kita dan (2) karena munculnya banyak teori baru yang lebih memuaskan.
2.      Teori Planetesimal, Thomas C. Chamberlin (1843-1928) seorang ahli geologi dan Forest R. Moulton (1872-1952) seorang astronom.
Disebut Planetesimal yang berarti planet kecil karena planet terbentuk dari benda padat yang memang telah ada. Matahari telah ada sebagai salah satu dari bintang-bintang yang banyak, pada satu waktu ada sebuah bintang yang berpapasan pada jarak yang tidak terlalu jauh akibatnya terjadi pasang naik antara matahari dan bintang tadi. Pada waktu bintang itu menjauh sebagian massa dari matahari itu jatuh kembali ke permukaan matahari dan sebagian lain berhamburan di sekeliling matahari inilah yang disebut dengan planetesimal yang kelak kemudian menjadi planet-planet yang beredar pada orbitnya dan mengelilingi matahari.
3.      Teori Pasang Surut, Sir James Jeans (1877-1946) dan Harold Jeffreys (1891) keduanya dari Inggris, teori ini hampir sama dengan teori Planetesimal.
Setelah bintang itu berlalu dengan gaya tarik bintang yang besar pada permukaan matahari terjadi proses pasang surut seperti peristiwa pasang surutnya air laut di bumi akibat gaya tarik bulan. Sebagian massa matahari itu membentuk cerutu yang menjorok kearah bintang itu mengakibatkan cerutu itu terputus-putus membentuk gumpalan gas di sekitar matahari dengan ukuran yang berbeda-beda, gumpalan itu membeku dan kemudian membentuk planet-planet.
Teori ini menjelaskan mengapa planet-planet di bagian tengah seperti Yupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus merupakan planet raksasa sedangkan di bagian ujungnya merupakan planet-planet kecil. Kelahiran kesembilan planet itu karena pecahan gas dari matahari yang berbentuk cerutu itu maka besarnya planet-planet iti berbeda-beda yang terdekat dan terjauh besar tetapi yang di tengah lebih besar lagi.
4.      Teori Awan Debu, dikemukakan oleh Carl von Weizsaeker (1940) kemudian disempurnakan oleh Gerard P Kuiper (1950).
Tata surya terbentuk dari gumpalan awan gas dan debu. Gumpalan awan itu mengalami pemampatan, pada proses pemampatan itu partikel-partikeldebu tertarik ke bagian pusat awan itu membentuk gumpalan bola dan mulai berpilin dan kemudian membentuk cakram yang tebal di bagian tengah dan tipis di bagian tepinya. Partikel-partikel di bagian tengah cakram itu saling menekan dan menimbulkan panas dan berpijar, bagian inilah yang kemudian menjadi matahari. Sementara bagian yang luar berputar sangat cepat sehingga terpecah-pecah menjadi gumpalan yang lebih kecil, gumpalan kecil ini berpilin pula dan membeku kemudian menjadi planet-planet.
5.      Teori Bintang Kembar
Teori ini hampir sama dengan teori planetesimal.Dahulu matahari mungkin merupakan bintang kembar,kemudian bintang yang satu meledak menjadi kepingan-kepingan.Karena ada pengaruh gaya gravitasi bintang,maka kepingan-kepingan yang lain bergerak mengitari bintang itu dan menjadi planet-planet.Sedangkan bintang yang tidak meledak menjadi matahari.
6.      Teori Ledakan (Big Bang), George Gamow, Alpher dan Herman.
Alam pada saat itu belum merupakan materi tetapi pada suatu ketika berubah menjadi materi yang sangat kecil dan padat, massanya sangat berat dan tekanannya besar, karena adanya reaksi inti kemudian terjadi ledakan hebat. Massa itu kemudian berserak dan mengembang dengan sangat cepat menjauhi pusat ledakan dan membentuk kelompok-kelompok dengan berat jenis yang lebih kecil dan trus bergerak, menjauhi titik pusatnya.
Dentuman besar itu terjadi ketika seluruh materi kosmos keluar dengan kerapatan yang sangat besar dan suhu yang sangat tinggi dari volume yang sangat kecil. Alam semesta lahir dari singularitas fisis dengan keadaan ekstrem. Teori Big Bang ini semakin menguatkan pendapat bahwa alam semesta ini pada awalnya tidak ada tetapi kemudian sekitar 12 milyar tahun yang lalu tercipta dari ketiadaan.
Pada tahun 1948, Gerge Gamov muncul dengan gagasan lain tentang Big Bang. Ia mengatakan bahwa setelah pembentukan alam semesta melalui ledakan raksasa, sisa radiasi yang ditinggalkan oleh ledakan ini haruslah ada di alam. Selain itu, radiasi ini haruslah tersebar merata di segenap penjuru alam semesta. Bukti yang ’seharusnya ada’ ini pada akhirnya diketemukan. Pada tahun 1965, dua peneliti bernama Arno Penziaz dan Robert Wilson menemukan gelombang ini tanpa sengaja. Radiasi ini, yang disebut ‘radiasi latar kosmis’, tidak terlihat memancar dari satu sumber tertentu, akan tetapi meliputi keseluruhan ruang angkasa. Demikianlah, diketahui bahwa radiasi ini adalah sisa radiasi peninggalan dari tahapan awal peristiwa Big Bang. Penzias dan Wilson dianugerahi hadiah Nobel untuk penemuan mereka.
Pada tahun 1989, NASA mengirimkan satelit COBE (Cosmic Background Explorer). COBE ke ruang angkasa untuk melakukan penelitian tentang radiasi latar kosmis. Hanya perlu 8 menit bagi COBE untuk membuktikan perhitungan Penziaz dan Wilson. COBE telah menemukan sisa ledakan raksasa yang telah terjadi di awal pembentukan alam semesta. Dinyatakan sebagai penemuan astronomi terbesar sepanjang masa, penemuan ini dengan jelas membuktikan teori Big Bang.
Bukti penting lain bagi Big Bang adalah jumlah hidrogen dan helium di ruang angkasa. Dalam berbagai penelitian, diketahui bahwa konsentrasi hidrogen-helium di alam semesta bersesuaian dengan perhitungan teoritis konsentrasi hidrogen-helium sisa peninggalan peristiwa Big Bang. Jika alam semesta tak memiliki permulaan dan jika ia telah ada sejak dulu kala, maka unsur hidrogen ini seharusnya telah habis sama sekali dan berubah menjadi helium.
Segala bukti meyakinkan ini menyebabkan teori Big Bang diterima oleh masyarakat ilmiah. Model Big Bang adalah titik terakhir yang dicapai ilmu pengetahuan tentang asal muasal alam semesta. Begitulah, alam semesta ini telah diciptakan oleh Allah Yang Maha Perkasa dengan sempurna tanpa cacat.
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihtatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang. (QS. Al-Mulk, 67:3)
C. Teori Asal Mula Bumi
Lima miliar tahun yang lalu,system tata surya kita tidak ada. Yang ada hanyalah awan debu dan gas yang secara perlahan berubah bentuk.sembilan planet, termasuk Bumi, dibentuk dari materi yang menggumpal, menyerupai gumpalan bola salju, di dalam kabut. Mengenai teori sejarah asal terbentuknya bumi sebagai berikut:
ü  Proses dimulai sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu di pusat nebula matahari.
ü  Matahari terbentuk di pusat awan ini. Sementara itu, gas dan bahan lain di bagian luarnya menggumpal.
ü  Bebatun kecil berubah menjadi lebih besar, membentuk cikal bakal planet, atau protoplanet dengan diameter beberapa kilometre.
ü  Protoplanet saling bertumbuhan satu sama lain dan menggumpal hingga mencapai ukuran planet (memiliki diameter beberapa ribu kilometer). Hingga ratusan juta tahun, planet tersebut dibombardir secara kuat dan terus menerus oleh bebatuan lain.
ü  Sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu, bumitelah diselimuti oleh lautan larva yang berasal dari bebatuan yang terbakar dan luasnya mencapai beberapa kilometre.
ü  Secara perlahan, lautan larva tersebut mendingin membentuk kerak yang dihantam terus menerus oleh berbagai meteor dan komet.
ü  Planet muda kita juga mengalami aktifitas vulkanik yang melepaskan lapisan udara secara radikal, lapisan udara ini berbeda dengan lapisan udara saat ini. Keberadaan air dimungkinkan berassal dari kedalaman bumi atau dibawa dari angkasa oleh komet dan membentuk laut. Pada saat bersamaan, kerak bumi berupa menjadi benua.
ü  Kemunculan benua, laut, dan lapisan oksigen rendah menghasilkan proses pembentukan molekul yang lebih kompleks, yang menuntun terciptanya fenomena yang luar biasa, yaitu kehidupan. Bahkan lebih mengejutkan lagi, kehidupan dengan sangat cepat muncul dari laut, kurang dari satu miliar tahun setelah bumi tecipta. Kehidupan memerlukan beberapa miliar tahun lagi ke daratan.

BAB III PENUTUP
Sampai sekarang belum ada teori yang benar-benar tepat untuk mengambarkan masa depan alam semesta. Pertanyaan kita sekarang tentang suatu hal pada akhirnya akan terjawab , namun setelah itu akan muncul beberapa pertanyaan baru. Demikianlah yang akan terjadi jika kita bertanya tentang alam semesta, kita tidak akan pernah puas karena sifat curiosity kita. Seringkali kita mendapati suatu pertanyaan yang sangat mendasar, yang mendapat jawaban membuat hati kita kagum, heran, takzim dan sampai pada tingkat suatu perenungan bahwa betapa luar biasa kuasa tuhan alam semesta ini.
Demikian makalah ini kami buat. Di dalamnya terdapat kesalahan dan itu adalah hal yang niscaya. Karena kita tempat kesalahan dan lupa. Kami mengharap kritik saran membangun anda, agar dapat memperbaiki diri selaku mahluk sosial. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis sendiri serta pembacanya. Amin.



Kriteria Tes Yang Baik

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Tes merupakan salah satu alat ukur guna mengukur keberhasilan proses dan hasil dari pembelajaran. Untuk itu sebagai mahasiswa calon guru (konselor) perlu memahami kriteria tes yang baik agar mampu menyusun tes yang baik pula. Tidak hanya mampu mengajar dan mendidik dengan baik, guru yang professional hendaknya mampu menyusun tes yang dapat mengukur keefektivan pembelajaran dan menilai kesuksesan dan pencapaian target pembelajaran itu sendiri. Tes yang baik yaitu tes yang memenuhi beberapa kriteria, yakni : validitas, reliabilitas, daya beda, objektifitas dan standardisasi.
Penulis mencoba untuk menjabarkan kelima kriteria tes yang baik tersebut diatas untuk menambah pemahaman penulis dan pembaca makalah yang berjudul “Kriteria Tes yang Baik” ini. Selain itu penulis juga mencoba untuk membuat perbandingan antara kriteria tes yang baik menurut Suharsimi arikunto dengan beberapa ahli lainnya.
1.2  Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain sebagai berikut :
1.      Untuk memenuhi tugas matakuliah ‘Assesmen Tes’
2.      Menjelaskan tentang validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran suatu test dan bagaimana cara mengukurnya.
3.      Dapat membuat perbandingan beberapa kriteria tes yang baik menurut beberapa ahli.
4.      Tujuan akhir dari pembuatan makalah ini diharapkan agar penulis dan pembaca mampu membuat dan menyusun tes yang baik.

BAB 2
PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis menyajikan kriteria tes yang baik berdasarkan buku Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan karangan Prof. Dr. Suharsimi Arikunto. Adapun beberapa kriteria tyang akan dibahas adalah : validitas, daya beda, reliabilitas, objektifitas dan standardisasai.
2.1  Validitas
A test is valid if it measures what it purpose to measures (Scarvia B. Anderson, dalam Encyclopedia of Educational Evaluation). Artinya, sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Sebenarnya validitas ini bukan ditekankan pada tes itu sendiri, tapi pada hasil pengetesan atau skornya.
  Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari hasil pengalaman. Hal yang pertama akan diperoleh validitas logis, dan hal kedua diperoleh validitas empiris.
a.       Validitas Logis
Yaitu jika sebuah instrument evaluasi memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Kondisi valid tersebut dipandang karena sudah dirancang sacara baik, mengikuti teori dan ketentuan yang ada. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa validitas logis tidak perlu diuji kondisinya tetapi langsung diperoleh setelah instrument tersebut disusun.
Dua macam validitas logis yang dapat dicapai oleh sebuah instrument :
·         Validitas Isi
Kondisi sebuah instrument yang disusun berdasarkan isi materi pelajaran yang dievaluasi
·         Validitas Konstrak
Kondisi sebuah instrument yang disusun berdasarkan konstrak aspek-aspek kejiwaan yang seharusnya dievaluasi
b.      Validitas Empiris
Sebuah instrument dapat dikatakan memiliki validitas empiris  bila sudah diuji dari pengalaman. Validitas empiris tidak hanya diperoleh dengan menyusun instrument berdasarkan ketentuan seperti halnya validitas logis, tapi harus dibuktikan melalui pengalaman.
Dua cara yang dapat dilakukan untuk menguji bahwa sebuah instrument memang valid :
·         Instrument yang sudah tersedia dan yang belum ada tapi akan terjadi diwaktu yang akan datang (‘ada sekarang’/concurren validity)
·         Instrumen yang kondisinya sesuai dengan kriterium yang diramalkan akan terjadi (‘validitas prediksi’/predictive validity)

c.       Cara Mengetahui Validitas Alat Ukur
Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson (dalam Suharsimi Arikunto). Rumus Korelasi product Moment dengan simpangan :
rxy        =                 xy
                                                            (x2) (y2)
Dimana :
rxy = Koefisien korelasi antara variable X dan Variabel Y.
xy     = Jumlah perkalian X dengan Y
X2  = Kuadrat dari X
Y2  = kuadrat dari Y
2.2  Daya Beda
Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D).
Tiga titik daya pembeda yaitu :

-1,00                           0,00                              1,00

     Daya pembeda                    Daya pembeda           Daya pembeda tinggi
       Negative                                rendah                              (positif)


2.3  Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap atau seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti. Inilah yang dimaksud dengan reliabel.
Scarvia B. Anderson dalam buku Suharsimi arikunto menyatakan bahwa persyaratan bagi tes yaitu validitas dan reliabilitas ini penting. Sebuah tes mungkin reliabel tapi tidak valid. Sebaliknya, sebuah tes yang valid biasanya reliabel.
·         Cara mencari besarnya Reliabilitas
a.       Metode bentuk paralel (equivalent)
Adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan tujuan, tingkat kesukaran dan susuan, tetapi butir-butir soalnya berbeda. Kelemahan dari metode ini adalah pengetes harus menyusun dua seri tes dan harus tersedia waktu yang lama untuk mencobakan dua kali tes.

b.      Metode tes ulang (test-retest method)
Metode ini dilakukan untuk menghindari penyusunan dua seri tes. Pengetes hanya memiliki satu seri tes tetapi dicobakan dua kali. Kemudian hasil dari kedua kali tes tersebut dihitung korelasinya.tenggang waktu antara pemberian tes pertama dan kedua jangan terlalu sempit dan jangan pula terlalu lama.
c.       Metode belah dua (Split-half method)
Dalam menggunakan metode ini pengetes hanya menggunakan sebuah tesdan dicobakan satu kali. Pada saat membelah dua dan mengkolerasikan dua belahan, baru diketahui separuh tes. Untuk mengetahui keseluruhan tes harus digunakan rumus Spearman-Brown sebagai berikut :
                                              2r1/21/2
                                    r11        =          (1+r1/1/2)


                Dimana :
r1/21/2      =   Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes.
r11           =    Koefisien reliabolitas yang sudah disesuaikan.
2.4  Objektifitas
Objektif berarti tidak ada unsur yang pribadi yang mempengaruhi. Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam pelaksanaan tes itu tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya. Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada sistem skoring, sedangkan reliabilitas menekankan pada ketetapan dalam hasil tes.
Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektifitas dari suatu tes, yaitu :
1.      Bentuk tes
Tes yang berbentuk uraian akan member banyak kemungkinan pada si penilai untuk member penilaian menurut caranya sendiri. Untuk itu dapat diminimalisir dengan membuat pedoman skoring terlebih dahulu.
2.      Penilai
Faktor yang dapat mempengaruhi subjektivitas antara lain : kesan penilai terhadap siswa,tulisan, bahasa, waktu mengadakan penilaian, kelelahan dan sebagainya. Maka penilaian atau evaluasi harus dilakukan dengan mengingat pedoman penilaian.
2.5    Standardisasi
Pengertian tes standar secara sempit adalah tes yang disusun oleh satu tim ahli, atau disusun oleh lembaga yang khusus menyelenggarakan secara professional. Tes tersebut diketahui memenuhi syarat sebagai tes yang baik.  Yakni diketahui validitas dan reliabilitasnya baik validitas rasional maupun validitas empirik, reliabilitas dalam arti teruji tingkat stabilitas, maupun homoginitasnya.
Istilah ‘standar’ tidak mengandung arti bahwa tes itu menyiapkan suatu standar prestasi dimana siswa harus dan dapat mencapai suatu tingkat tertentu. Penyusunan tes standar selalu mengusahakan agar sistem skoringnya sangat objektif sehingga diperoleh reliabilitas yang tinggi. Apabila mungkin dilakukan dengan mesin, hal ini tidak berarti bahwa bentuk tes standar harus selalu pilihan berganda. Tapi untuk skoringnya diusahakan agar tidak terkena bias faktor-faktor lain.
Untuk menyusun tes standar dibutuhkan waktu yang lama. Karena untuk memperoleh sebuah tes yang standar melalui prosedur :
·         Penyusunan
·         Uji coba
·         Analisis
·         Revisi
·         Edit

BAB 3
PERBANDINGAN
3.1 Validitas
Dari beberapa referensi yang penulis dapatkan baik dibeberapa blog maupun dalam buku-buku lainnya diantaranya : Metode Research (Penelitian Ilmiah), karangan  Prof Dr. S. Nasutionn, M.A. menarik sekali karena buku tersebut memuat definisi validitas yang nyaris sama dengan Suharsimi Arikunto, yakni ‘mengukur apa yang hendak diukur’.
Begitu pula dengan beberapa blog yang didapati oleh penulis, diantaranya : Jawharie.Blogspot.com, Deswin Purple.blogspot.com yang sepakat dengan Suharsimi Arikunto yang menjadi bahan rujukan makalah ini.
Namun penulis menemui perbedaan dalam buku Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif yang juga merupakan karangan Prof Dr. S. Nasution, M.A. beliau menyebutkan bahwa validitas membuktikan apa yang diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam kenyataan. Namun setelah penulis menelaahnya lebih jauh, tujan dari kalimat tersebut adalah sama, hanya saja dalam buku ini Nasution  lebih menekankan pada penelitian naturalistik.
Selain itu, jika Suharsimi arikunto menyebutkan bahwa secara garis besar terdapat dua macam validitas, yaitu validitas logis dan validitas empiris. Maka lain halnya dengan Nasution yang justru menyebutkan bahwa validitas alat ukur dapat diselidiki dengan Logika dan statistik. Tapi untuk macam-macam Validitas  Suharsimi Arikunto dan Nasution sama-sama  menyebutkan :
1.      Validitas isi
2.      Validitas Konstruksi
3.      Validitas Prediksi / prediktif
4.      Concurrent validity (hanya ada pada Suharsimi saja)

3.2  Daya Beda
Untuk daya beda penulis tidak menemukan bahwa salah satu kriteria tes yang baik adalah mempunyai daya beda. Bahkan dalam buku Suharsimi Arikunto sendiri justru memasukkan daya beda kedalam masalah yang berhubungan dengan analisis butis soal. Hal ini juga sedikit membingungkan lantaran dalam silabus matakuliah Assesmen Tes justru memasukka daya beda kedalam salah satu kriteia tes yang baik, namun daya beda juga didapati penulis dalam blog dengan alamat Jawharie.blogspot.com.
Hal ini juga dipahami penulis bahwa salah satu kriteria tes yang baik adalah tes tersebut mampu membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Sehingga hasil yang diperoleh oleh setiap siswa tidaklah sama mengingat kemampuan mereka yang berbeda-beda.
3.3 Reliabilitas
Suharsimi Arikunto membahas reliabilitas dalam bab khusus tentang reliabel, sementara Nasution dalam Metode Research menggabungkan Validitas dan Reliabilitas dalam bab yang sama. Namun baik Suharsimi Arikunto maupun Nasution mempunyai penjelasan yang sama berkenaan dengan reliabilitas, meski dengan kalimat yang sama.
Dapat disimpulkan bahwa suatu alat ukur dikatakan reliabel jika alat itu dalam mengukur suatu gejala pada waktu yang berlainan senantiasa menunjukkan hasil yang sama (tetap), kalaupun mengalami perubahan, maka perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti.
Definisi serupa juga penulis dapatkan dari beberapa blog lain, diantaranya ZadrianArdi.blogspot.com dan Deswin Purple.blogspot.com.

3.4  Objektivitas

Tidak ada perbandingan yang penulis dapati dalam kriteria Objektivitas ini, dari beberapa referensi yang telah penulis sebutkan hampir semuanya sepakat bahwa yang dikatakan bahwa tes yang objektif adalah tes yang apabila dalam melaksanakan tes tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi terutama dalam sistem skoringnya.
Faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes juga terdapat dua faktor, yaitu bentuk tes dan penilai (deswin purple.blogspot.com)
3.5  Standardisasi
Sama halnya dengan daya pembeda, dalam referensi yang didapati penulis standardisasi juga sebenarnya tidak dimasukkan kedalam kriteria tes yang baik. Suharsimi Arikunto justru membahas dalam bab lainnya dengan pembahasan tes standar. Setelah menjelajahi beberapa blog di internet penulis juga tidak dapat menemukan tulisan yang memuat standardisasi kedalam salah satu kriteria tes yang baik.
Standardisasi Justru dibahas secara terpisah dalam bab Tes standar dan tidak standar. Namun penulis juga setuju bahwa standardisasi merupakan salah satu dari sekian banyak kriteria tes yang baik. Karena bagaimanapun juga tes yang baik hendaknya mempunyai standar tersendiri, terutama dalam pedoman penskoran agar terhindar dari sifat subjektif peneliti yang justru akan mengacaukan tes itu sendiri.
·         Dari beberapa pendapat para ahli yang penulis sebutkan dapat dilihat bahwa tidak ada hal yang sangat bertentangan antara yang satu dengan yang lain, justru para ahli saling melengkapi dalam merumuskan kriteria tes yang baik sehingga dapat menjadi acuan bagi penulis dan pembaca dalam membuat tes yang baik nantinya.
BAB 4
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
·         Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Sebenarnya validitas ini bukan ditekankan pada tes itu sendiri, tapi pada hasil pengetesan atau skornya.
·         Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.
·         Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap atau seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti.
·         Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam pelaksanaan tes itu tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya. Objektivitas menekankan ketetapan pada sistem scoring.
·         Penyusunan tes standar (standardisasi) selalu mengusahakan agar sistem skoringnya sangat objektif sehingga diperoleh reliabilitas yang tinggi.


Cinta dan Perkawinan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari manusia, sudah lama tertarik dengan konsep cinta (misalnya Eric Fromm dan Maslow) karena manusia satu-satunya makhluk yang konon dapat merasakan cinta. Hanya saja masalahnya, sebagai sebuah konsep, cinta sedemikian abstraknya sehingga sulit untuk didekati secara ilmiah. Dalam tulisan ini, saya memilih teori seorang psikolog, Robert Sternberg, yang telah berusaha untuk menjabarkan cinta dalam konteks hubungan antara dua orang.
Cinta di kategorikan sebagai hal yang sangat lumrah. Sehingga dia membutuhkan proses pencapaian pada titik terakhir. Dalam hal ini adalah perkawinan. Pada nantinya akan membentuk suatu hubungan yang harmonis diantara kedua pasangan dan bagi keluarga masing-masing individu.

1.2  Tujuan


Adapun tujuan yang hendak di capai dalam pembahasan makalah ini adalah :
a.       Mengetahui pengertian dari cinta dan perkawinan
b.      Faktor penyebab seseorang mencintai orang lain
c.       Tiga aspek cinta
d.      Cinta dalam sebuah perkawinan



BAB II

PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Cinta dan Perkawinan

Menurut Sternberg, cinta adalah sebuah kisah,  kisah yang ditulis oleh setiap orang. Kisah tersebut merefleksikan kepribadian, minat dan perasaan seseorang terhadap suatu hubungan. Ada kisah tentang perang memperebutkan kekuasaan, misteri, permainan dan sebagainya. Kisah pada setiap orang berasal dari “skenario” yang sudah dikenalnya, apakah dari orang tua, pengalaman, cerita dan sebagainya. Kisah ini biasanya mempengaruhi orang bagaimana ia bersikap dan bertindak dalam sebuah hubungan.
Sternberg terkenal dengan teorinya tentang segitiga cinta. Segitiga cinta itu mengandung komponen: (1) keintiman (intimacy), (2) gairah (passion) dan (3) komitmen.
Keintiman adalah elemen emosi, yang di dalamnya terdapat kehangatan, kepercayaan (trust) dan keinginan untuk membina hubungan. Ciri-cirinya antara lain seseorang akan merasa dekat dengan seseorang, senang bercakap-cakap dengannya sampai waktu yang lama, merasa rindu bila lama tidak bertemu, dan ada keinginan untuk bergandengan tangan atau saling merangkul bahu.
Gairah adalah elemen motivasional yang didasari oleh dorongan dari dalam diri yang bersifat seksual. Gairah merupakan elemen fisiologis yang menyebabkan seseorang ingin dekat secara fisik, merasakan dan menikmati sentuhan fisik, ataupun melakukan hubungan seksual dengan pasangan hidupnya.
Komitmen adalah elemen kognitif, berupa keputusan untuk secara sinambung dan tetap menjalankan suatu kehidupan bersama. Komitmen yang sejati adalah komitmen yang berasal dari dalam diri, yang tidak akan luntur walaupun menghadapi berbagai rintangan dan ujian yang berat dalam perjalanan kehidupan cintanya. Adanya rintangan dan godaan justru menjadi pemicu bagi masing-masing individu untuk membuktikan ketulusan cintanya. Komitmen akan terlihat dengan adanya upaya-upaya tindakan cinta (love behavior) yang cenderung meningkatkan rasa percaya, rasa diterima, merasa berharga dan merasa dicintai. Dengan demikian, komitmen akan mempererat dan melanggengkan kehidupan cinta sampai akhir hayat. Kematianlah yang memisahkan hubungan cinta tersebut.

2.2 Faktor penyebab seseorang mencintai orang lain

Para ahli psikologi,khususnya para ahli psikologi social,melakukan kajian tentang cinta terkait dengan perilaku menyukai atau tertaerik orang lain dalam konteks upaya menjalin hubungan di antara dua pribadi.dalam hal ini seseorang mencintai orang lain karena dalam proses interaksi di antara dua pribadi dimulai dari seseorang memiliki ketertarikan dengan orang lain.pengetahuan psikologi social tentang kemenarikan interpersenol dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kemenarikan interpersonal secara lebih dan pada kesempatan berikutnya itu dapt meningkatkan kualitas hidup ( Yela,2004)
Dalam konteks ini,seseorang menyukai atau tertarik dengan orang lain untuk menjalin hubungan khusus dengan orang lain itu disebabkan oleh beberapa faktor:

2.2.1 Kedekatan

Para ahli sosiologi menyimpulkan bahwa banyak orang berhubungan atau menikah dengan pasangannya karena mereka bertemu di sekitar wilayah hidupnya.dalam hal ini,orang tertarik dengan orang lain karena secara frekuensi mereka banyak berinteraksi dengan orang lain dalam wilayah hidup yang sama.contoh orang tertarik dengan orang lain dan kemudian menjalin hubungan interpersonal khusus dengan orang lain tersebut dapat dicontohkan dengan orang-orang yang menjadi pasangan suami dan istri karena mereka hidup dalam
kompleks perumahan yang sama,mereka kuliah pada jurusan yang sama,dan mereka beraktivitas dalam organisasi yang sama.


2.2.2 Kemenarikan Fisik

Kemenarikan fisik dapat menjadi factor penentu seseorang mencintai orang lain dan kemudian menjalin suatu hubungan cinta. hal ini terutama terjadi pada pria.banyak pria tertarik pada wanita karena penampilan fisik yang menarik,sedangkan wanita lebih tertarik pada pria karena penampilan kepribadiannya.ini terbukti dengan banyak fakta menunjukankan bahwa wanita cantik lebih mudah memeperolah teman kencan ketimbang pria yang berwajah tampan.selain penjelasan itu,pemilihan pasangan berdasarkan cirri-ciri fisik juga terkait dengan prinsip keseimbangan diantara kedua belah pihak dan stereontip tentang penampilan menarik seseorang yang ada dalam masyarakat.
            Dalam kaitan dengan konsep stereotip, seseorang dianggap cantik atau ganteng lebih karena masyarakat memiliki gambaran umum tentang ideal cantik dan ganteng dalam satu periode waktu tertentu dan untuk keleompok masyarakat tertentu.misalkanya,streotip wanita cantik pada periode 2000-an dalam gambaran masyarakat Indonesia adalah perempuan yang berkulit putih,rambut sebahu,dan tubuh langsing.fenomena stetreotip wanita cantik 2000-an ini dapat ditemui dalam pembicaraan sehari-hari di kalangan public dan media massa ( televisi. dan majalah)

2.2.3 Kesamaan dan kebutuhan saling melengkapi   

Seseorang menyukai atau mencintai orang lain bisa  karena ia memiliki kesamaan atau keserupaan dengan orang lain.banyak pasangan yang memiliki kesamaan dalam nilai,keyakinan,sikap,dan perilaku,lebih memiliki kesempatan untuk menjalani hidup perkawinan yang bahagia.
Namun dalam kasus-kasus lain, kita juga banyak menjumpsi orang mencintai dan menjalin hubungan dengan orang lain yang memiliki banyak perbedaan dibanding dirinya.fenomena ini dapat dijelaskan dari sudut pandang teori komplementer.seseorang tertarik dengan orang lain yang banyak memiliki perbedaan disbanding dirinya karena karena ia merasa bahwa orang lain itu memiliki kelebihan yang dapat melengkapi kekurangan pada dirinya.contoh: pria yang introvert memilih untuk menikah dengan wanita yang ekstrovert atau pria yang tubuhnya tidak terlalu tinggi akan memiliki wanita dengan tinggi tubuh yang cukup tinggi untuk mrenjadi pasangan hidupnya.
Seseorang mencintai orang lain yang mencintain dirinya karena apabila seseorang dicintai oleh orang lain maka terdapat semacam proses psikologis dimana seseorang merasa dirinya mendapat hadian (ganjaran) karena memperoleh cinta itu.ini sesuai dengan teori kebutuhan  Abraham maslow yang menyatakan bahwa manusia perlu atau ingin dicintai dan mencintai.apabila seseorang dicintai oleh orang lain maka seseorang akan merasa dihargai,terjadi peningkatan penilaian diri,merasa dirinya menarik ,dan merasa memperoleh penerimaan social.

2.2.4 Keuntungan yang diperoleh dari suatu hubungan

Berdasarkan pada teori pertukaran social yang mengacu pada hubungan yang bersifat timbale-balik maka orang akan mencintai orang lain karana orang lain itu memeberikan banyak keuntungan yang signifikan keoada dirinya.keuntungan itu dapat bersifat fisik.psikologis,material,dan sprotual.apabila matriks keuntungna timbla balik menjadi tidak seimbang maka ada kecenderungan suatu hubungan interpersonal mengalami kerengggangan dan akhirnya berhenti.dalam kehidupan sehari-hari,banyak laki-laki  memilih wanita cantik sebagai pasangannya karena merasa mendapat keuntungan berupa kebanggaan dapat bersama wanita cantik.di lain pihak wanita cantik lebih memilih laki-laki yang memiliki status social ekonomi lebih tinggi karena banyak alas an yang menguntungkan dirinya secara social dan ekonomi.

2.3 Tiga Aspek Cinta

a.         Keintiman
Keintiman adalah suatu konsep yang mengacu pada persaan kedekatan atau persaan keterhubungan di antara dua orang.perasaan-perasaan itu seperti fenomena seseorang memikirkan kesejahteraan orang lain,pemahanman timbale balik dengan orang lain,dan kemampuan berbagi (sharing) dengan orang lain.dalam keintiman,orang yang melakukan interaksi social pada siatu hubungan cinta menjadi saling memahami di antara kedua belah pihak dan terdapat fenomena kehangatan afeksi diantar kedua belah pihak ( Baumgardner & Clothers,2010).
b.         Kegairahan, adalah sumber pembangkitan (arousal) yang mengacu pada keterbangkitan fungsi emosi dan fungsi biologis yang kuat.

c.         Komitmen
Komitmen adalah suatu konstuk psikologis yang berhubungna dengan keputusan tentang keterikatan seseorang dengan orang lain dalm suatu hubungan.komitmen adalah keputusan rasional untuk berada dalam suatu hubungna dengan orang lain dalm jangka waktu tertentu.fenome komitmen dapat dilihat pada persaan mengagungkan suatu hubungna dan memiliki keinginan melaksanakan upaya-upaya pemeliharaan suatu hubungna (Baumgardner & Clothers,2010)komitmen dapat dibagi menjadiu dua,yaitu komitmen jangka pendek dan komitmen jangka panjang.pengertian komotmen jangka pendek terjadi apabila seseorang membuat keputusan bahwa ia mencintai orang lain.komitmen jangka panjang terjadi apabila seseorang membuat keputusan untuk memelihara cinta kepada orang itu.

2.4 Cinta dalam Sebuah Perkawinan

Umumnya apabila orang menjalin hubungan cinta maka hubungan itu kemudian bermuara pada sebiah komitmen menuju perkawinan.Bamister dan Leary menjelaskan bahwa manusia memiliki “ kebutuhan dasar untuk memiliki” dapat diwujudkan melalui kehidupan perkawinan.”kebutuhan dasar untuk memiliki”dalam kehidupan perkawinan terwujud dalam hubungan yang stabil di antara suami dan istri.
Pemenuhan kebutuhan dasra dalam sebuah kehidupan perkawinan tersebut kemudian memicu terbentuknya kebahagiaan dalam diri seseorang. Hal itu terjado karena dalam kehidupan perkawiana terdapat potensi memberikan kehadiran eksistensi pertemanan(friendship),keintiman,cinta,afeksi,dan dukungan social pada saat seseorang mengalami situasi krisis.selain itu,perkawinan juga memnberi kesempatan kepada seseorang untuk mengalami perkrmbangan personal (personal growh) dan perkembangan potensi baru.
mampu meningkatka penghargaan diri ( self esteem) dan kepuasaan diri (dalam Baumgardner & Clothers,2010).
Perkawinan yang berhasil merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan seseorang.Baumgardner dan clothers (2010) menjelaskan bahwa keberhasilan perkawinan merupakan salah satu penyumbang penting bagi terjadinya penguatan kesehatan individu dan kebahagiaan individu.
Fakta menunjukan bahwa gejala perceraian dalam budaya barat maupun di Indonesia terus mengalami peningkatan. Tanpa mengabaikan perspektif gender,salah satu sebab perceraian itu disebabkan karena semakin banyaknya wanita bekerja.semakin banyak wanita bekerja semakin besar kemungkinan terjadinya perceraian (Myers,2002).fakta lain menunjukan bahwa dalam budaya individualistic tingkat percerian lebih tinggi disbanding dalam budaya kolektivistik.
Penelitian psikologi positif tentang perkawinan yang berbahagia oleh Lauer dan Lauer tahun 1985(dalam Baumgardner dan Clothers,2010) terhadapa pasngan yang telah menikah 15 tahun atau lebih menunjukan bahwa pertemenan(friendship) dan komitmen merupakn factor utama terjadinya perkawinan yang bahagia.dalam hal ini,pertemanan sangat erat dan mendalam menjadi alas an utama pasngan suami dan istri untuk tetatp hidup dalam ikat perkawinan.dalam penelitian ini pasangan suami dan istri yang berbahagia tersebut memberikan penjelasan bahwa pasangan mereka adalah teman terbaik bagi mereka.
Pangan perkawinan yang berbahagia memiliki pendapat bahwa komitmen yang kuat dan berjangka waktu lama merupakan fundamen yang bagus untuk melestarian sebuah perkawinan yang berbahagia memecahkan maslah perkawinan mereka secara baik dan berkelanjutan.
Selain factor pertemanan dan factor komitmen, factor humor juga memiliki kontribusi yang kuat bagi terciptanya perkawinan yang berbahagia. dalam kehidupan perkawianan kenikmatan perkawinan dapat diperoleh melaui tertawa bersama sebagai konsekuensi dari tindakan humor. berdasarkan pada rasional semacam ini,tidak heran banyak orang menseleksi orang lain sebagai calon pasangan terkait dengan kualitas perasaan humor yang dimiliki oleh seseorang.
Selain itu, humor juga mampu mendetoksi atau menetralkan konflik anatara suami dan istri dan sekaligus menyembuhkan stress akibat konflik dalam suatu hubungan perkawinan.lebih lanjut,humor juga membuat suami dan istri untuk saling berbagi (sharing) hal-hal yang sangat personal dalam diri mereka.dal hal ini tertawa menggambarkan reaksi emosional alamiah mak orang akan mengalami kesulitan untuk mencoba mengelabui orang lain pada saat tertawa.perilaku tertawa yang bersifat alamiah adalah ekspresi jujur darp persaan sebenarnya dalam diri seseorang.(Baumgardner &clothers,2010)
Terkait dengan fenomena humor dalam sebuah perkawinan,ternyata kesamaan juga berlaku terkait dengan humor yang ada di antara suami dan istri.kesamaan dalam selera humor dapat diafirmasi sebagai basis bagi daya tarik awal dari orang lain yang berinteraksi dengan seseorang.oraang meresa bahwa apabila ia mampu berbagi humor dengan orang – orang tertentu maka ia juga merasa mampu berbagi nilai,keyakinan,dan kualitas yang lain dengan orang-orang tertentu itu.hai ini juga dapat terjadi dalam hubungan suami dan istri pada sebuah perkawinan.

BAB III

PENUTUP


3.1 Kesimpulan

Cinta merupakan kekuatan yang mampu menarik dua orang dalam satu ikatan yang tidak terpisahkan, yang dinamakan perkawinan. Dengan kata lain, perkawinan akan kuat ketika dilandasi oleh cinta. Hatfield (dalam Lubis, 2002) menyatakan bahwa ada dua macam cinta diantara pasangan dalam perkawinan, yaitu passionate love dan companiate love. Pemenuhan kebutuhan dasra dalam sebuah kehidupan perkawinan tersebut kemudian memicu terbentuknya kebahagiaan dalam diri seseorang. Hal itu terjado karena dalam kehidupan perkawiana terdapat potensi memberikan kehadiran eksistensi pertemanan(friendship),keintiman,cinta,afeksi,dan dukungan social pada saat seseorang mengalami situasi krisis.selain itu,perkawinan juga memnberi kesempatan kepada seseorang untuk mengalami perkrmbangan personal (personal growh) dan perkembangan potensi baru mampu meningkatka penghargaan diri ( self esteem) dan kepuasaan diri (dalam Baumgardner & Clothers,2010).

3.2 Saran

Mencari pasangan bukanlah hal yang mudah. Perihal harus mempertimbangkan berbagagai macam hal. Tetaplah Cinta dan perkawinan haruslah sama-sama menjadi tolok ukur dalam menentukan pilihan dan terjalin hubungan yang harmonis.Mencari pasangan bukanlah hal yang mudah. Perihal harus mempertimbangkan berbagagai macam hal. Cinta dan perkawinan haruslah sama-sama menjadi tolok ukur dalam menentukan pilihan dan terjalin hubungan yang harmonis. Tetaplah berdoa, berusaha, dan berkaca.

 

DAFTAR PUSTAKA


Lubis, Yati Utoyo. 2002. Aspek psikologis dari poligami: Telaah kasuistik. Makalah Seminar.
Papalia; Olds & Feldman. 1998. Human development (7th ed.). Boston: McGraw Hill
Santrock, J.W. 2002. A Topical approach to life-span development. Boston: McGraw Hill.

Waite, L.J. & Gallagher, M. 2003. Selamat menempuh hidup baru: Manfaat perkawinan dari segi kesehatan, psikologi, seksual, dan keuangan. Diterjemahkan oleh: Eva Yulia Nukman. Bandung: Mizan Media Utama.