KETIKA BANYAK TULISAN BELUM MAMPU MEMUASKAN SYAHWAT MEMBACAMU, MAKA MENULISLAH DENGAN JALAN FIKIRANMU

Jumat, 04 Oktober 2013

Cinta dan Perkawinan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari manusia, sudah lama tertarik dengan konsep cinta (misalnya Eric Fromm dan Maslow) karena manusia satu-satunya makhluk yang konon dapat merasakan cinta. Hanya saja masalahnya, sebagai sebuah konsep, cinta sedemikian abstraknya sehingga sulit untuk didekati secara ilmiah. Dalam tulisan ini, saya memilih teori seorang psikolog, Robert Sternberg, yang telah berusaha untuk menjabarkan cinta dalam konteks hubungan antara dua orang.
Cinta di kategorikan sebagai hal yang sangat lumrah. Sehingga dia membutuhkan proses pencapaian pada titik terakhir. Dalam hal ini adalah perkawinan. Pada nantinya akan membentuk suatu hubungan yang harmonis diantara kedua pasangan dan bagi keluarga masing-masing individu.

1.2  Tujuan


Adapun tujuan yang hendak di capai dalam pembahasan makalah ini adalah :
a.       Mengetahui pengertian dari cinta dan perkawinan
b.      Faktor penyebab seseorang mencintai orang lain
c.       Tiga aspek cinta
d.      Cinta dalam sebuah perkawinan



BAB II

PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Cinta dan Perkawinan

Menurut Sternberg, cinta adalah sebuah kisah,  kisah yang ditulis oleh setiap orang. Kisah tersebut merefleksikan kepribadian, minat dan perasaan seseorang terhadap suatu hubungan. Ada kisah tentang perang memperebutkan kekuasaan, misteri, permainan dan sebagainya. Kisah pada setiap orang berasal dari “skenario” yang sudah dikenalnya, apakah dari orang tua, pengalaman, cerita dan sebagainya. Kisah ini biasanya mempengaruhi orang bagaimana ia bersikap dan bertindak dalam sebuah hubungan.
Sternberg terkenal dengan teorinya tentang segitiga cinta. Segitiga cinta itu mengandung komponen: (1) keintiman (intimacy), (2) gairah (passion) dan (3) komitmen.
Keintiman adalah elemen emosi, yang di dalamnya terdapat kehangatan, kepercayaan (trust) dan keinginan untuk membina hubungan. Ciri-cirinya antara lain seseorang akan merasa dekat dengan seseorang, senang bercakap-cakap dengannya sampai waktu yang lama, merasa rindu bila lama tidak bertemu, dan ada keinginan untuk bergandengan tangan atau saling merangkul bahu.
Gairah adalah elemen motivasional yang didasari oleh dorongan dari dalam diri yang bersifat seksual. Gairah merupakan elemen fisiologis yang menyebabkan seseorang ingin dekat secara fisik, merasakan dan menikmati sentuhan fisik, ataupun melakukan hubungan seksual dengan pasangan hidupnya.
Komitmen adalah elemen kognitif, berupa keputusan untuk secara sinambung dan tetap menjalankan suatu kehidupan bersama. Komitmen yang sejati adalah komitmen yang berasal dari dalam diri, yang tidak akan luntur walaupun menghadapi berbagai rintangan dan ujian yang berat dalam perjalanan kehidupan cintanya. Adanya rintangan dan godaan justru menjadi pemicu bagi masing-masing individu untuk membuktikan ketulusan cintanya. Komitmen akan terlihat dengan adanya upaya-upaya tindakan cinta (love behavior) yang cenderung meningkatkan rasa percaya, rasa diterima, merasa berharga dan merasa dicintai. Dengan demikian, komitmen akan mempererat dan melanggengkan kehidupan cinta sampai akhir hayat. Kematianlah yang memisahkan hubungan cinta tersebut.

2.2 Faktor penyebab seseorang mencintai orang lain

Para ahli psikologi,khususnya para ahli psikologi social,melakukan kajian tentang cinta terkait dengan perilaku menyukai atau tertaerik orang lain dalam konteks upaya menjalin hubungan di antara dua pribadi.dalam hal ini seseorang mencintai orang lain karena dalam proses interaksi di antara dua pribadi dimulai dari seseorang memiliki ketertarikan dengan orang lain.pengetahuan psikologi social tentang kemenarikan interpersenol dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kemenarikan interpersonal secara lebih dan pada kesempatan berikutnya itu dapt meningkatkan kualitas hidup ( Yela,2004)
Dalam konteks ini,seseorang menyukai atau tertarik dengan orang lain untuk menjalin hubungan khusus dengan orang lain itu disebabkan oleh beberapa faktor:

2.2.1 Kedekatan

Para ahli sosiologi menyimpulkan bahwa banyak orang berhubungan atau menikah dengan pasangannya karena mereka bertemu di sekitar wilayah hidupnya.dalam hal ini,orang tertarik dengan orang lain karena secara frekuensi mereka banyak berinteraksi dengan orang lain dalam wilayah hidup yang sama.contoh orang tertarik dengan orang lain dan kemudian menjalin hubungan interpersonal khusus dengan orang lain tersebut dapat dicontohkan dengan orang-orang yang menjadi pasangan suami dan istri karena mereka hidup dalam
kompleks perumahan yang sama,mereka kuliah pada jurusan yang sama,dan mereka beraktivitas dalam organisasi yang sama.


2.2.2 Kemenarikan Fisik

Kemenarikan fisik dapat menjadi factor penentu seseorang mencintai orang lain dan kemudian menjalin suatu hubungan cinta. hal ini terutama terjadi pada pria.banyak pria tertarik pada wanita karena penampilan fisik yang menarik,sedangkan wanita lebih tertarik pada pria karena penampilan kepribadiannya.ini terbukti dengan banyak fakta menunjukankan bahwa wanita cantik lebih mudah memeperolah teman kencan ketimbang pria yang berwajah tampan.selain penjelasan itu,pemilihan pasangan berdasarkan cirri-ciri fisik juga terkait dengan prinsip keseimbangan diantara kedua belah pihak dan stereontip tentang penampilan menarik seseorang yang ada dalam masyarakat.
            Dalam kaitan dengan konsep stereotip, seseorang dianggap cantik atau ganteng lebih karena masyarakat memiliki gambaran umum tentang ideal cantik dan ganteng dalam satu periode waktu tertentu dan untuk keleompok masyarakat tertentu.misalkanya,streotip wanita cantik pada periode 2000-an dalam gambaran masyarakat Indonesia adalah perempuan yang berkulit putih,rambut sebahu,dan tubuh langsing.fenomena stetreotip wanita cantik 2000-an ini dapat ditemui dalam pembicaraan sehari-hari di kalangan public dan media massa ( televisi. dan majalah)

2.2.3 Kesamaan dan kebutuhan saling melengkapi   

Seseorang menyukai atau mencintai orang lain bisa  karena ia memiliki kesamaan atau keserupaan dengan orang lain.banyak pasangan yang memiliki kesamaan dalam nilai,keyakinan,sikap,dan perilaku,lebih memiliki kesempatan untuk menjalani hidup perkawinan yang bahagia.
Namun dalam kasus-kasus lain, kita juga banyak menjumpsi orang mencintai dan menjalin hubungan dengan orang lain yang memiliki banyak perbedaan dibanding dirinya.fenomena ini dapat dijelaskan dari sudut pandang teori komplementer.seseorang tertarik dengan orang lain yang banyak memiliki perbedaan disbanding dirinya karena karena ia merasa bahwa orang lain itu memiliki kelebihan yang dapat melengkapi kekurangan pada dirinya.contoh: pria yang introvert memilih untuk menikah dengan wanita yang ekstrovert atau pria yang tubuhnya tidak terlalu tinggi akan memiliki wanita dengan tinggi tubuh yang cukup tinggi untuk mrenjadi pasangan hidupnya.
Seseorang mencintai orang lain yang mencintain dirinya karena apabila seseorang dicintai oleh orang lain maka terdapat semacam proses psikologis dimana seseorang merasa dirinya mendapat hadian (ganjaran) karena memperoleh cinta itu.ini sesuai dengan teori kebutuhan  Abraham maslow yang menyatakan bahwa manusia perlu atau ingin dicintai dan mencintai.apabila seseorang dicintai oleh orang lain maka seseorang akan merasa dihargai,terjadi peningkatan penilaian diri,merasa dirinya menarik ,dan merasa memperoleh penerimaan social.

2.2.4 Keuntungan yang diperoleh dari suatu hubungan

Berdasarkan pada teori pertukaran social yang mengacu pada hubungan yang bersifat timbale-balik maka orang akan mencintai orang lain karana orang lain itu memeberikan banyak keuntungan yang signifikan keoada dirinya.keuntungan itu dapat bersifat fisik.psikologis,material,dan sprotual.apabila matriks keuntungna timbla balik menjadi tidak seimbang maka ada kecenderungan suatu hubungan interpersonal mengalami kerengggangan dan akhirnya berhenti.dalam kehidupan sehari-hari,banyak laki-laki  memilih wanita cantik sebagai pasangannya karena merasa mendapat keuntungan berupa kebanggaan dapat bersama wanita cantik.di lain pihak wanita cantik lebih memilih laki-laki yang memiliki status social ekonomi lebih tinggi karena banyak alas an yang menguntungkan dirinya secara social dan ekonomi.

2.3 Tiga Aspek Cinta

a.         Keintiman
Keintiman adalah suatu konsep yang mengacu pada persaan kedekatan atau persaan keterhubungan di antara dua orang.perasaan-perasaan itu seperti fenomena seseorang memikirkan kesejahteraan orang lain,pemahanman timbale balik dengan orang lain,dan kemampuan berbagi (sharing) dengan orang lain.dalam keintiman,orang yang melakukan interaksi social pada siatu hubungan cinta menjadi saling memahami di antara kedua belah pihak dan terdapat fenomena kehangatan afeksi diantar kedua belah pihak ( Baumgardner & Clothers,2010).
b.         Kegairahan, adalah sumber pembangkitan (arousal) yang mengacu pada keterbangkitan fungsi emosi dan fungsi biologis yang kuat.

c.         Komitmen
Komitmen adalah suatu konstuk psikologis yang berhubungna dengan keputusan tentang keterikatan seseorang dengan orang lain dalm suatu hubungan.komitmen adalah keputusan rasional untuk berada dalam suatu hubungna dengan orang lain dalm jangka waktu tertentu.fenome komitmen dapat dilihat pada persaan mengagungkan suatu hubungna dan memiliki keinginan melaksanakan upaya-upaya pemeliharaan suatu hubungna (Baumgardner & Clothers,2010)komitmen dapat dibagi menjadiu dua,yaitu komitmen jangka pendek dan komitmen jangka panjang.pengertian komotmen jangka pendek terjadi apabila seseorang membuat keputusan bahwa ia mencintai orang lain.komitmen jangka panjang terjadi apabila seseorang membuat keputusan untuk memelihara cinta kepada orang itu.

2.4 Cinta dalam Sebuah Perkawinan

Umumnya apabila orang menjalin hubungan cinta maka hubungan itu kemudian bermuara pada sebiah komitmen menuju perkawinan.Bamister dan Leary menjelaskan bahwa manusia memiliki “ kebutuhan dasar untuk memiliki” dapat diwujudkan melalui kehidupan perkawinan.”kebutuhan dasar untuk memiliki”dalam kehidupan perkawinan terwujud dalam hubungan yang stabil di antara suami dan istri.
Pemenuhan kebutuhan dasra dalam sebuah kehidupan perkawinan tersebut kemudian memicu terbentuknya kebahagiaan dalam diri seseorang. Hal itu terjado karena dalam kehidupan perkawiana terdapat potensi memberikan kehadiran eksistensi pertemanan(friendship),keintiman,cinta,afeksi,dan dukungan social pada saat seseorang mengalami situasi krisis.selain itu,perkawinan juga memnberi kesempatan kepada seseorang untuk mengalami perkrmbangan personal (personal growh) dan perkembangan potensi baru.
mampu meningkatka penghargaan diri ( self esteem) dan kepuasaan diri (dalam Baumgardner & Clothers,2010).
Perkawinan yang berhasil merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan seseorang.Baumgardner dan clothers (2010) menjelaskan bahwa keberhasilan perkawinan merupakan salah satu penyumbang penting bagi terjadinya penguatan kesehatan individu dan kebahagiaan individu.
Fakta menunjukan bahwa gejala perceraian dalam budaya barat maupun di Indonesia terus mengalami peningkatan. Tanpa mengabaikan perspektif gender,salah satu sebab perceraian itu disebabkan karena semakin banyaknya wanita bekerja.semakin banyak wanita bekerja semakin besar kemungkinan terjadinya perceraian (Myers,2002).fakta lain menunjukan bahwa dalam budaya individualistic tingkat percerian lebih tinggi disbanding dalam budaya kolektivistik.
Penelitian psikologi positif tentang perkawinan yang berbahagia oleh Lauer dan Lauer tahun 1985(dalam Baumgardner dan Clothers,2010) terhadapa pasngan yang telah menikah 15 tahun atau lebih menunjukan bahwa pertemenan(friendship) dan komitmen merupakn factor utama terjadinya perkawinan yang bahagia.dalam hal ini,pertemanan sangat erat dan mendalam menjadi alas an utama pasngan suami dan istri untuk tetatp hidup dalam ikat perkawinan.dalam penelitian ini pasangan suami dan istri yang berbahagia tersebut memberikan penjelasan bahwa pasangan mereka adalah teman terbaik bagi mereka.
Pangan perkawinan yang berbahagia memiliki pendapat bahwa komitmen yang kuat dan berjangka waktu lama merupakan fundamen yang bagus untuk melestarian sebuah perkawinan yang berbahagia memecahkan maslah perkawinan mereka secara baik dan berkelanjutan.
Selain factor pertemanan dan factor komitmen, factor humor juga memiliki kontribusi yang kuat bagi terciptanya perkawinan yang berbahagia. dalam kehidupan perkawianan kenikmatan perkawinan dapat diperoleh melaui tertawa bersama sebagai konsekuensi dari tindakan humor. berdasarkan pada rasional semacam ini,tidak heran banyak orang menseleksi orang lain sebagai calon pasangan terkait dengan kualitas perasaan humor yang dimiliki oleh seseorang.
Selain itu, humor juga mampu mendetoksi atau menetralkan konflik anatara suami dan istri dan sekaligus menyembuhkan stress akibat konflik dalam suatu hubungan perkawinan.lebih lanjut,humor juga membuat suami dan istri untuk saling berbagi (sharing) hal-hal yang sangat personal dalam diri mereka.dal hal ini tertawa menggambarkan reaksi emosional alamiah mak orang akan mengalami kesulitan untuk mencoba mengelabui orang lain pada saat tertawa.perilaku tertawa yang bersifat alamiah adalah ekspresi jujur darp persaan sebenarnya dalam diri seseorang.(Baumgardner &clothers,2010)
Terkait dengan fenomena humor dalam sebuah perkawinan,ternyata kesamaan juga berlaku terkait dengan humor yang ada di antara suami dan istri.kesamaan dalam selera humor dapat diafirmasi sebagai basis bagi daya tarik awal dari orang lain yang berinteraksi dengan seseorang.oraang meresa bahwa apabila ia mampu berbagi humor dengan orang – orang tertentu maka ia juga merasa mampu berbagi nilai,keyakinan,dan kualitas yang lain dengan orang-orang tertentu itu.hai ini juga dapat terjadi dalam hubungan suami dan istri pada sebuah perkawinan.

BAB III

PENUTUP


3.1 Kesimpulan

Cinta merupakan kekuatan yang mampu menarik dua orang dalam satu ikatan yang tidak terpisahkan, yang dinamakan perkawinan. Dengan kata lain, perkawinan akan kuat ketika dilandasi oleh cinta. Hatfield (dalam Lubis, 2002) menyatakan bahwa ada dua macam cinta diantara pasangan dalam perkawinan, yaitu passionate love dan companiate love. Pemenuhan kebutuhan dasra dalam sebuah kehidupan perkawinan tersebut kemudian memicu terbentuknya kebahagiaan dalam diri seseorang. Hal itu terjado karena dalam kehidupan perkawiana terdapat potensi memberikan kehadiran eksistensi pertemanan(friendship),keintiman,cinta,afeksi,dan dukungan social pada saat seseorang mengalami situasi krisis.selain itu,perkawinan juga memnberi kesempatan kepada seseorang untuk mengalami perkrmbangan personal (personal growh) dan perkembangan potensi baru mampu meningkatka penghargaan diri ( self esteem) dan kepuasaan diri (dalam Baumgardner & Clothers,2010).

3.2 Saran

Mencari pasangan bukanlah hal yang mudah. Perihal harus mempertimbangkan berbagagai macam hal. Tetaplah Cinta dan perkawinan haruslah sama-sama menjadi tolok ukur dalam menentukan pilihan dan terjalin hubungan yang harmonis.Mencari pasangan bukanlah hal yang mudah. Perihal harus mempertimbangkan berbagagai macam hal. Cinta dan perkawinan haruslah sama-sama menjadi tolok ukur dalam menentukan pilihan dan terjalin hubungan yang harmonis. Tetaplah berdoa, berusaha, dan berkaca.

 

DAFTAR PUSTAKA


Lubis, Yati Utoyo. 2002. Aspek psikologis dari poligami: Telaah kasuistik. Makalah Seminar.
Papalia; Olds & Feldman. 1998. Human development (7th ed.). Boston: McGraw Hill
Santrock, J.W. 2002. A Topical approach to life-span development. Boston: McGraw Hill.

Waite, L.J. & Gallagher, M. 2003. Selamat menempuh hidup baru: Manfaat perkawinan dari segi kesehatan, psikologi, seksual, dan keuangan. Diterjemahkan oleh: Eva Yulia Nukman. Bandung: Mizan Media Utama.

0 komentar:

Posting Komentar