KETIKA BANYAK TULISAN BELUM MAMPU MEMUASKAN SYAHWAT MEMBACAMU, MAKA MENULISLAH DENGAN JALAN FIKIRANMU

Jumat, 04 Oktober 2013

Kriteria Tes Yang Baik

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Tes merupakan salah satu alat ukur guna mengukur keberhasilan proses dan hasil dari pembelajaran. Untuk itu sebagai mahasiswa calon guru (konselor) perlu memahami kriteria tes yang baik agar mampu menyusun tes yang baik pula. Tidak hanya mampu mengajar dan mendidik dengan baik, guru yang professional hendaknya mampu menyusun tes yang dapat mengukur keefektivan pembelajaran dan menilai kesuksesan dan pencapaian target pembelajaran itu sendiri. Tes yang baik yaitu tes yang memenuhi beberapa kriteria, yakni : validitas, reliabilitas, daya beda, objektifitas dan standardisasi.
Penulis mencoba untuk menjabarkan kelima kriteria tes yang baik tersebut diatas untuk menambah pemahaman penulis dan pembaca makalah yang berjudul “Kriteria Tes yang Baik” ini. Selain itu penulis juga mencoba untuk membuat perbandingan antara kriteria tes yang baik menurut Suharsimi arikunto dengan beberapa ahli lainnya.
1.2  Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain sebagai berikut :
1.      Untuk memenuhi tugas matakuliah ‘Assesmen Tes’
2.      Menjelaskan tentang validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran suatu test dan bagaimana cara mengukurnya.
3.      Dapat membuat perbandingan beberapa kriteria tes yang baik menurut beberapa ahli.
4.      Tujuan akhir dari pembuatan makalah ini diharapkan agar penulis dan pembaca mampu membuat dan menyusun tes yang baik.

BAB 2
PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis menyajikan kriteria tes yang baik berdasarkan buku Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan karangan Prof. Dr. Suharsimi Arikunto. Adapun beberapa kriteria tyang akan dibahas adalah : validitas, daya beda, reliabilitas, objektifitas dan standardisasai.
2.1  Validitas
A test is valid if it measures what it purpose to measures (Scarvia B. Anderson, dalam Encyclopedia of Educational Evaluation). Artinya, sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Sebenarnya validitas ini bukan ditekankan pada tes itu sendiri, tapi pada hasil pengetesan atau skornya.
  Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari hasil pengalaman. Hal yang pertama akan diperoleh validitas logis, dan hal kedua diperoleh validitas empiris.
a.       Validitas Logis
Yaitu jika sebuah instrument evaluasi memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Kondisi valid tersebut dipandang karena sudah dirancang sacara baik, mengikuti teori dan ketentuan yang ada. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa validitas logis tidak perlu diuji kondisinya tetapi langsung diperoleh setelah instrument tersebut disusun.
Dua macam validitas logis yang dapat dicapai oleh sebuah instrument :
·         Validitas Isi
Kondisi sebuah instrument yang disusun berdasarkan isi materi pelajaran yang dievaluasi
·         Validitas Konstrak
Kondisi sebuah instrument yang disusun berdasarkan konstrak aspek-aspek kejiwaan yang seharusnya dievaluasi
b.      Validitas Empiris
Sebuah instrument dapat dikatakan memiliki validitas empiris  bila sudah diuji dari pengalaman. Validitas empiris tidak hanya diperoleh dengan menyusun instrument berdasarkan ketentuan seperti halnya validitas logis, tapi harus dibuktikan melalui pengalaman.
Dua cara yang dapat dilakukan untuk menguji bahwa sebuah instrument memang valid :
·         Instrument yang sudah tersedia dan yang belum ada tapi akan terjadi diwaktu yang akan datang (‘ada sekarang’/concurren validity)
·         Instrumen yang kondisinya sesuai dengan kriterium yang diramalkan akan terjadi (‘validitas prediksi’/predictive validity)

c.       Cara Mengetahui Validitas Alat Ukur
Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson (dalam Suharsimi Arikunto). Rumus Korelasi product Moment dengan simpangan :
rxy        =                 xy
                                                            (x2) (y2)
Dimana :
rxy = Koefisien korelasi antara variable X dan Variabel Y.
xy     = Jumlah perkalian X dengan Y
X2  = Kuadrat dari X
Y2  = kuadrat dari Y
2.2  Daya Beda
Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D).
Tiga titik daya pembeda yaitu :

-1,00                           0,00                              1,00

     Daya pembeda                    Daya pembeda           Daya pembeda tinggi
       Negative                                rendah                              (positif)


2.3  Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap atau seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti. Inilah yang dimaksud dengan reliabel.
Scarvia B. Anderson dalam buku Suharsimi arikunto menyatakan bahwa persyaratan bagi tes yaitu validitas dan reliabilitas ini penting. Sebuah tes mungkin reliabel tapi tidak valid. Sebaliknya, sebuah tes yang valid biasanya reliabel.
·         Cara mencari besarnya Reliabilitas
a.       Metode bentuk paralel (equivalent)
Adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan tujuan, tingkat kesukaran dan susuan, tetapi butir-butir soalnya berbeda. Kelemahan dari metode ini adalah pengetes harus menyusun dua seri tes dan harus tersedia waktu yang lama untuk mencobakan dua kali tes.

b.      Metode tes ulang (test-retest method)
Metode ini dilakukan untuk menghindari penyusunan dua seri tes. Pengetes hanya memiliki satu seri tes tetapi dicobakan dua kali. Kemudian hasil dari kedua kali tes tersebut dihitung korelasinya.tenggang waktu antara pemberian tes pertama dan kedua jangan terlalu sempit dan jangan pula terlalu lama.
c.       Metode belah dua (Split-half method)
Dalam menggunakan metode ini pengetes hanya menggunakan sebuah tesdan dicobakan satu kali. Pada saat membelah dua dan mengkolerasikan dua belahan, baru diketahui separuh tes. Untuk mengetahui keseluruhan tes harus digunakan rumus Spearman-Brown sebagai berikut :
                                              2r1/21/2
                                    r11        =          (1+r1/1/2)


                Dimana :
r1/21/2      =   Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes.
r11           =    Koefisien reliabolitas yang sudah disesuaikan.
2.4  Objektifitas
Objektif berarti tidak ada unsur yang pribadi yang mempengaruhi. Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam pelaksanaan tes itu tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya. Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada sistem skoring, sedangkan reliabilitas menekankan pada ketetapan dalam hasil tes.
Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektifitas dari suatu tes, yaitu :
1.      Bentuk tes
Tes yang berbentuk uraian akan member banyak kemungkinan pada si penilai untuk member penilaian menurut caranya sendiri. Untuk itu dapat diminimalisir dengan membuat pedoman skoring terlebih dahulu.
2.      Penilai
Faktor yang dapat mempengaruhi subjektivitas antara lain : kesan penilai terhadap siswa,tulisan, bahasa, waktu mengadakan penilaian, kelelahan dan sebagainya. Maka penilaian atau evaluasi harus dilakukan dengan mengingat pedoman penilaian.
2.5    Standardisasi
Pengertian tes standar secara sempit adalah tes yang disusun oleh satu tim ahli, atau disusun oleh lembaga yang khusus menyelenggarakan secara professional. Tes tersebut diketahui memenuhi syarat sebagai tes yang baik.  Yakni diketahui validitas dan reliabilitasnya baik validitas rasional maupun validitas empirik, reliabilitas dalam arti teruji tingkat stabilitas, maupun homoginitasnya.
Istilah ‘standar’ tidak mengandung arti bahwa tes itu menyiapkan suatu standar prestasi dimana siswa harus dan dapat mencapai suatu tingkat tertentu. Penyusunan tes standar selalu mengusahakan agar sistem skoringnya sangat objektif sehingga diperoleh reliabilitas yang tinggi. Apabila mungkin dilakukan dengan mesin, hal ini tidak berarti bahwa bentuk tes standar harus selalu pilihan berganda. Tapi untuk skoringnya diusahakan agar tidak terkena bias faktor-faktor lain.
Untuk menyusun tes standar dibutuhkan waktu yang lama. Karena untuk memperoleh sebuah tes yang standar melalui prosedur :
·         Penyusunan
·         Uji coba
·         Analisis
·         Revisi
·         Edit

BAB 3
PERBANDINGAN
3.1 Validitas
Dari beberapa referensi yang penulis dapatkan baik dibeberapa blog maupun dalam buku-buku lainnya diantaranya : Metode Research (Penelitian Ilmiah), karangan  Prof Dr. S. Nasutionn, M.A. menarik sekali karena buku tersebut memuat definisi validitas yang nyaris sama dengan Suharsimi Arikunto, yakni ‘mengukur apa yang hendak diukur’.
Begitu pula dengan beberapa blog yang didapati oleh penulis, diantaranya : Jawharie.Blogspot.com, Deswin Purple.blogspot.com yang sepakat dengan Suharsimi Arikunto yang menjadi bahan rujukan makalah ini.
Namun penulis menemui perbedaan dalam buku Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif yang juga merupakan karangan Prof Dr. S. Nasution, M.A. beliau menyebutkan bahwa validitas membuktikan apa yang diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam kenyataan. Namun setelah penulis menelaahnya lebih jauh, tujan dari kalimat tersebut adalah sama, hanya saja dalam buku ini Nasution  lebih menekankan pada penelitian naturalistik.
Selain itu, jika Suharsimi arikunto menyebutkan bahwa secara garis besar terdapat dua macam validitas, yaitu validitas logis dan validitas empiris. Maka lain halnya dengan Nasution yang justru menyebutkan bahwa validitas alat ukur dapat diselidiki dengan Logika dan statistik. Tapi untuk macam-macam Validitas  Suharsimi Arikunto dan Nasution sama-sama  menyebutkan :
1.      Validitas isi
2.      Validitas Konstruksi
3.      Validitas Prediksi / prediktif
4.      Concurrent validity (hanya ada pada Suharsimi saja)

3.2  Daya Beda
Untuk daya beda penulis tidak menemukan bahwa salah satu kriteria tes yang baik adalah mempunyai daya beda. Bahkan dalam buku Suharsimi Arikunto sendiri justru memasukkan daya beda kedalam masalah yang berhubungan dengan analisis butis soal. Hal ini juga sedikit membingungkan lantaran dalam silabus matakuliah Assesmen Tes justru memasukka daya beda kedalam salah satu kriteia tes yang baik, namun daya beda juga didapati penulis dalam blog dengan alamat Jawharie.blogspot.com.
Hal ini juga dipahami penulis bahwa salah satu kriteria tes yang baik adalah tes tersebut mampu membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Sehingga hasil yang diperoleh oleh setiap siswa tidaklah sama mengingat kemampuan mereka yang berbeda-beda.
3.3 Reliabilitas
Suharsimi Arikunto membahas reliabilitas dalam bab khusus tentang reliabel, sementara Nasution dalam Metode Research menggabungkan Validitas dan Reliabilitas dalam bab yang sama. Namun baik Suharsimi Arikunto maupun Nasution mempunyai penjelasan yang sama berkenaan dengan reliabilitas, meski dengan kalimat yang sama.
Dapat disimpulkan bahwa suatu alat ukur dikatakan reliabel jika alat itu dalam mengukur suatu gejala pada waktu yang berlainan senantiasa menunjukkan hasil yang sama (tetap), kalaupun mengalami perubahan, maka perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti.
Definisi serupa juga penulis dapatkan dari beberapa blog lain, diantaranya ZadrianArdi.blogspot.com dan Deswin Purple.blogspot.com.

3.4  Objektivitas

Tidak ada perbandingan yang penulis dapati dalam kriteria Objektivitas ini, dari beberapa referensi yang telah penulis sebutkan hampir semuanya sepakat bahwa yang dikatakan bahwa tes yang objektif adalah tes yang apabila dalam melaksanakan tes tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi terutama dalam sistem skoringnya.
Faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes juga terdapat dua faktor, yaitu bentuk tes dan penilai (deswin purple.blogspot.com)
3.5  Standardisasi
Sama halnya dengan daya pembeda, dalam referensi yang didapati penulis standardisasi juga sebenarnya tidak dimasukkan kedalam kriteria tes yang baik. Suharsimi Arikunto justru membahas dalam bab lainnya dengan pembahasan tes standar. Setelah menjelajahi beberapa blog di internet penulis juga tidak dapat menemukan tulisan yang memuat standardisasi kedalam salah satu kriteria tes yang baik.
Standardisasi Justru dibahas secara terpisah dalam bab Tes standar dan tidak standar. Namun penulis juga setuju bahwa standardisasi merupakan salah satu dari sekian banyak kriteria tes yang baik. Karena bagaimanapun juga tes yang baik hendaknya mempunyai standar tersendiri, terutama dalam pedoman penskoran agar terhindar dari sifat subjektif peneliti yang justru akan mengacaukan tes itu sendiri.
·         Dari beberapa pendapat para ahli yang penulis sebutkan dapat dilihat bahwa tidak ada hal yang sangat bertentangan antara yang satu dengan yang lain, justru para ahli saling melengkapi dalam merumuskan kriteria tes yang baik sehingga dapat menjadi acuan bagi penulis dan pembaca dalam membuat tes yang baik nantinya.
BAB 4
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
·         Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Sebenarnya validitas ini bukan ditekankan pada tes itu sendiri, tapi pada hasil pengetesan atau skornya.
·         Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.
·         Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap atau seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti.
·         Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam pelaksanaan tes itu tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya. Objektivitas menekankan ketetapan pada sistem scoring.
·         Penyusunan tes standar (standardisasi) selalu mengusahakan agar sistem skoringnya sangat objektif sehingga diperoleh reliabilitas yang tinggi.


1 komentar:

sankyuu..membantu sekali artikelnya,, izin copas yah senpai.. :D

Posting Komentar