KETIKA BANYAK TULISAN BELUM MAMPU MEMUASKAN SYAHWAT MEMBACAMU, MAKA MENULISLAH DENGAN JALAN FIKIRANMU

Kamis, 23 Mei 2013

Pengaruh Aliran Realisme Dalam Pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Pengkajian filosofis  terhadap pendidikan mutlak diperlukan karena  membantu dalam memberikan informasi tentang hakikat manusia sebagai dirinya sendiri baik secara horizontal maupun secara vertikal. Sehingga kajian tentang realitas sangat  dibutuhkan dalam menentukan tujuan akhir pendidikan. Terdapat banyak alasan untuk mempelajari filsafat pendidikan, khususnya apabila ada pertanyaan rasional yang seyogyanya tidak dapat dijawab oleh ilmu atau cabang ilmu-ilmu pendidikan. Pakar dan praktisi pendidikan memandang filsafat yang membahas konsep dan praktik pendidikan secara komprehensif sebagai bagian yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Terlebih lagi, di tengah arus globalisasi dan modernisasi yang melaju sangat pesat, pendidikan harus diberi inovasi agar tidak ketinggalan perkembangan serta memiliki arah tujuan yang jelas. Di sinilah perlunya konstruksi filosofis yang mampu melandasi teori dan praktek pendidikan untuk mencapai keberhasilan substantif.
Disisi lain, kajian filosofis  memberikan informasi  yang berkaitan dengan pengetahuan, sumber pengetahuan, nilai,  dan Seperti bagaimanakah pengetahuan itu diperoleh, bagaimana manusia dapat memperoleh nilai tersebut. Dengan nilai tersebut apakah pendidikan layak untuk diterapkan dan lebih jauh akan membantu untuk menentukan bagaimana seharusnya pendidikan itu dilaksanakan. Pendidikan disisi lain tidak bisa melepaskan tujuan untuk membentuk peserta didik yang memiliki nilai-nilai mulai spritual, agama, kepribadian dan kecerdasan. Praktek pendidikan memerlukan teori pendidikan, karena teori pendi­dikan akan memberikan manfaat antara lain: (1) Sebagai pedoman untuk mengetahui arah dan tujuan yang akan dicapai; (2) Mengurangi kesalahan-­kesalahan dalam praktek pendidikan karena dengan memahami teori dapat dipilih mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan; (3) Sebagai tolok ukur untuk mengetahui sampai sejauh mana keberhasilan pendidikan.


BAB II
   PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Realisme
Aliran Realisme adalah aliran filsafat yang memandang bahwa dunia materi di luar kesadaran ada sebagai suatu yang nyata dan penting untuk kita kenal dengan mempergunakan intelegensi. Segala yang di amati oleh panca indera kita adalah suatu kebenaran. Objek indera kita adalah real, yaitu benda-benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda itu kita ketahui, atau kita persepsikan, atau ada hubungannya dengan fikiran kita. Yang real, berarti yang aktual atau yang ada. Kata tersebut menunjuk kepada benda-benda atau kejadian-kejadian yaang sungguh-sungguh. Artinya, yang bukan sekedar khayalan atau apa yang ada dalam fikiran kita. Reality adalah keadaan atau sifat benda yang real, atau yang ada. Yakni, bertentangan dengan yang hanya Nampak.
Secara umum realisme berarti kepatuhan kepada fakta, kepada apa yang terjadi, jadi bukan kepada apa yang di harapkan atau kepada apa yang di ingin kan. Akan tetapi dalam filsafat, kata realisme di pakai dalam arti yang lebih teknis.
Dalam arti filsafat yang sempit, realisme berarti anggapan bahwa obyek indera kita adalah real, benda benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda itu kita ketahui, atau kita persepsikan atau ada hubungannya dengan pikiran kita.
Lebih lanjut pandangan-pandangan aliran realisme dapat di kemukakan sbb:
*      Objek (dunia) luar ini adalah nyata pada sendirinya dan untuk adanya itu tidak tergantung dari macam jiwa apapun.
*      Benda atau sesuatu hal adalah berbeda dengan jiwa yang mengetahuinya. Jadi ada perbedaan antara benda yang sesungguhnya dengan benda yang nampak di hadapan manusia.
*      Benda yang sesungguhnya baru dapat di ketahui dengan cara-cara langsung atau tidak langsung melalui penelitian.
*      Ide mengetahui sesuatu benda atau hal, baru dapat merupakan kenyataan yang sesungguhnya, bila ide ( gagasan) tersebut merupakan  pengetahuan yang tepat mengenai benda atau hal itu.
*      Bahwa pengetahuan mengenai sesuatu dan kenyataan mengenai sesuatu itu adalah hasil pertemuan antara jiwa dan benda atau hal.
Menurut common sense “ kita tak dapat melepaskan diri dari fakta bahwa terdapat perbedaan antara benda dan ide. Bagi common sense biasa, ide adalah ide tentang suatu benda, suatu pikiran dalam akal kita yang menunjuk suatu benda. Dalam hal ini benda adalah  realitas dan ide adalah”  bagaimana benda itu nampak kepada kita”.  Oleh karena itu maka pikiran kita harus menyesuaikan diri dengan benda-benda , jika ia mau menjadi benar, yakni jika kita ingin agar ide kita menjadi benar, jika ide kita tidak cocok dengan bendanya, maka ide itu salah dan tak berfaedah.
 Ada dua macam yang berkembang dari realisme, yaitu
1.      New Realisme ( Realisme Baru )
Realisme baru berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui sesuatu sebagaimana ia nampak oleh indera-indera, jadi pengalaman merupakan faktor yang penting. Sesuatu yang diketahui manusi berada di luar manusia. Pengetahuan atau kenyataan dari sesuatu objek itu adalah berkenaan dan menjadi milik objek itu, bukan milik ide atau konsep-konsep belaka.

2.      Realisme Kritik
Realisme kritik, berpendapat sangat sederhana. Bila sesuatu itu dapat diketahui dengan cepat, dan betul sebagaimana adanya, mengapa masih dapat timbul kesimpangsiuran, ilusi dari kenyataan. Untuk itu di ajukan pendapat, bahwa untuk mengetahui kenyataan, setidak-tidaknya di dunia ini ada 2 entitas yaitu:
1.      Benda-benda materiil
2.      Keadaan jiwa atau ide ( gagasan-gagasan)
Dalam usaha manusia meyakinkan dirinya mengenai kenyataan, yang berpesan adalah perangsang yang berasal dari materiil, juga indera dalam menangkap kesan untuk di salurkan kepada jiwa yang akan menentukan kesimpulan. Indera melakukan transfer,  sehingga kesan-kesan tersebut menjadi etitas kejiwaan.
Karena itu dalam bekerjanya, entitas itu lalu menjadi tiga bagian, yaitu:
1.      Orang yang mengetahui
2.      Objek yang menjadi sasaran untuk diketahui
3.      Data indera sebagai dasar penyimpulan
TOKOH TOKOH ALIRAN REALISME
1.           Aristoteles (384-322 SM)
Plato percaya bahwa materi tidak mempunyai akhir realitas dan bahwa kita seharusnya memperhatikan diri kita sendiri dengan ide-ide. Adalah seorang murid Plato yaitu Aristoteles, lebih lanjut, telah mengembangkan gagasan bahwa sementara gagasan-gagasan mungkin penting bagi diri mereka sendiri, pembelajaran yang utama tentang materi mengantarkan kita pada gagasan-gagasan yang jelas yang lebih baik. Aristoteles belajar dan mengajar di Akademi milik plato kurang lebih selama dua puluh tahun kemudian dia membuka sekolah sendiri, Lysium. Perbedaannya denga plato dikembangkan secara teratur dan dalam penghormatan yang tinggi dia tidak pernah keluar dari bawah pengaruh pemikiran Plato.
Menurut Aristoteles, gagasan-gagasan (atau bentuk-bentuk), seperti ide tentang Tuhan atau ide-ide tentang sebuah pohon bisa ada walaupun tanpa materi, tapi tidak ada materi yang ada tanpa bentuk. Setiap bagian dari materi memiliki baik sebuah sifat penting/tertentu yang menyuluruh. Sifat penting dari sebuah biji pohon, sebagai contoh, merupakan hal-hal yang penting bagi biji dan itulah perbedaan biji dari semua biji yang lain. Sifat-sifat ini termasuk ukuranya, bentuk, berat dan warna. Tidak ada biji  yang serupa sama sekali, jadi kita bisa mengatakan bahwa beberapa sifat penting dari suatu biji sebagaimana perbedaan yang mendasar dari hal hal pada semua biji yang lain. Hal ini bisa disebut dengan “bebijian” dan itu adalah hal yang universal dengan semua biji yang lain. Mungkin hal ini bisa dipahami lebih baik dengan mengembalikan pada manusia pada poin ini. Orang, juga, berbeda dalam sifat-sifat tertentu mereka. Mereka memiliki perbedaan bentuk dan ukuran, dan tak ada dua orangpun yang sama persis. Karena semua manusia sesungguhnya berpegang pada sesuatu yang universal, dan ini bisa disebut dengan “kemanusiaan” mereka. Baik kemanusiaan dan bebijian adalah realitas dan mereka ada secara bebas dan dihargai bagi satu jenis sifat manusia atau biji apapun.  Dengan demikian, kita bisa mengatakan bahwa bentuk-bentuk (universal, gagasan, atau esensi) adalah aspek-aspek non-material dari masing-masing objek materi tertentu yang menghubungkan pada semua objek-objek penting lainnya dari kelas tersebut.  Berpikir pada non-material mungkin kita bisa sampai padanya dengan menguji objek-objek material yang ada dalam diri mereka sendiri, terbebas dari kita. Aristoteles berkeyakinan kita harus banyak terlibat dalam mempelajari dan memahami ralitas pada benda-benda itu semua. Memang, dia setuju dengan Plato dalam posisinya. Bagaimanapun juga mereka berbeda, dalam hal tadi Aristoteles merasa seseorang bisa mendapatkan suatu bentuk dari pembelajaran benda-benda materi tertentu, dan Plato yakin bentuk bisa dicapai hanya dengan melalui beberapa jenis alasan yang dialektis.
2.      Francic Bacon (1561-1626)
Frncic Bacon bukan hanya seorang filosuf tapi juga politisi di istana Elizabet I dan Jamel I sejarah menunjukkan Francic Bacon tidak hanya berhasil dalam usaha-usaha politisnya ( dia dipindhakan dari kantornya karena tingkah lakunya yang memalukan),karena catatannya dalam perkembangan filosofis agak lebih impresif (mengesankan ),latihan-latihan filosofis Bacon adalah ambisius meskipun tidak ada kecondongan dalam bidangnya,dia mengklaim untuk mengambil semua pengetahuan seperti lapangan penyelidikannya yang hampir dia mencapai kesaksian bagi kejeniusannya.Barangkali,karyanya yang paling  terkenal adalah Novum Organum, yang mana didalamnya dia menentang logika pengikut Ariestoteles.    
Bacon menyerang  pengikut Aristoteles untuk memberi masukan terhadap perkembangan sains yang lesu, permasalan  dengan teologi adalah yang diawali dogmatis dan sebuah asumsi pendahuluan dan kemudian menarik kesimpulan bagaimana juga, bacon menuduh  bahwa sains(ilmu) tidak dapat meneruskan cara/ jalan ini,karena sains harus memperhatikan inguiri( penyelidikan) yang murni dan sederhana,inguiri tidak dibatasi dengan dugaan-dugaan yang  dipertimbangkan,bacon berpedoman bahwa sains harus mulai dengan gaya ini dan harus mengembangkan metode-metode penyelidikan yang bisa diterima/ dipercaya,kita bisa bebas dari ketergantungan dengan kejadian pada bakat-bakat yang jarang dan mampu mengenmbangkan melalui kegunaan metode tersebut. Bacon meyakini “pengetahuan adalah kekuatan ” dan itu melalui pengakuan pengetahuan yang kita bisa sesuaikan secara kebih efektif dengan masalah-masalah dan kekuatan yang menyerang disetiap sisi untuk mernyempurnakan hal-hal ini, dia menemukan apa yang dia sebut metode induktif.
Bacon menentang  logika pengikut Aristoteles utamanya karena dia berfikir itu menghasilkan banyak kesalahan, utamnya mengenai fenomena sebagai contoh pemikiran regelius seperti Thomas Aquinas dan scholastic(orang-orang skolastik )yang menerima axiomatis(hal yang sudah jelas kebenarannya) mempercai tenteng Tuhan,bahwa dia ada,apa adanya,semua kegiatan dan sebagainya-dan kemudian mereka menyimpulkan semua macam hal tentang kagunaan kekuatan Tuhan, intervensinya dalam urusan-urusan manusia dan sebagainya. Pendekatan induktif bacon,yang mempertanyakan bahwa kita memulai dengan bagian yang bisa diamati dan kemudian memberikan alasan untuk pernyataan-pernyataan atau hokum-hukum yang general, menyerang balik  pendekatan skolastik, karena hal itu menuntut verifikasi(pembaharuan) bagian khusus sebelum pembenaran(pemberian hukum) dibuat sebagai contoh,setelah pengamatan bagian pada air yang membeku pada suhu 32 fahrenheit, kita mungkin kemudiaan menetapkan sebuah hukum umum bahwa air membeku pada suhu 32 fahrenheit. Hukum ini valid, bagaimanapun,hanya sepanjang air itu berlanjut membeku pada suhu ini. Jika, karena sebuah perubahan dalam keadaan atmosfir atau keadaan bumi, air tidak lebih lama membeku pada suhu 32 fahrenheit, kemudian kita akan diwajibkan untuk mengubah atau mengganti hukum kita melalui deduksi, seseorang mungkin juga mengubah keyakinan-keyakinan tapi ketika seseorang memulai dengan kebenaran-kebenaran yang mutlak, dia  sedikit perlu untuk mengubah mereka dari pada  ketika dia memulai dengan data yang netral.



2.2    Konsep Pendidikan
Berikut ini kita akan membahasa konsep pendidikan mengenai pengertian pendidikan dan gambaran pendidikan menurut masing-masing bentuk aliran realisme.
1. Realisme Rasional
Realisme klasik  berpandangan bahwa manusia sebenarnya memiliki ciri rasional. Dengan demikian manusia dapat menjangkau kebenaran umum. Eksistensi Tuhan merupakan penyebab pertama dan utama realistas alam semesta. Memperhatikan intelektual adalah penting bukan saja sebagai tujuan melainkan sebagai alat untuk memecahkan masalah. Menurut realisme klasik pengalaman manusia penting bagi pendidikan. Menurut Aristoteles, terdapat aturan moral universal yang diperoleh dengan akal dan mengikat manusia sebagai mahluk rasional. Manusia sempurna menurutnya adalah manusia sempurna yang mengambil jalan tengah. Konsep pendidikan pada anak bahwa anak harus diajarkan ukuran moral yang absolut dan universal karena baik dan benar adalah untuk seluruh umat manusia. Kebiasaan baik harus dipelajari karena kebaikan tidak datang dengan sendirinya
Sedangkan menurut realisme religius bahwa kenyataan itu dipandang berbentuk natural dan supernatural. Pandangan filsafat ini menitik beratkan pada hakikat kebenaran dan kebaikan. Pendidikan merupakan suatu proses untuk meningkatkan diri guna mencapai kebenaran abadi. Kebenaran bukan dibuat melainkan sudah ditentukan dan belajar harus mencerminkan kebenaran itu. Menurut Cornerius pendidikan harus universal, seragam dan merupakan suatu kewajiban dimulai dengan pendidikan yang lebih rendah.
2. Realisme Natural
Menurut realisme natural pengetahuan yang diakui adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman empiris dengan jalan observasi atau pengamatan indera. Para pengikut realisme natural mengikuti teori pengatahuan empirisme yang mengatakan pengalaman merupakan faktor fundamental dalam pengetahuan dan merupakan sumber pengetahuan manusia.
Pendidikan berkaitan dengan dunia di sini dan sekarang. Dunia diatur oleh hukum alam. Pendidikan menurut aliran realisme natural haruslah ilimiah dan yang menjadi objeknya adalah kenyataan dalam alam.
3. Realisme kritis.
Menurut pandangan Breed filsafat pendidikan hendaknya harmoni dengan prinsip-prinsip demokrasi. Pendidikan sebagai pertumbuhan harus diartikan sebagai pengarah terhadap tuntunan sosial dan individual. Menurut Imanuel Kant , pengetahuan mulai dari pengalaman namun tidak semiuanua dari pengalaman. Pikiran tanpa isi adalah kosong dan tanggapan tanpa konsepsi adalah buta.

Menurut Henderson ke semua bentuk aliran realisme pendidikan menyetujui bahwa:
a.       Proses pendidikan berpusat pada tugas mengembangkan laki-laki dan wanita menjadi hebat
b.      Tugas manusia di dunia adalah memajukan keadilan dan kesejahteraan umum
c.       Tujuan akhir pendidikan adalah memecahkan masalah-masalah pendidikan.



2.3 Aliran Filsafat Realisme dalam Pendidikan
Aliran filsafat realisme berpendirian bahwa pengetahuan manusia itu adalah gambaran yang baik dan tepat dari kebenaran. Konsep filsafat menurut aliran realisme adalah:
1.      Metafisika-realisme; Kenyataan yang sebenarnya hanyalah  kenyataan fisik (materialisme); kenyataan material dan imaterial (dualisme), dan kenyataan yang terbentuk dari berbagai  kenyataan (pluralisme)
2.      Humanologi-realisme; Hakekat manusia terletak pada apa yang dapat dikerjakan. Jiwa merupakan sebuah organisme kompleks yang mempunyai kemampuan berpikir
3.      Epistemologi-realisme; Kenyataan hadir dengan sendirinya tidak tergantung pada pengetahuan dan gagasan manusia, dan kenyataan dapat diketahui oleh pikiran. Pengetahuan dapat diperoleh melalui penginderaan. Kebenaran pengetahuan dapat dibuktikan dengan  memeriksa kesesuaiannya dengan fakta
4.      Aksiologi-realisme; Tingkah laku manusia diatur oleh hukum-hukum alam yang diperoleh melalui ilmu, dan pada taraf yang lebih rendah diatur oleh kebiasaan-kebiasaan atau adat-istiadat yang telah teruji dalam kehidupan.
Dalam hubungannya dengan pendidikan, pendidikan harus universal, seragam, dimulai sejak pendidikan yang paling rendah, dan merupakan suatu kewajiban. Pada tingkat pendidikan yang paling rendah, anak akan menerima jenis pendidikan yang sama. Pembawaan dan sifat manusia sama pada semua orang. Oleh karena itulah, metode, isi, dan proses pendidikan harus seragam. Namun, manusia tetap berbeda dalam derajatnya, di mana ia dapat mencapainya. Oleh karena itu, pada tingkatan pendidikan yang paling tinggi tidak boleh hanya ada satu jenis pendidikan, melainkan harus beraneka ragam jenis pendidikan. Inisiatif dalam pendidikan terletak pada pendidik bukan pada peserta didik. Materi atau bahan pelajaran yang baik adalah bahan pelajaran yang memberi kepuasan pada minat dan kebutuhan pada peserta didik. Namun, yang paling penting bagi pendidik adalah bagaimana memilih bahan pelajaran yang benar, bukan memberikan kepuasan terhadap minat dan kebutuhan pada peserta didik. Memberi kepuasan terhadap minat dan kebutuhan siswa hanyalah merupakan alat dalam mencapai tujuan pendidikan, atau merupakan strategi mengajar yang bermanfaat.

2.4 Pengaruh Realisme Dalam Pendidikan
            Dalam pandangan realisme kemampuan dasar dalam proses kependidikan yang di alami lebih ditentukan perkembangannya oleh pendidikan atau lingkungan sekitar, karena empiris ( pengalaman) pada hakikatnya yang membentuk manusia.
            Pandangan realita terhadap tugas pengembangan kepribadian manusia adalah dipikul orang tua dan para guru pada tiap periode berlangsung, yaitu anak didik harus semakin bertambah kegiatan belajarnya utuk menghayati kehidupan dari kelompoknya ( masyarakatnya) serta mau meneriama tanggung jawab yang wajar dalam kaitannya dengan kehidupan tersebut  kaum realis menyatakan kebudayaan adalah tugas besar pertama dalam pendidikan. Tujuan utama dan asli dalam pedidikan sangat dirasakan oleh orang tua dan guru yang bertanggung jawab pada tiap periode yang berjalan, bahwa anak harus bertambah kegiatan belajarnya untuk menghayati kehidupan kelompoknya  (masyarakatnya) serta menerima tanggung jawab secara wajar terhadap hal-hal yang berkaitan engan kehidepan ini

2.5 Implikasi Filsafat Realisme Dalam Pendidikan

Dalam hubungannya dengan pendidikan, pendidikan harus universal, seragam, dimulai sejak pendidikan yang paling rendah, dan merupakan suatu kewajiban. Pada tingkat pendidikan yang paling rendah, anak akan menerima jenis pendidikan yang sama. Pembawaan dan sifat manusia sama pada semua orang.
Oleh karena itulah, metode, isi, dan proses pendidikan harus seragam. Namun, manusia tetap berbeda dalam derajatnya, di mana ia dapat mencapainya. Oleh karena itu, pada tingkatan pendidikan yang paling tinggi tidak boleh hanya ada satu jenis pendidikan, melainkan harus beraneka ragam jenis pendidikan. Inisiatif dalam pendidikan terletak pada pendidik bukan pada peserta didik. Materi atau bahan pelajaran yang baik adalah bahan pelajaran yang memberi kepuasan pada minat dan kebutuhan pada peserta didik. Namun, yang paling penting bagi pendidik adalah bagaimana memilih bahan pelajaran yang benar, bukan memberikan kepuasan terhadap minat dan kebutuhan pada peserta didik. Memberi kepuasan terhadap minat dan kebutuhan siswa hanyalah merupakan alat dalam mencapai tujuan pendidikan, atau merupakan strategi mengajar yang bermanfaat.
Pendidikan dalam realisme memiliki keterkaitan erat  dengan pandangan John locke bahwa akan pikiran jiwa manusia tidak lain adalah tabula rasa, ruang kosong tak ubahnya kertas putih kemudian menerima impresi dari lingkungan. Oleh karena itu pendidikan  dipandang dibutuhkan  karena untuk membentuk  setiap individu agar  mereka menjadi sesuai  dengan apa yang dipandang baik. Dengan demikian, pendidikan dalam realisme kerap indentikkan sebagai upaya pelaksanaan psikologi behavioristik kedalam ruang pengajaran. (Wangsa Gandhi HW, Teguh. 2011: 143).
Behaviorisme dari kata behave yang berarti berperilaku dan isme berarti aliran. Behavorisme merupakan pendekatan dalam psikologi yang didasarkan atas proposisi (gagasan awal) bahwa perilaku dapat dipelajari dan dijelaskan secara ilmiah. Dalam melakukan penelitian, behavioris tidak mempelajari keadaan mental.
Jadi, karakteristik esensial dari pendekatan behaviorisme terhadap belajar adalah pemahaman terhadap kejadian-kejadian di lingkungan untuk memprediksi perilak seseorang, bukan pikiran, perasaan, ataupun kejadian internal lain dalam diri  orangtersebut. Fokus behaviorisme adalah respons terhadap berbagai tipe stimulus. Para tokoh yang memberikan pengaruh kuat pada aliran ini adalah Ivan Pavlov dengan teorinya yang disebut classical conditioning, John B. Watson yang dijuluki behavioris S-R (Stimulus-Respons), Edward Thorndike (dengan teorinya Law of Efect), dan B.F. Skinner dengan teorinya yang disebut operant conditioning.
Dalam kaitannya dengan hakikat nilai, realisme menyatakan bahwa standar tingkah laku manusia diatur oleh hukum alam, dan pada taraf yang lebih rendah diatur oleh kebijaksanaan yang telah teruji dalam kehidupan Pendidikan dalam pandangan realisme adalah proses perkembangan intelegensi, daya kraetif dan sosial individu yang mendorong pada terciptanya kesejahteraan umum. Pendidikan yang berdasarkan realisme konsisten dengan teori belajar S-R. Dengan demikian pendidikan juga dapat diartikan sebagai upaya pembentukan tingkah laku oleh lingkungan
Menurut alairan realisme  murid adalah yang mengalami inferiorisasi  berlebih sebab dia dipandang sama sekali tidak mengetahui apapun  kecuali apa-apa yang telah pendidikan berikan. Disini dalam pengajaran  setiap siswa akan subjek tidik tak berbeda dengan robot, ia mesti tunduk dan patuh setunduk-tunduknya untuk diprogram dan mengerti  materi-materi yang telah  di tetapkan sedemikian rupa.
Pada ujung pendidikan, realisme memiliki proyeksi  ketika manusia akan dibentuk  untuk hidup dalam nilai-nilai yang telah menjadi common sense  sehingga mereka mampu beradaptasi  dengan lingkungan-lingkungan yang ada. Sisi buruk model pendidikan dalam hal ini  cenderung banyak dikendalaikan.
Corak lain pendidikan realisme adalah tekanan-tekanan hidup yang terarah dalam pengaturan-pengaturan serta keteraturan yang bersifat mekanistik. Meskipun tidak semua pengaturan  yang bersifat mekanistik buruk, apa yang diterapkan oleh realisme  dalam ruang pendidikan  melahirkan berbagai hal kemudian menuai banyak kecaman sebab dinilai telah menjadi penyebab dehumanisasi (Wangsa Gandhi HW, Teguh. 2011: 143-144).
Menurut Power (1982), implikasi filsafat pendidikan realisme adalah sebagai berikut:
1.      Tujuan: penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial
2.      Kurikulum: komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna berisi pentahuan umum dan pengetahuan praktis
3.      Metode: Belajar tergantung pada pengalaman baik langsung atau tidak langsung. Metodenya harus logis dan psikologis. Metode pontiditioning (Stimulua-Respon) adalah metode pokok yang digunakan
4.      Peran peserta didik adalah menguasai pengetahuan yang handal dapat dipercaya. Dalam hal disiplin,  peraturan yang baik adalah esensial dalam belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik
5.      Peranan pendidik adalah menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan dengan keras menuntut prestasi peserta didik.




BAB
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Aliran Realisme adalah aliran filsafat yang memandang bahwa dunia materi di luar kesadaran ada sebagai suatu yang nyata dan penting untuk kita kenal dengan mempergunakan intelegensi. Segala yang di amati oleh panca indera kita adalah suatu kebenaran.
Pengaruh aliran realisme dalam pendidikan, kemampuan dasar dalam proses kependidikan yang di alami lebih ditentukan perkembangannya oleh pendidikan atau lingkungan sekitar, karena empiris ( pengalaman) pada hakikatnya yang membentuk manusia.

3.2  Saran
Semoga pembaca dapat mengetahui hasil paparan makalah ini, serta mengetahui bagaimana pengaruh aliran realisme dalam pendidikan.
  





DAFTAR PUSTAKA
Amri, Amsal, 2009. Filsafat Pendidikan. Banda Aceh: Yayasan PeNA Banda Aceh.
Suhar, 2009. Filsafat Umum konsepsi. Sejarah dan Aliran. Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta
Tafsir, Ahmad, 2008. Filsafat Umum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Kattsoff, Louis O, 2004. Pengantar Filsafat. ( Di Indonesiakan oleh Soejono Soemargono) Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

0 komentar:

Posting Komentar