KETIKA BANYAK TULISAN BELUM MAMPU MEMUASKAN SYAHWAT MEMBACAMU, MAKA MENULISLAH DENGAN JALAN FIKIRANMU

Kamis, 03 April 2014

Catatan Harian; Sang Pembelajar


  • Memberi tanpa berharap, cinta tak pernah teraba
  • Menggadaikan hati demi materi jamak terjadi akhir-akhir ini. Adalah naif bila membungkam rupiah tidak perlu dalam katup sipu-sipu tipu, pada perjalanannya dilema saban waktu menjadi tanda tanya, antara menikmati cinta atau antagonistis pada prinsip sinis 'makan itu cinta'!. Sejatinya keduanya ialah dayung sama-sama pentingnya. Celakanya, terlalu banyak yang memaksa hati demi kemilau materi. Ya, cinta bisa saja tumbuh karena harta (walau sebatas biasa saja). Sebaliknya, kekuatan cinta yang ditopang kemurnian hati juga mampu mendatangkan pundi-pundi rupiah. Bahkan bisa jauh lebih dahsyat
  • Tanpa bermaksud menjustifikasi, perempuan setia dengan keras kepalanya dibalik kelembutan hatinya. Pun begitu sebaliknya, laki-laki tetap kokoh pada egonya disamping tanggung jawab yang terus di emban.
  • sederhananya: cinta sejati itu di perjuangkan, tapi bila ia tidak respek, sebaiknya cinta di redam, biarkan cinta mengalir bisu, silent love, mungkin dia tuli akan cintamu.
  • tidak selamanya orang yang di dekat itu berarti suka, kadang kita hanyalah selingan ketika ia bosan.
  • fitrahnya, cinta datang tiba-tiba, tanpa di duga-duga. Jadi, butuh waktu untuk mengemasnya menjadi sesuatu, bila cinta datang tak menentu waktu, maka butuh waktu yang tepat untuk mengutarakannya.
  • tidak selamanya cinta musti di perjuangkan. Sebab, dalam sakitnya menanti, akan selalu ada moment yang kan membuatmu tersenyum.
  • Aku ingin menciummu, bukan bibirmu. Namun kebaikan hatimu mu, Aku ingin memelukmu, tidak dengan ragamu. Tapi hatimu.
  • Ketika banyak tulisan belum mampu memuaskan syahwat membacamu, maka menulislah dengan jalan fikiranmu.
  • Butuh air mata untuk mendamaikan hati yang teriris lara, menyuburkan bahagia yang terlanjur gersang dilanda duka. Sebagaimana hujan menyemai rintiknya pada tanah yang kering, kemarau berkepanjangan.
  • Aku hanya punya seonggok hati, lemah, jua mendamaikan. Tapi yang namanya seonggok hati wajar saja bila ia nya hati limbung, bimbang, terombang-ambing. Semoga saja kau datang lalu membuatnya tenang, hening dalam rima-rima rasa. Sayangnya, setiap yang lalu lalang, pekanya kurang. Sirna sudah melabuh pada ketenangan.
  • Kita jangan selalu bermimpi menjadi raja dunia. Sesekali, tepuk pipi dan bangun dari mimpi! Lalu berkaca pada fakta kenyataan; bahwa jangankan menjadi raja dunia, menjadi raja di negeri sendiri saja kita belum mampu. Bercerminlah pada kaca kejujuran-apa adanya, bahwa kita masih setia menjadi budak di rumah sendiri; Indonesia."
  • Jika malam umpama deraian air mata, maka pagi adalah untaian senyuman. Dan Bila tidurmu adalah sedih, semoga bangun mu ceria. Selamat tidur untuk yang terlelap.
  • Sore ini ku tutup malu, perlahan, namun ada kesan lain nya. Kesan pagi hingga siang yang masih saja hanggat-hanggat kuku. Tergiang pada bayang-bayang benak yang terus saja menghantu. Sebelum senja berkolaborasi akan malam untuk menutup kado cerita kesan dan kenangan pada seharian. Entahlah apa tanpa jawab.
  • Berpuisilah pada malam, kedipkan kedua mata pada rembulan. Tutuplah pelan-pelan lelahnya hitam-putih matamu. Maka malam akan memelukmu damai dalam dekap tidur pulas. Bila beruntung, bonus bunga mimpi akan hadir dan mampir melukis sepanjang tidur mu. Sampai pagi datang dengan anggun dalam derap embunya membangunkan mu. Semoga fajar tak menghajar mu karena kebablasan di ni na bobokan iblis.
  • Beranilah menertawakan diri sendiri. Sebab puja-puji hanya apresiasi kala dianggap lebih baik. Karena tidak ada yang tau kapan khilaf menyapa insan manusia. Bukankah kita pelupa? Pemilik dosa? Yang saban waktu selalu berlumuran dengan kesalahan-kesalahan. Kita, terlalu sering menginjak tumit kaki yang lainnya. Tapi lupa/enggan mencekik leher diri sendiri.
  • Sejak sajak ku dibelenggu waktu, terkurung dalam penjara maya, dihujat oleh selera ku sendiri. Dan setelah itu aku tersadar, bahwa butuh garam untuk menyembuhkan luka yang terlanjur mengganga. Bukankah matahari butuh pagi untuk terbit? Juga, bukankah butuh malam agar bulan tampak eksis di tengah langit? Lantas masihkah kau timang 'salah' yang terlanjur mengangkuhkan ke-aku-an mu itu !? 
  • Modus dan Tulus, ibarat dua sisi mata uang. Berbeda namun selalu dibutuhkan. Siapa tau, berawal dari modus lalu luluh, akhirnya benar-benar tulus. Siapa tebak, ketika bosan datang sebuah ketulusan pupus melebur menjadi modus. Nah, sejelek-jeleknya modus masih saja ada sisi positifnya. Juga sebaliknya, sebaik-baiknya tulus tetap saja ada celah negatifnya. Hanya bagaimana seseorang bijak menyikapi juga menangkapinya.
  • Kadang aku tidak terlalu paham akan 'kebetulan-kebetulan' yang datang. Namun kala petang berlalu, sore menyapa. Ada hal luar biasa yang terlalu dalam! Seakan senang, entah bahagia, atau apa ? Yang pasti tak mungkin mencurimu dari induk 'kesibukan', tapi selalu ada kesempatan yang Allah titipkan untuk menculikmu di sela-sela rutinitas yang merantaimu. Bila bintang bertebaran mega langit gelap malam yang nun jauh disana, izinkan aku memetik satu bintang saja. Bintang mahapatra 'terima kasih' atas waktunya. Some0ne. 
  • Ketika khilaf pernah lahir, pasti ia jua kan mati. Saat salah mulai hadir, maka perbaikan adalah suci. Bila kertas tercoret sebab tinta hitam, masih ada penghapus untuk memutihkanya. Hati yang lembut kadang pernah kasar, namun sekasarnya pasir tetap melembutkan. Lalu tanyakan, Masih tersisakah satu ruang 'Maaf' di labirin hati mu ?  Semoga. 
  • Rasanya malam belum terlalu larut buat di lumat mimpi, untuk di selimuti selimut tidur. Mungkin mata malam ini tak seramah malam kemarin, kadang sebab terlalu nyenyak di nina-bobokan matahari siang tadi. Atau terlalu banyak fikiran yang menghantui mimpi-mimpi. Tapi malam tetaplah malam, ia harus di selimuti, harus di tiduri, dan akan indah andai di taburi mimpi-mimpi. Fantasi malam tak tergilas meski di tikam pada gelap yang mencekam.
  • Pada mula hadirnya single adalah anugerah, namun kala engkau telah menemukan pasangan yang tepat, anurgah akan menjelma 'nikmat'. Semoga beruntung!
  • Pada akhirnya jujur harus kita akui, kita adalah raja pada tahta tingkat egoisme masing-masing, yang acap kali memenangkan diri sendiri. Dengan menjadikan akal sebagai mahkota. Mirisnya, hati dijadikan kursi untuk diduduki pantat.
  • Melangkah sebisa langkah di ayunkan, berjalan semesti tapak berjejak. Sederhana saja, jangan suka melompat jauh padahal merangkakpun belum mampu, apa adanya. Bukankah realistis lebih mulia? Ketimbang bermimpi sedangkan tak pernah bangun, ngorok dalam tidur!? Kita sering kali 'merasa' bagana-bagini sesuka hati, padahal jujurnya ya biasa saja. 
  • Malam minggu adalah hantu belawu yang entah sampai kapan ada Badan khusus yang mampu menditeksi 'nikotin' apa yang merasuk, membuai setiap insan manusia. Sehingga tak jarang banyak yang sakauw bila tak malam mingguan.
  • Bohong yang digandrungi, dusta dikorporasi, kepalsuan makin menjadi-jadi, muslihat siasat diadopsi. Lalu korupsi? Tetap menjadi primadona sexy, dicari, disuka, mempesona, membangkitkan birahi kebinatangan untuk memperkaya diri, sayang, banyak yg kurang peka bahwa banyak rakyat menangis, bengis melihat laku aktor koruptor, muntah-muntah akan janji-janji pembual. Apa kuasa? Kita terlanjur lahir di negeri yang entah.
  • Kamu tau? Bahwa perihal rindu yang sama tanpa sekalipun bosan adalah perceraian (sejanak) hari dengan matahari, poligami malam; bulan dan bintang. Di sana ada "senja" sebagai orang ketiga yang selalu hadir sebagai awalan, itu romantis. Sebab alam merestuinya.
  • Bahkan untuk menjadi baik saja belum cukup. Jahat, salah. Bejat ya dihujat. Kita selalu bicara tentang hati, menjungjung tinggi budi pekerti, mengeja moralis. Tapi kita lupa nilai-nilai ketuhanan. Itu sama saja seperti membeli emas namun yang terbawa pulang imitasi. Cilet-cilet (setengah-setengah). Lalu masih sibuk mengangga diri manusia setengah dewa? Sudahlah, bangun dari tidur. Cuci muka dengan segenap perbaikan.
  • Orang yang spesial dan berarti selalu terkenang dengan sendirinya, walaupun hadirnya di masa lalu. Pun begitu, setidaknya ia pernah melukis segenap pelagi tempo hari, baik itu berupa duka, suka dan segala jenis rasa lainnya. Hanya orang bodoh yang menganggap pelangi itu sampah. Hanya saja terkadang kita begitu naif untuk sekedar mengganggukkan kepala bahwa kebahagian tidak selamanya harus bergandengan tangan. Memiliki memang jauh lebih manis, namun sirah dan suratan ilahi berkata lain, apa hendak dikata? Bukankah Tuhan menghadirkan kebahagian dalam bentuk berbeda-beda kepada setiap insan? dengan segenap sari pati taste unik akan ragam hati? Lalu, apa lagi yang musti diperdebatkan, bila menggerutu serta menyalahkan keadaan tidak mampu mengembalikan apa yang telah pergi, megapa masih saja terus meratapi? Sudahlah, biakan alam yang membawa hatimu pada titik temu pencaharian siapa pemilik hati yang tepat. Bila yang tergenggam saja bisa terlepas, bukankah yang pergi bisa saja kembali lagi? Tenang, akan selalu ada kemungkinan.
  • Bila cemburu belum mampu memancing kerinduan. Barangkali perhatian adalah jawaban yang dinanti. Jika materi hadir memuaskan segelintir hati, lantas apa yang cari dari hakikat segumpal hati? Bila kamu bukan aku, dan aku bukan kamu. Lantas kenapa engkau paksakan "kita" (hubugan) ?
  • Bila setiap inci lekuk tubuh wanita adalah seni, maka pakaian adalah kanvasnya. Sedangkan kerudung merupakan mahkota seni itu sendiri. Dan sebaik-baik dan semahal-mahalnya seni ialah abstrak. Tidak mudah ditebak, susah dipahami. Menutupi aurat sama dengan halnya karya abstrak yang tinggi nilainya.


    Nb: Hanya Untuk dibaca


0 komentar:

Posting Komentar