BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Intelegensi dan keberhasilan dalam pendidikan adalah dua hal yang
saling keterkaitan. Di mana biasanya anak yang memiliki intelegensi yang tinggi
dia akan memiliki prestasi yang membanggakan di kelasnya, dan dengan prestasi
yang dimilikinya ia akan lebih mudah meraih keberhasilan.
Namun perlu ditekankan bahwa intelegensi itu bukanlah IQ di mana
kita sering salah tafsirkan. Sebenarnya intelegensi itu menurut “Claparde dan
Stern” adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi
dan kondisi baru. Berbagai macam tes telah dilakukan oleh para ahli untuk
mengetahui tingkat intelegensi seseorang. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi
tingkat intelegensi seseorang. Oleh karena itu banyak hal atau faktor yang
harus kita perhatikan supaya intelegensi yang kita miliki bisa meningkat.Setiap
orang pasti berkeinginan supaya dirinya dapat berhasil, baik berhasil di kala
sekolah maupun di saat keluar dari sekolah nantinya ia dapat berhasil dalam
meniti karier dan kehidupannya. Sama halnya dengan intelegensi, keberhasilan
pun memiliki beberapa faktor yang harus dijalani supaya kita dapat meraihnya.
Dalam makalah ini kami akan memaparkan hal-hal yang berkaitan erat dengan
keberhasilan tersebut, seperti indikator dan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi seseorang untuk mencapai keberhasilan di dalam pendidikan.
2.
Tujuan
a.
Untuk
mengetahui apa itu Intelejensi yang sebenarnya.
b.
Untuk
mengetahui ciri dan faktor yang mempengaruhi Intelejensi.
c.
Untuk
mengetahui cara tes intelejensi dan jenis-jenis Tes Intelejensi.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Definisi dan Ciri-ciri Intelegensi
Claparde dan Stern mengatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan
untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi atau kondisi baru.
K. Buhler mengatakan bahwa intelegensi adalah perbuatan yang
disertai dengan pemahaman atau pengertian.
David Wechster (1986). Definisinya mengenai intelegensi mula-mula
sebagai kapasitas untuk mengerti
ungkapan dan kemauan akal budi untuk mengatasi tantangan-tantangannya. Namun di
lain kesempatan ia mengatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk
bertindak secara terarah, berfikir secara rasional dan menghadapi lingkungannya
secara efektif. William Stern mengemukakan batasan sebagai berikut: intelegensi
ialah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan
menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuannya. William Stern berpendapat
bahwa intelegensi sebagian besar tergantung dengan dasar dan turunan,
pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada intelegensi
seseorang.
Dari batasan yang dikemukakan di atas, dapat kita ketahui bahwa:
·
Intelegensi
itu ialah faktor total berbagai macam daya jiwa erat bersangkutan di dalamnya (ingatan, fantasi, penasaran, perhatian, minat
dan sebagainya juga mempengaruhi intelegensi seseorang).
·
Kita
hanya dapat mengetahui intelegensi dari tingkah laku atau perbuatannya yang
tampak. Intelegensi hanya dapat kita ketahui dengan cara tidak langsung melalui
“kelakuan intelegensinya”.
·
Bagi
suatu perbuatan intelegensi bukan hanya kemapuan yang dibawa sejak lahir saja,
yang penting faktor-faktor lingkungan dan pendidikan pun memegang peranan.
·
Bahwa
manusia itu dalam kehidupannya senantiasa dapat menentukan tujuan-tujuan yang
baru, dapat memikirkan dan menggunakan cara-cara untuk mewujudkan dan mencapai
tujuan itu.
Ciri-ciri intelegensi yaitu :
1.
Intelegensi
merupakan suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berfikir secara
rasional (intelegensi dapat diamati secara langsung).
2.
Intelegensi
tercermin dari tindakan yang terarah pada penyesuaian diri terhadap lingkungan
dan pemecahan masalah yang timbul daripadanya. Teori yang cukup banyak dianut
adalah bahwa intelegensi terdiri dari suatu faktor G (General faktor) dengan
berbagai faktor-faktor S (Specifik Faktor). Faktor G bukanlah sekedar
penjumlahan dari faktor-faktor S. Masing-masing merupakan suatu kesatuan yang
memiliki kualitas sendiri.
1.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Intelegensi
a.
Pengaruh
Faktor Bawaan
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa individu-individu yang
berasal dari suatu keluarga, atau bersanak saudara, nilai dalam tes IQ mereka
berkolerasi tinggi ( + 0,50 ), orang yang kembar ( + 0,90 ) yang tidak bersanak
saudara ( + 0,20 ), anak yang diadopsi korelasi dengan orang tua angkatnya ( +
0,10 - + 0,20 ).
b.
Pengaruh
Faktor Lingkungan
Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi.
Oleh karena itu ada hubungan antara pemberian makanan bergizi dengan intelegensi
seseorang. Pemberian makanan bergizi ini merupakan salah satu pengaruh
lingkungan yang amat penting selain guru, rangsangan-rangsangan yang bersifat
kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting,
seperti pendidikan, latihan berbagai keterampilan, dan lain-lain (khususnya
pada masa-masa peka).
c.
Stabilitas
Intelegensi Dan IQ
Intelegensi bukanlah IQ. Intelegensi merupakan suatu konsep umum
tentang kemampuan individu, sedang IQ hanyalah hasil dari suatu tes intelegensi
itu (yang notabene hanya mengukur sebagai kelompok dari intelegensi). Stabilitas
inyelegensi tergantung perkembangan organik otak.
d.
Pengaruh
Faktor Kematangan
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang
jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya.
e.
Pengaruh
Faktor Pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan intelegensi.
f.
Minat
dan Pembawaan yang Khas
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan
dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan
(motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar.
g.
Kebebasan
Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode
yang tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan
memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya.
Semua faktor tersebut di atas bersangkutan satu sama lain. Untuk
menentukan intelegensi atau tidaknya seorang anak, kita tidak dapat hanya
berpedoman kepada salah satu faktor tersebut, karena intelegensi adalah faktor
total. Keseluruhan pribadi turut serta menentukan dalam perbuatan intelegensi
seseorang.
2.
Intelegensi
dan IQ
|
Namun kemudian timbul permasalahan karena MA akan mengalami
stograsi dan penurunan pada waktu itu, tetapi CA terus bertambah. Masalah ini
kemudian diatasi dengan membandingkan skor seseorang dengan skor orang lain
dalam kelompok umur yang sama. Cara ini disebut “perhitungan IQ berdasarkan
norma dalam kelompok (Within Group Normal) dan hasilnya adalah IQ penyimpangan
atau deviation IQ.
3.
Pengukuran
Intelegensi
a.
Tes
Binet Simon
b.
Tes
Stanford Binet
c.
Teori
Faktor-faktor G dan S
d.
Teori
Multifaktor
e.
Kognisi
: proses kognitif
f.
Tes
Intelegensi Klasikal
4.
Validitas
dan Reliabilitas Tes Intelegensi
Test intelegensi kebanyakan menggunakan prestasi sekolah sebagai
promotor atau kriteria utamanya. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa tes
intelegensi memang mempunyai korelasi yang amat tinggi dengan prestasi sekolah.
Jadi dalam hal ini tes tersebut valid.
Pertanyaan validitas, dan khususnya reliabilitas tes intelegensi
menyangkut pada pengaruh budaya. Bila tes dapat dibuat sama sekali tidak
dipengaruhi oleh budaya (Culture Fair atau Culture Free) maka tes tersebut
dapat diharapkan reliabel (dapat dipakai di mana saja).
5.
Intelegensi
dan Bakat
Kemampuan-kemampuan yang spesifik memberikan pada individu suatu
kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan, atau keterampilan
itu setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut bakat atau aptitude. Alat
yang digunakan untuk menyingkap kemampuan khusus ini disebut aptitude tes atau
tes bakat.
6.
Intelegensi
dan Kreativitas
Kreativitas merupakan salah satu ciri dari prilaku yang intelegen,
karena kretivitas yang merupakan manifestasi dari suatu proses kognitif,
meskipun demikian, hubungan antara kreativitas dan intelegensi tidak selalu
menunjukkan bukti-bukti yang memuaskan, tetapi lebih tinggi lagi, ternyata
tidak ditemukan adanya hubungan antara IQ dengan tingkat kreativitas. Di sini
secara garis besar akan diketemukan berbagai konsepsi mengenai intelegensi.
Konsepsi-konsepsi itu pada dasarnya digolongkan menjadi 5 kelompok
yaitu :
·
Konsepsi-konsepsi
yang bersifat spekulatif
·
Konsepsi-konsepsi
yang bersifat pragmatis
·
Konsepsi-konsepsi
yang didasarkan atas analisis faktor, yang kiranya dapat kita sebut konsepsi-konsepsi
faktor.
·
Konsepsi-konsepsi
yang bersifat operasional, dan
·
Konsepsi-konsepsi
yang didasarkan atas analisis fungsional, yang kiranya dapat kita sebut konsepsi-konsepsi
fungsional.
B.
Pengukuran Intelegensi
1.
Latar
Belakang Tes Intelegensi
E. Seguin (1812 – 1880) disebut sebagai pionir dalam bidang tes
intelegensi yang mengembangkan sebuah papan yang berbentuk sederhana untuk
menegakkan diagnosis keterbelakangan mental. Kemudian usaha ini distandanisir
oleh Henry H. Goddard (1906). E. Seguin digolongkan kepada salah seorang yang
mengkhususkan diri pada pendidikan anak terkebelakang dan disebut juga bapak
dari tes performansi.
Joseph Jasnow (1863 - 1944) adalah merupakan salah satu dari
beberapa orang yang pertama kali mengembangkan daftar norma-norma dalam
pengukuran psikologis.
G.C. Ferrari (1896) mempublikasikan tes yang bisa dipakai untuk
mendiagnosis keterbelakangan mental.
August Oehr mengadakan penelitian inmetasi antara berbagai fungsi
psikologis. E. Kraepelin, seorang psikotes menyokong usaha ini, empat macam tes
yang dikembangkan, di antaranya yaitu :
1.
Koordinasi
motorik.
2.
Asosiasi
kata-kata.
3.
Fungsi
persepsi.
4.
Ingatan.
Dan E. Kraepelin juga mengembangkan tes intelegensi yang berkaiatan
dengan tes penataran aritmatik dan kalkulasi sederhana tahun 1895.
Di samping itu berkembang pula tes yang dipakai untuk kelompok
(group). Hal ini diawali dengan tes verbal untuk seleksi tentara (wajib
militer) yang disebut dengan Army Alpha. Untuk yang buta huruf atau tidak bisa
berbicara bahasa Inggris dipergunakan Army Beta sekitar tahun 1917 – 1918, tes
ini dipakai hampir dua juta orang.
2.
Jenis-jenis
Tes Intelegensi
Berdasarkan penataannya ada beberapa jenis tes intelegensi, yaitu :
1)
Tes
Intelegensi individual, beberapa di antaranya :
·
Stanford
– Binet Intelegence Scale.
·
Wechster
– Bellevue Intelegence Scale (WBIS).
·
Wechster
– Intelegence Scale For Children (WISC).
·
Wechster
– Ault Intelegence Scale (WAIS).
·
Wechster
Preschool and Prymary Scale of Intelegence (WPPSI).
2)
Tes
Intelegensi kelompok, beberapa di antaranya :
·
Pintner
Cunningham Prymary Test.
·
The
California Test of Mental Makurity.
·
The
Henmon – Nelson Test Mental Ability.
·
Otis
– Lennon Mental Ability Test.
·
Progassive
Matrices.
3)
Tes
Intellegensi dengan tindakan perbuatan
Untuk tujuan program layanan bimbingan di sekolah yang akan dibahas
adalah tes intelegensi kelompok berupa :
·
The
California Test of Mental Maturity (CTMM).
·
The
Henmon – Nelson Test Mental Ability.
·
Otis
– Lennon Mental Ability Test.
·
Progassive
Matrices.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Intelegensi adalah faktor total, berbagai macam daya jiwa erat
bersangkutan di dalamnya seperti ingatan, fantasi, perasaan, perhatian, minat
dan sebagainya juga berpengaruh terhadapa intelegensi seseorang. Intelegensi
adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi atau
kondisi baru serta perbuatan yang disertai dengan pemahaman atau pengertian.
Ciri-ciri intelegensi yaitu : merupakan suatu kemampuan mental yang
melibatkan proses berpikir secara rasional, tercermin dari tindakan yang
terarah pada penyesuaian diri terhadap lingkungan dan pemecahan masalah yang
tombul daripadanya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi: pengaruh faktor
bawaan, pengaruh faktor lingkungan, stabilitas intelegensi dan IQ, pengaruh
faktor kematangan, pengaruh faktor pembentukan, minat dan pembawaan yang khas,
kebebasan.
Keberhasilan adalah suatu proses belajar mengajar tentang suatu
bahan pelajaran dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan
instruksional khusus (TIK) dari bahan-bahan tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada 2, yaitu : faktor yang
ada pada diri organisme itu sendiri, dan faktor yang ada di luar individu yang
kita sebut faktor sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri dan Drs. Aswan Zain. 1995, Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Sukardi,
Dewa Ketut. 1988, Analisis Tes Psikologi. Jakarta: Rineka Cipta.
0 komentar:
Posting Komentar