SENDIRI
Dan kegirangan
beringsut dengan sendirinya
Menerawang arahnya
sendiri
Beranjak pergi
bersama matahari yang lelah menatap hari
Disini, aku sendiri
Mengaduk emosi
Diam dalam kebisuan
yang tak bertepi
Sampai kini
Hati ini masih
setia pada pilihannya;
Sendiri
Sebab aku menyadari
Bidadari hanya
dongeng dan tak mampu datang
Untuk
mengaminkan kenyataan
SENJA
Bila senja menyapa
Matahari manyun
malu-malu terkulum cakrawala
Di bibir pantai alam
menyulam romantismenya
Cerah berubah
remang
Kesepian mengundang
1001 tanda tanya
Bila senja menyapa
Birunya langit
berganti jingga
Burung-burung
terbang sejajar
Menghitung awan
yang mulai tak tampak
Bila senja menyapa
Sebuah perpisahan
akan hari dan undangan untuk sang gelap; malam
Bila senja menyapa
Alam bisu dalam
kedamaian
Sunyi menyepi
Indah tak terkira
Oh senja, hadirmu
selalu saja menawan.
AYAH
Tatapanmu adalah
bicara
Gerakmu menjadi
petuah
Engkau manusia
sederhana
Tak banyak berucap
Namun sesekali
engkau bertutur ialah petuah
Ayah
Memang surga tidak
dibawah kakimu
Namun
semulia-mulianya ibu
Dibawah kakimu lah
surganya
Lelah dan letihmu
nafakah
Cucuran keringatmu
ibadah
Sayang, engkau
pemilik cinta yang kadang sering terlupakan.
GAMANG
Gamang hatiku tak
ubahnya layang-layang
Yang mengambang,
tak tetap
Meski sesekali diam
Terombang-ambing
tertampar angin
Goyang
Meski meronta-ronta
ditiup angin
Gamang hatiku tetap
bertahan
Kuat, walau badai
menerpa
Sebab aku percaya
pada satu keyakinan
Bahwa tali hatiku
kau yang pegang
Tali itu bernama
cinta
Aku dan kamu tak
terpisah
Sebab tali pengikat
kedua hati ini adalah cinta
Walau bayang
kegamangan selalu saja menerpa
Aku memilih kuat
Bertahan
Pada tulusnya
kesetiaan.
MATAMU
Matamu sendu
Mengundang kerinduan
Berbilah rasa-rasa
Sekali tatap hati
siapa saja terkulai lemas tak berdaya
Matamu sayu
Menerawang dalam,
mengusik lamun
Membangkitkan
syahdu
Mengaduk hati,
permaikan emosi
Menohok qalbu
Matamu; sesuatu.
KURSI
Apalah arti sebuah
kursi
Bila aspirasi tak
kujung terealisi
Nurani terkebiri
Janji-janji, bohong
urung terpenuhi
Apalah arti sebuah
kursi
Bila nilainya hanya
takaran materi
Sementara diluar
sana betapa banyak manusia meronta terbirit-birit
Di negeri ini
Kursi menjadi
primadona yang diperebutkan
Meski harus sikut
kiri-kanan
Membunuh sesama
Menghalalkan segala
cara
Sementara
kesejahteraan hanyalah mimpi bualan
Apalah arti sebuah
kursi
Jika diluar sana
mereka yang tak beruntung duduk ditanah pada perempatan lampu merah
menegadahkan tangan meminta-minta
Bila kekuasaan
adalah muaranya
Rakyat jadi pijakan
akomodasi menuju kursi
Objek kampaye tak
berperi
Keawaman
dimantrakan janji-janji mimpi
Kita patut
bersorak, berontak sembari bertanya;
Apalah
arti sebuah kursi!
KU TAHU KAU JANDA
Matamu tersirat
cinta
Dadamu roma syahwat
Kedipan mu membunuh
Likak mu mengajak
Haus di atas dahaga
Jasmani,
lebih-lebih batin
Birahi yang telah
lama hilang
Terpenjara sebab
berpisah
Terpasung akan
status.
Ku
tau, kau 'Janda'
TOPENG
Sandiwara apa kabar
lakon mu?
Betapa topeng di
puja
Tirai bak tabing
suci
Dan rupanya, mereka
lupa
Semuanya pura-pura.
ESOK HARI
Aku perlahan
membiarkan lesu sendu bulan pada temaramnya
Hingga gelap lelah
pekat hitamnya
Nanti
perlahan-lahan jua kan terang
Sampai bulan
tertidur dengan sendirinya
Fajar, menjemput
pagi.
Membangunkan
matahari
Dan kita; masihkah
hidup esok hari?
AKU DAN DOSA
Jangkrik masih bisu
di sudut diam
Belalang tidur
pulas di tikam malam
Aku? Menghitung
puluhan dosa perharinya, bahkan lebih
Bintang beradu mata
dengan rembulan
Awan tak tampak
tertutupi gelap
Aku? Sendiri
membuka buta hati.
Kasur saban gelap
setia menunggu setiap melodi ngorok
Bantal, masih saja
mau terpelukan oleh si jalang yang ternoda
Aku? Separuh
syaitan berhati malaikat.
Ku tunggu pagi, ku
dambakan mentari
Adakah amal merekah
sejuk? Setelah embun kering lalu pergi
Atau
dosa, kering terbakar matahari?
HATI YANG TERLUPAKAN
Kadang butuh ruang
untuk merenggangkan ke-aku-an
Membunuh ego keras
kepala
Menjadi lunak dalam
batu
Bukan karena ingin
menjadi malaikat
Tidak juga pekak
sebab setan
Namun betapa ajar
untuk dijadikan pelajaran sebagai nuttah sebaik-baiknya manusia
Sentuhlah segumpal
daging dalam sepi
Yang saban waktu
berdetak kebenaran
Walau kita tuli
oleh auman keburukan
Ya, hati!
Penebar benar,
pemilik baik
Sering
terlupakan
Sekelumit Murka Padamu Nanggroe
Sajak penuh
kemarahan untuk Nanggroe impian
Murka akan
kesemrautan Nanggroe tersayang
Dalam puisi ku
berteriak menggelegar langit hati
Lelah sudah menagih
janji
Yang semuanya hanya
penyedap kampaye tempo hari
Setelah kau duduki
kursi
Nurani, hati, akal
sehat, kau dustakan
Rakyat?
Menjadi penonton
kemewahan tuan-tuan
Dan janji-janji
Basi, bersama
pepesan kosong visi misi
Yang kau mantrakan
tempo hari
Ohh.. Nanggroe
kami.
CERITA HUJAN
Apa kabar sedih,
masihkah berair mata terbasuh hujan?
Gelisah, adakah
engkau sendu berawan mendung?
Hanya sebatas
penutup luka biar tak basah, lalu menggigil lebih parah diaduk lara?
Dan hujan berhenti,
tanpa setitik jawaban
Lalu, apa lagi yang
kau ratapi?
BUNGA DESA
Selagi jingga masih
tersunggut malu di bibir pantai
Burung-burung
berjejer rapi meraut udara di angkasa
Transportasi riuh
makin menjadi-jadi di kejar birit-birit magrib
Rambutmu tergerai
damai
Kala kau kibas di
udara
Selepas mandi, rona
auramu tak mampu mengedipkan mata
Harum mu sirih
ranum
Sekali kau senyum,
hancurlah hati pemuda sekampung
Ohh.. Bunga desa.
Kepada-Nya Sang Maha
Ku larung lara, ku
kayuh perih
Ke haribaan-Nya
yang masa kasih
Ku dayung gamang,
ku timang bimbang
Pada-Nya pemilik
sebenarnya sayang
Dalam bingung
limbung terpincang-pincang
Merangkak tapak
kuat berpijak
Meski lara
menggorok luka
Sampai mengerti bahwa
masih ada hati tempat berdamai
Kerahibaan-Nya yang
maha
Apalah kita tiada
kuasa
Hanya penikmat dosa
Penggengam
salah.
NELAYAN
Di bawah payung-payung senja
Melambai asa bersamaan terbenamnya sang surya di ufuk barat.
Perahu kecil terombang ambing terlihat dari kejauhan
Merapat mndekat dermaga.
Kaulah Nelayan!
Tanpa kaya pun
loyalitasmu untuk sang laut terus terpatrikan
Meski
nyawamu tak berAsuransikan Tuhan Sebab ini hidup sekali adanya
Karya: Ichsan Maulana
Follow:
On Facebook: Ichsan Maulana Icm
On Twitter: Ichsan Maulana Icm (@IchsanM_icm)