KETIKA BANYAK TULISAN BELUM MAMPU MEMUASKAN SYAHWAT MEMBACAMU, MAKA MENULISLAH DENGAN JALAN FIKIRANMU

Jumat, 21 Maret 2014

PUISI-PUISI

SENDIRI

Dan kegirangan beringsut dengan sendirinya
Menerawang arahnya sendiri
Beranjak pergi bersama matahari yang lelah menatap hari

Disini, aku sendiri
Mengaduk emosi
Diam dalam kebisuan yang tak bertepi

Sampai kini
Hati ini masih setia pada pilihannya;
Sendiri

Sebab aku menyadari
Bidadari hanya dongeng dan tak mampu datang
Untuk mengaminkan kenyataan



SENJA
Bila senja menyapa
Matahari manyun malu-malu terkulum cakrawala
Di bibir pantai alam menyulam romantismenya
Cerah berubah remang
Kesepian mengundang 1001 tanda tanya
Bila senja menyapa
Birunya langit berganti jingga
Burung-burung terbang sejajar
Menghitung awan yang mulai tak tampak
Bila senja menyapa
Sebuah perpisahan akan hari dan undangan untuk sang gelap; malam
Bila senja menyapa
Alam bisu dalam kedamaian
Sunyi menyepi
Indah tak terkira
Oh senja, hadirmu selalu saja menawan.

AYAH

Tatapanmu adalah bicara
Gerakmu menjadi petuah
Engkau manusia sederhana
Tak banyak berucap
Namun sesekali engkau bertutur ialah petuah
Ayah
Memang surga tidak dibawah kakimu
Namun semulia-mulianya ibu
Dibawah kakimu lah surganya
Lelah dan letihmu nafakah
Cucuran keringatmu ibadah
Sayang, engkau pemilik cinta yang kadang sering terlupakan.



GAMANG

Gamang hatiku tak ubahnya layang-layang
Yang mengambang, tak tetap
Meski sesekali diam
Terombang-ambing tertampar angin
Goyang
Meski meronta-ronta ditiup angin
Gamang hatiku tetap bertahan
Kuat, walau badai menerpa
Sebab aku percaya pada satu keyakinan
Bahwa tali hatiku kau yang pegang
Tali itu bernama cinta
Aku dan kamu tak terpisah
Sebab tali pengikat kedua hati ini adalah cinta
Walau bayang kegamangan selalu saja menerpa
Aku memilih kuat
Bertahan
Pada tulusnya kesetiaan.


MATAMU

Matamu sendu
Mengundang kerinduan
Berbilah rasa-rasa
Sekali tatap hati siapa saja terkulai lemas tak berdaya
Matamu sayu
Menerawang dalam, mengusik lamun
Membangkitkan syahdu
Mengaduk hati, permaikan emosi
Menohok qalbu
Matamu; sesuatu.



KURSI

Apalah arti sebuah kursi
Bila aspirasi tak kujung terealisi
Nurani terkebiri
Janji-janji, bohong urung terpenuhi
Apalah arti sebuah kursi
Bila nilainya hanya takaran materi
Sementara diluar sana betapa banyak manusia meronta terbirit-birit
Di negeri ini
Kursi menjadi primadona yang diperebutkan
Meski harus sikut kiri-kanan
Membunuh sesama
Menghalalkan segala cara
Sementara kesejahteraan hanyalah mimpi bualan
Apalah arti sebuah kursi
Jika diluar sana mereka yang tak beruntung duduk ditanah pada perempatan lampu merah menegadahkan tangan meminta-minta
Bila kekuasaan adalah muaranya
Rakyat jadi pijakan akomodasi menuju kursi
Objek kampaye tak berperi
Keawaman dimantrakan janji-janji mimpi
Kita patut bersorak, berontak sembari bertanya;
Apalah arti sebuah kursi!




KU TAHU KAU JANDA

Matamu tersirat cinta
Dadamu roma syahwat
Kedipan mu membunuh
Likak mu mengajak
Haus di atas dahaga
Jasmani, lebih-lebih batin
Birahi yang telah lama hilang
Terpenjara sebab berpisah
Terpasung akan status.
Ku tau, kau 'Janda'



TOPENG

Sandiwara apa kabar lakon mu?
Betapa topeng di puja
Tirai bak tabing suci
Dan rupanya, mereka lupa
Semuanya pura-pura. 


ESOK HARI

Aku perlahan membiarkan lesu sendu bulan pada temaramnya
Hingga gelap lelah pekat hitamnya
Nanti perlahan-lahan jua kan terang
Sampai bulan tertidur dengan sendirinya

Fajar, menjemput pagi.
Membangunkan matahari
Dan kita; masihkah hidup esok hari?



AKU DAN DOSA

Jangkrik masih bisu di sudut diam
Belalang tidur pulas di tikam malam
Aku? Menghitung puluhan dosa perharinya, bahkan lebih

Bintang beradu mata dengan rembulan
Awan tak tampak tertutupi gelap
Aku? Sendiri membuka buta hati.

Kasur saban gelap setia menunggu setiap melodi ngorok
Bantal, masih saja mau terpelukan oleh si jalang yang ternoda
Aku? Separuh syaitan berhati malaikat.

Ku tunggu pagi, ku dambakan mentari
Adakah amal merekah sejuk? Setelah embun kering lalu pergi
Atau dosa, kering terbakar matahari? 




HATI YANG TERLUPAKAN

Kadang butuh ruang untuk merenggangkan ke-aku-an
Membunuh ego keras kepala
Menjadi lunak dalam batu
Bukan karena ingin menjadi malaikat
Tidak juga pekak sebab setan
Namun betapa ajar untuk dijadikan pelajaran sebagai nuttah sebaik-baiknya manusia

Sentuhlah segumpal daging dalam sepi
Yang saban waktu berdetak kebenaran
Walau kita tuli oleh auman keburukan

Ya, hati!
Penebar benar, pemilik baik

Sering terlupakan




Sekelumit Murka Padamu Nanggroe

Sajak penuh kemarahan untuk Nanggroe impian
Murka akan kesemrautan Nanggroe tersayang
Dalam puisi ku berteriak menggelegar langit hati
Lelah sudah menagih janji
Yang semuanya hanya penyedap kampaye tempo hari
Setelah kau duduki kursi
Nurani, hati, akal sehat, kau dustakan

Rakyat?
Menjadi penonton kemewahan tuan-tuan

Dan janji-janji
Basi, bersama pepesan kosong visi misi
Yang kau mantrakan tempo hari

Ohh.. Nanggroe kami.





CERITA HUJAN

Apa kabar sedih, masihkah berair mata terbasuh hujan?
Gelisah, adakah engkau sendu berawan mendung?
Hanya sebatas penutup luka biar tak basah, lalu menggigil lebih parah diaduk lara?

Dan hujan berhenti, tanpa setitik jawaban
Lalu, apa lagi yang kau ratapi? 



BUNGA DESA

Selagi jingga masih tersunggut malu di bibir pantai
Burung-burung berjejer rapi meraut udara di angkasa
Transportasi riuh makin menjadi-jadi di kejar birit-birit magrib

Rambutmu tergerai damai
Kala kau kibas di udara
Selepas mandi, rona auramu tak mampu mengedipkan mata
Harum mu sirih ranum

Sekali kau senyum, hancurlah hati pemuda sekampung

Ohh.. Bunga desa. 



Kepada-Nya Sang Maha

Ku larung lara, ku kayuh perih
Ke haribaan-Nya yang masa kasih
Ku dayung gamang, ku timang bimbang
Pada-Nya pemilik sebenarnya sayang

Dalam bingung limbung terpincang-pincang
Merangkak tapak kuat berpijak
Meski lara menggorok luka
Sampai mengerti bahwa masih ada hati tempat berdamai

Kerahibaan-Nya yang maha
Apalah kita tiada kuasa
Hanya penikmat dosa
Penggengam salah.




NELAYAN

Di bawah payung-payung senja
Melambai asa bersamaan terbenamnya sang surya di ufuk barat.
Perahu kecil terombang ambing terlihat dari kejauhan
Merapat mndekat dermaga.
Kaulah Nelayan!
Tanpa kaya pun loyalitasmu untuk sang laut terus terpatrikan
Meski nyawamu tak berAsuransikan Tuhan Sebab ini hidup sekali adanya




Karya: Ichsan Maulana

Follow: 
On Facebook: Ichsan Maulana Icm
On Twitter: Ichsan Maulana Icm (@IchsanM_icm)

1 komentar:

Online Casino | No Deposit Bonus | Kadangpintar
Online Casino 온카지노 Games Online 24 hours a day septcasino ✓ Only for our Сustomers. We have over 3000 games at a single click. We deccasino provide top quality slots and jackpots to all

Posting Komentar