Sepertiga Malam
Masihkan terlalu
dini mengucap pagi?
Saat banyak mata
sudah terpejam
Pun terlalu ramai
yang masih terjaga
Ayam tertidur
dengan caranya yang kadang kala terbangun dan tidur kembali
Sementara musang
menjadi pejuang dalam momennya sendiri; mencari mangsa, mengisi perut,
berpetualang menikmati alam
Alam yang oleh kita
sudah malam
Gelap mencabik
pekat
Hitam dibawah
bayang remang lampion Tuhan; bulan
Adakah penikmat
sepertiga malam?
Merajut romantisme
dengan sang maha
Dalam kusyuknya
sembah sujud sang hamba
Mengadu, mengiba,
bermunajat dalam rima doa-doa cinta
Larut dalam
syahdunya ibadah
Bermuhasabah atas
segala khilaf dan dosa
Tahajud, momen
manis merangkai kasih dengan-Nya
Lalu sebahagian
lainnya sibuk bermimpi buruk
Merajam tidur,
dibuai setan
Sampai pada tingkat
berperangai musang diwarung kopi
Cerita sepertiga
malam hadir dalam ragam macam rupa, entahlah!
Lantas kita
bertanya; dimanakah posisi kita kala sepertiga malam itu hadir?
Menjadi pecuri,
dibuai setan, menjadi musang, atau sibuk bercengkrama di warung kopi terperdaya
wifi gratis tanpa alasan?
Matahari terbit
lagi, dan kita terus saja terbuai candu duniawi
Lupa diri
Berpaling
dari sang maha agung; ilahi rabbiFollow:
On Facebook: Ichsan Maulana Icm
On Twitter: Ichsan Maulana Icm (@IchsanM_icm)
1 komentar:
nice poem
Posting Komentar