BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kewirausahaan
adalah padanan kata dari entrepreneurship dalam bahasa Inggris, unternehmer
dalam bahasa Jerman, ondernemen dalam bahasa Belanda. Sedangkan di Indonesia
diberi nama kewirausahaan . Kata entrepreneur berasal dari bahasa Perancis
yaitu entreprende yang berarti petualang, pengambil risiko, kontraktor,
pengusaha (orang yang mengusahakan suatu pekerjaan tertentu), dan pencipta yang
menjual hasil ciptaannya.
Entrepreneurship
adalah suatu kemampuan untuk mengelola sesuatu yang ada dalam diri Anda untuk
dimanfaatkan dan ditingkatkan agar lebih optimal (baik) sehingga bisa
meningkatkan taraf hidup Anda dimasa mendatang.
Indonesia
entrepreneurial skill untuk bisa menekan sekecil mungkin tingkat kemiskinan
yang tinggi. Menngandalkan investor asing untuk membuka lapangan kerja tidaklah
cukup, menghimbau kepada perusahaan untuk tidak mem-PHK karyawan atau buruhnya
juga sulit diwujudkan. Salah satu cara atau jalan terbaiknya adalah
mengandalkan sector pendidikan utnuk mengubah pola piker lulsannya dari
berorientasi mencari kerja menjadi mencetak lapangan kerja sendiri alias
menjadi wirausahawan mandiri.
Dalam kehidupan sehari-hari,
masih banyak oang yang menafsirkan dan memandang bahwa kewirausahaan identik
dengan apa yang dimiliki baru dilakukan ‘usahawan” atau “wiraswasta”. Pandangan
tersebut tidaklah tepat, karena jiwa dan sikap kewirausahaan (entrepreneurship)
tidak hanya dimiliki oleh usahawan akan tetapi dapat dimiliki oleh setiap orang
yang berpikir kreatif dan bertindak inovatif baik kalangan usahawan maupun
masyarakat umum seperti petani, karyawan, pegawai pemerintahan, mahasiswa,
guru, dan pimpinan organisasi lainnya.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasar
dari latar belakang masalah di atas, penulis merumusakan masalah sebagai
berikut.
1. Pengertian kewirausahaan dan
hakekat kewirausahaan?
2. Bagaimana karakteristik dan
nilai-nilai hakiki kewirausahaan?
3. Bagaimana sikap dan kepribadian
kewirausahaan?
4. Bagaiman motif berprestasi
kewirausahaan?
C. Tujuan Penulisan
1. Dapat memahami pengertian
kewirausahaan dan hakekat kewirausahaan.
2. Untuk mengetahui karakteristik
dan nilai-nilai hakiki kewirausahaan.
3. Untuk mengetahui sikap dan
kepribadian kewirausahaan.
4. Untuk mengetahui motif
berprestasi kewirausahaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
kewirausahaan
Berasal
dari kata enterpteneur yang berarti orang yang membeli barang dengan harga
pasti meskipun orang itu belum mengetahui berapa harga barang yang akan dijual.
Wirausaha sering juga disebut wiraswasta yang artinya sifat-sifat keberanian,
keutamaan, keteladanan dalam mengambil resiko yang bersumber pada kemampuan
sendiri. Meski demikian wirausaha dan wiraswasta sebenarnya memiliki arti yang
berbeda . Wiraswasta tidak memiliki visi pengembangan usaha sedangkan wirausaha
mampu terus berkembang dan mencoba usaha lainnya. Istilah lainnya yang semakna
dengan wirausaha adalah wiraswasta. Istilah wiraswasta lebih sering dipakai dan
lebih dikenal daripada wirausaha. Padahal, keduanya bermakna sama dan merupakan
padanan dari kata entrepreneur.
Kewirausahaan
berasal dari kata wira dan usaha. Wira berarti pejuang, pahlawan, manusia
unggul, teladan, berbudi luhur, gagah beranidan berwatak agung. Usaha, berarti
perbuatan amal, bekerja, berbuat sesuatu. Jadi wirausaha adalah pejuang atau
pahlawan yang berbuat sesuatu. Ini baru dari segi etimologi (asal usul kata).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, wirausaha adalah orang yang pandai atau berbakat
mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk
mengadakan produk baru, mengatur permodalan operasinya serta memasarkannya.
Kewirausahaan memiliki arti yang
berbeda-beda antar para ahli atau sumber acuan karena berbeda-beda titik berat
dan penekanannya. Richard Cantillon (1775) misalnya, mendefinisikan
kewirausahaan sebagai bekerja sendiri (self-employment). Seorang wirausahawan
membeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya pada masa yang akan
datang dengan harga tidak menentu. Jadi definisi inikewirausahaan adalah lebih
menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi risiko atau ketidakpastian.
Berbeda dengan para ahli lainnya, menurut Penrose (1963) kegiatan kewirausahaan
mencakup indentfikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi sedangkan menurut
Harvey Leibenstein (1968, 1979) kewirausahaan mencakup kegiatan yang dibutuhkan
untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum
terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi
produksinya belum diketahui sepenuhnya dan menurut Peter Drucker, kewirausahaan
adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
B. Hakekat Kewirausahaan
Dari beberapa
konsep yang ada ada 6 hakekat penting kewirausahaan sebagai berikut (
Suryana,2003 : 13), yaitu :
1.
Kewirausahaan
adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber
daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis (Acmad
Sanusi, 1994).
2. Kewirausahaan adalah suatu
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create
the new and different) (Drucker, 1959).
3. Kewirausahaan adalah suatu proses
penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan
peluang untuk memperbaiki kehidupan (Zimmerer. 1996).
4. Kewirausahaan adalah suatu nilai
yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up phase) dan
perkembangan usaha (venture growth) (Soeharto Prawiro, 1997).
5. Kewirausahaan adalah suatu proses
dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative), dan sesuatu yang berbeda
(inovative) yang bermanfaat memberi nilai lebih.
6. Kewirausahaan adalah usaha
menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melaui
cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut
dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan
pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang
baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan
menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.
C.
Karakteristik
dan Nilai-Nilai Hakiki Kewirausahaan
Wirausaha
selalu berkomitmen dalam melakukan tugasnya sampai berhasil. Ia tidak
setengah-setengah dalam melakukan pekerjaannya. Karena itu, ia selalu tekun,
ulet, pantang menyerah sebelum pekerjaannya berhasil. Tindakannya tidak
didasari oleh spekulasi melainkan perhitungan yang matang. Ia berani mengambil
resiko terhadap pekerjaannya karena sudah diperhitungkan. Oleh sebab itu,
wirausaha selalu berani mengambil resiko yang moderat, artinya resiko yang
diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Keberanian menghadapi
resiko yang didukung oleh komitmen yang kuat, mendorong wirausaha untuk terus
berjuang mencari peluang sampai memperoleh hasil. Hasil-hasil itu harus nyata
atau jelas dan objektif, dan merupakan umpan balik (feedback) bagi kelancaran
kegiatannya. Dengan semangat optimisme yang tinggi karena ada hasil yang
diperoleh, maka uang selalu dikelola secara proaktif dan dipandang sebagai
sumber daya bukan tujuan akhir
Beberapa ciri kewirausahaan yang
dikemukakan oleh para ahli, secara ringkas dikemukakan oleh Vernon a Musselman
(1989:155), Wasty Sumanto (1989), dan Geoffey Meredith (1989:5) dalam bentuk
ciri-ciri berikut.
1. Keinginan yang kuat untuk berdiri
sendiri.
2. Kemampuan untuk mengambil resiko.
3. Kemampuan untuk belajar dari
pengalaman.
4. Memotivasi diri sendiri.
5. Semangat untuk bersaing.
6. Orientasi pada kerja keras.
7. Percaya pada diri sendiri.
8. Dorongan untuk berprestasi.
9. Tingkat energi yang tinggi.
10. Tegas.
11. Yakin pada kemampuan sendiri.
Dalam
mencapai keberhasilannya, seorang wirausaha memiliki ciri-ciri tertentu pula. Dalam
“Entrepreneurship and Small Enterprise Development Repor” (1986) yang
dikutip oleh M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993:5) dikemukakan
beberapa karakteristik kewirausahaan yang berhasil, di antaranya memiliki
ciri-ciri:
1.
Proaktif,
yaitu berinisiatif dan tegas (assertive).
2. Berorientasi pada prestasi yang
tercermin dalam pandangan dan bertindak (sees and acts) terhadap peluang,
orientasi efisiensi, mengutamakan kualitas pekerjaan, berencana, dan
mengutamakan monitoring.
3.
Komitmen
kepada orang lain, misalnya dalam mengadakan kontrak dan hubungan bisnis.
Keberhasilan
atau kegagalan wirausaha sangat dipengaruhi juga oleh sifat dan kepribadian
seseorang. The officer of Advocacy of Small Business Administration (1989) yang
dikutip oleh Dan Steinhoff dan John F Burgess (1993:37) mengemukakan bahwa
kewirausahaan yang berhasil pada umumnya memiliki sifat-sifat kepribadian.
Menurut Ahmad Sanusi (1994) ada beberapa kecenderungan profil pribadi wirausaha
yang dapat diangkat dari kegiatan sehari-hari, di antaranya:
1. Tidak menyenangi lagi hal-hal
yang sudah terbiasa/ tetap/ sudah teratur/ diatur dan jelas. Ia selalu bosan
dengan kegiatan rutin sehingga timbul harapan-harapan dan keinginan untuk
selalu berubah, ada tambahan, pengayaan, atau perbaikan mutu (nilai tambah yang
berbeda).
2. Makin berani, karena merasa perlu
untuk menunjukkan sikap kemandirian atau prakasa atas nama sendiri.
3. Suka berimajinasi dan mencoba
menyatakan daya kreativitas serta memperkenalkan hasil-hasilnya kepada pihak
lain.
4. Menyatakan suatu prakarsa setelah
gagasan awalnya diterima dan dikembangkan, serta dapat dipertanggungjawabkan
dari beberapa sudut. Prakarsa dianggap tidak final, bahkan terbuka untuk
modifikasi dan perubahan.
5. Sikap hati-hati dan cermat
mendorong kesiapan bekerja sama dengan pihak lain yang sama-sama mencari
kemajuan dan keuntungan. Akan tetapi, jika perlu, ia harus ada kesiapan untuk
bersaing.
6. Ujian, godaan, hambatan, dan
hal-hal yang tidak terduga dianggap tantangan untuk mencari berbagai ikhtiar.
D.
Sikap
dan Kepribadian Kewirausahaan
Alex
Inkeles dan david H. Smith (1974:19-24) adalah salah satu di antara ahli yang
mengemukakan tentang kualitas dan sikap orang modern. Menurut Inkeles (1974:24)
kualitas manusia modern tercermin pada orang yang berpartisipasi dalam produksi
modern yang dimanifestasikan dalam bentuk sikap, nilai, dan tingkah laku dalam
kehidupan sosial. Ciri-cirinya meliputi keterbukaan terhadap pengalaman baru,
selalu membaca perubahan sosial, lebih realitas terhadap fakta dan pendapat,
berorientasi pada masa kini dan masa yang akan datang bukan pada masa lalu,
berencana, percaya diri, memiliki aspirasi, berpendidikan dan mempunyai
keahlian, respek, hati-hati, dan memahami produksi.
Orang
yang terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru akan lebih siap untuk menanggapi
segala peluang, tantangan dan perubahan sosial, misalnya dalam mengubah standar
hidupnya. Orang-orang yang terbuka terhadap ide-ide baru ini merupakan
wirausaha yang inovatif dan kreatif yang ditemukan dalam jiwa kewirausahaan.
Menurut Yurgen Kocka (1975), “Pandangan yang luas dan dinamis serta kesediaan
untuk pembaharuan, bisa lebih cepat berkembang dalam lapangan industri, tidak
lepas dari suatu latar belakang pendidikan, pengalaman perjalanan yang banyak”
(Yuyun Wirasasmita, (1982:44). Dalam konteks ini, juga dijumpai perpaduan yang
nyata antara usaha perdagangan yang sistematis dan rasional dengan kemampuan
bereaksi terhadap kesempatan-kesempatan yang didasari keberanian berusaha.
Wirausaha adalah kepribadian unggul yang mencerminkan budi yang luhur dan suatu
sifat yang pantas diteladani, karena atas dasar kemampuannya sendiri dapat
melahirkan suatu sumbangsih dan karya untuk kemajuan kemanusian yang
berlandaskan kebenaran dan kebaikan.
Seperti
telah diungkapkan bahwa wirausaha sebenarnya adalah seorang inovator atau
individu yang mempunyai kemampuan naluriah untuk melihat benda-benda materi
sedemikian rupa yang kemudian terbukti benar, mempunyai semangat dan kemampuan
serta pikiran untuk menaklukkan cara berpikir yang tidak berubah, dan mempunyai
kemampuan untuk bertahan terhadap oposisi sosial (Heijrachman Ranupandoyo,
1982;1). Wirausaha berperan dalam mencari kombinasi-kombinasi baru yang
merupakan gabungan dari lima proses inovasi, yaitu menemukan pasar-pasar baru,
pengenalan barang-barang baru, metode produksi baru, sumber-sumber penyediaan
bahan-bahan mentah baru, serta organisasi industri baru. Wirausaha merupakan
inovator yang dapat menggunakan kemampuan untuk mencari kreasi-kreasi baru.
Dalam perusahaan, wirausaha
adalah seorang inisiator atau organisator penting suatu perusahaan. Menurut
Dusselman (1989:16), seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan ditandai oleh
pola-pola tingkah laku sebagai berikut:
1. Inovasi, yaitu usaha untuk
menciptakan, menemukan dan menerima ide-ide baru.
2. Keberanian untuk menghadapi
resikop, yaitu usaha untuk menimbang dan menerima resiko dalam pengambilan
keputusan dan dalam menghadapi ketidakpastian.
3. Kemampuan manajerial, yaitu
usaha-usaha yang dilakukan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, meliputi
(1) usaha perencanaan, (2) usaha untuk mengkoordinir, (3) usaha untuk menjaga
kelancaran usaha, (4) usaha untuk mengwasi dan mengevaluasi usaha.
4. Kepemimpinan, yaitu usaha
memotivasi, melaksanakan, dan mengarahkan tujuan usaha.
Telah
dikemukakan di atas bahwa wirausaha adalah inovator dalam mengombinasikan
sumber-sumber bahan baru, teknologi baru, metode produksi baru, akses pasar
baru, dan pangsa pasar baru (Schumpeter, 1934). Oleh Ibnu Soedjono (1993)
perilaku kreatif dan inovatif tersebut dinamakan “entrepreneurial action”,
yang ciri-cirinya (1) selalu mengamankan investasi terhadap risiko, (2)
mandiri, (3) berkreasi menciptakan nilai tambah, (4) selalu mencari peluang,
(5) berorientasi ke masa depan. Perilaku tersebut dipengaruhi oleh nilai-nilai
kepribadian wirausaha, yaitu nilai-nilai keberanian menghadapi risiko, sikap
positip, dan optimis, keberanian mandiri, dan memimpin, dan kemauan belajar
dari pengalaman.
Keberhasilan
atau kegagalan wirausaha sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik eksternal
maupun internal. Menurut Sujuti Jahja (1977), faktor internal yang berpengaruh
adalah kemauan, kemampuan, dan kelemahan. Sedangkan faktor yang berasal dari
eksternal diri perlaku adalah kesempatan atau peluang.
E.
Motif
Berprestasi Kewirausahaan
Para
ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat berwirausaha karena adanya
suatu motif tertentu, yaitu motif berprestasi (achievement motive).
Motif berprestasi ialah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk
mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi (Gede Anggan
Suhandana, 1980:55). Faktor dasarnya adalah adanya kebutuhan yang harus
dipenuhi.
Teori motivasi
pertama kali dikemukakan oleh Maslow (1934). Ia mengemukakan hierarki kebutuhan
yang mendasari motivasi. Menurutnya, kebutuhan itu bertingkat sesuai dengan
tingkatan pemuasannya, yaitu kebutuhan fisik (physiological needs),
kebutuhan akan keamanan (security needs), kebutuhan sosial (social
needs), kebutuhan harga diri (esteem needs), dan kebutuhan akan
aktualisasi diri (self-actualization needs).
Kebutuhan
berprestasi wirausaha terlihat dalam
bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien
dibanding sebelumnya. Wirausaha yang memiliki motif berprestasi tinggi pada umumnya memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Ingin mengatasi sendiri kesulitan
dan persoalan-persoalan yang timbul pada
2. Selalu memerlukan umpan balik
yang segera untuk melihat keberhasilan dan kegagalan.
3. Memiliki tanggung jawab personal
yang tinggi.
4. Berani menghadapi risiko dengan
penuh perhitungan.
5. Menyukai tantangan dan melihat
tantangan secara seimbang (fifty-fifty). Jika tugas yang diembannya sangat
ringan, maka wirausaha merasa kurang tantangan, tetapi ia selalu menghindari
tantangan yang sulit yang memungkinkan pencapaian keberhasilan sangat rendah.
Kebutuhan
akan kekuasaan, yaitu hasrat untuk mempengaruhi, mengendalikan, dan menguasai
orang lain. Ciri umumnya adalah senang bersaing, berorientasi pada status, dan
cenderung lebih berorientasi pada status dan ingin mempengaruhi orang lain.
Kebutuhan
untuk berafiliasi, yaitu hasrat untuk diterima dan disukai oleh orang lain.
Wirausaha yang memiliki motivasi berafiliasi tinggi lebih menyukai
persahabatan, bekerja sama daripada persaingan, dan saling pengertian. Menurut
Stephen P. Robbins (1993:214), kebutuhan yang kedua dan ketigalah yang erat
kaitannya dengan keberhasilan manajer saat ini.
Ahli psikologi lain, Frederik
Herzberg (1987) dalam teori motivation-hygiene mengemukakan bahwa
hubungan dan sikap individu terhadap pekerjaannya merupakan dua faktor dasar
motivasi yang menentukan keberhasila kerja, yaitu faktor yang membuat orang
lain merasa puas (satisfaction) dan faktor yang membuat orang tidak
merasa puas (dissatisfaction). Faktor internal yang membuat orang
memperoleh kepuasan kerja (job- satisfaction) meliputi prestasi (achievement),
pengakuan (recognition), pekerjaan (the work itself),
tanggungjawab (responsibility), kemajuan (advancement), dan
kemungkinan berkembang (possibility of growth). Sedangkan faktor yang
menentukan ketidakpuasan (dissatisfaction) adalah upah, keamanan kerja,
kondisi kerja, status, prosedur perusahaan, mutu pengendalian teknis, mutu
hubungan interpersonal (Gibson, 1990:95).
Menurut
Nasution ada tiga fungsi motif, yaitu:
1. Mendorong manusia untuk menjadi
penggerak atau sebagai motor yang melepaskan energi.
2. Menentukan arah perbuatan
ketujuan tertentu.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni
menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan untuk mencapai suatu
tujuan dengan menghindari perbuatan yang tidak bermanfaat bagi pencapaian
tujuan itu.
Menurut
Zimmerer (1996:3) ada beberapa peluang yang dapat diambil dari kewirausahaan,
yaitu:
1. Peluang untuk memperoleh kontrol
atas kemampuan diri.
2. Peluang untuk memanfaatkan
potensi yang dimiliki secara penuh.
3. Peluang untuk memperoleh manfaat
secara finansial.
4. Peluang untuk berkontribusi
kepada masyarakat dan menghargai usaha-usaha seseorang.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Keberhasilan
atau kegagalan wirausaha sangat dipengaruhi oleh sifat dan kepribadian
seseorang. The officer of Advocacy of Small Business Administration. bahwa
kewirausahaan yang berhasil pada umumnya memiliki sifat-sifat kepribadian.
Seperti
telah diungkapkan bahwa wirausaha sebenarnya adalah seorang inovator atau
individu yang mempunyai kemampuan naluriah untuk melihat benda-benda materi
sedemikian rupa yang kemudian terbukti benar, mempunyai semangat.
Para ahli mengemukakan bahwa
seseorang memiliki minat berwirausaha karena adanya suatu motif tertentu, yaitu
motif berprestasi (achievement motive). Motif berprestasi ialah suatu nilai sosial
yang menekankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan
secara pribadi
B.
Saran
Minimnya pengetahuan tentang
kewirausahaan di Indonesia membuat Indonesia menjadi Negara yang kaya akan
pengangguran, untuk itu pemerintah harus memberikan pemahaman tentang
kewirausahaan kepada setiap masyarakat agar mereka mampu membuat lapangan
pekerjaan. Selain itu, pemerintah juga harus menyediakan modal usaha bagi
mereka yang ingin memulai berwirausaha agar mereka tidak kesulitan untuk
memulai atau mengembangkan usahanya.
Daftar
pustaka
http://ahmadarkam.wordpress.com/2013/03/16/makalah-konsep-dasar-kewirausahaan/
di akses pada tanggal 28/9/2013, pukul 13:40 WIB
http://ipsb2011.wordpress.com/2012/07/25/kumpulan-makalah-kewirausahaan-semester-dua/
di akses pada tanggal 28/9/2013, pukul 14:00 WIB
Ade. Hakikat dan Konsep
Kewirausahaan. http://adesyams.blogspot.com/2009/06/hakikat-dan-konsep-dasar-kewirausahaan.html
di akses pada tanggal 28/9/2013.
.
0 komentar:
Posting Komentar