Di panggung nan agung
tuan berpetuah
Menyatakan kebenaran
dalam hegemoni politik
Visi dan misi bak
teratai bersemedi di air yang tenang
Menjadi raja di kawasan
kawalan
Tuan, kami rakyat
biasa, bahasa sopan dari rakyat jelata
Kami tamsilan katak
yang berkoar, berkata, bahkan menjerit
Kita berbeda tuan, tuan
dan kawan tuan berorasi demi kursi jua kekuasaan
Kami, bernyanyi dalam
lengkinggan pekik meratap nasib
Panggung kampanye itu
musiman tuan
Panggung pembodohan
politik sebab lakon sandiwara oleh hidung belang politisi
Disini, di atas tanah
negeri kami berkalang melarat
Padanya kemiskinan,
pengangguran, sawah dan ladang yang kering, padi yang murung bergeming malas
menguning
Kami memanen duka,
tertawa buta huruf, bahagia dalam ketidaktahuan
Tuan, kami tau janjimu
palsu
Tapi kami pilih jua,
sebab kami bodoh dan buta huruf
Karena drama politik
kekinian yang mengedukasi kami begini
Apa daya tuan?
Kesejahteraan dan
kemakmuran yang saban waktu tuan-tuan janjikan
Sampai kini masih
misteri bagi kami
Lebih mengerikan sebab
bergentayangan saban waktu pagi, siang dan malam
Tuan, kadang anak kami
yang kecil nan munggil bertanya pada kami orang tua yang bodoh ini; apa itu
kesejahteraan dan kemakmuran wahai ayah bunda?
Haruskah kami berbohong
lantas menjawab bahwa itu adalah hantu?
Tuan, pemilu datang
lagi
Apakah tuan-tuan
membawa hantu yang sama?
Yang misterinya tak
pernah terjawab apa mengapa?
Atau memang benar tuan
Kesejahteraan dan
kemakmuran itu hantu!?
by: Ichsan Maulana
0 komentar:
Posting Komentar