Kurikulum
Sebagai Pengalaman Belajar
Secara etimologis
kurikulum berasal dari bahasa yunani, yaitu curir
yang artinya pelari dan curere yang
berarti berpacu. Jadi istilah kurikulum pada awalnya berhubungan dengan
kegiatan olahraga pada zaman romawi kuno di Yunani dengan mengandung pengertian
suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Secara terminology istilah
kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan dengan pengertian semua sebagai
sejumlah pengetahuan yang harus ditempuh atau diselasaikan siswa guna mendapatkan
suatu tingkatan atau ijazah.
Para ahli kurikulum
dalam memberikan pengertian bergerak dari suatu pengertian yang spesifik menuju
kearah pengertian yang lebih umum dan luas.
1. Dalam
pengertian spesifik kurikulum diartikan sebagai daftar mata pelajaran yang
harus dipelajari siswa.
2.
Dalam pengertian
spesifik kurikulum diartikan sebagai kumpulan data mata pelajaran yang harus
dipelajari siswa. Kelompok yang mendefinisikan kurikulum dalam arti luas
mengartikan kurikulum sebagai semua pengalaman belajar yang dialami siswa baik
didalam maupun di luar kelas untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pengertian kurikulum
yang lebih banyak dibicarakan adalah kurikulum dalam arti luas yaitu semua
pengalaman belajar yang dirancang untuk mencapai tujuan.
1. Taba
(1962) menyatakan definisi yang terlalu luas tidak fungsional, sebaliknya
meninggalkan segala sesuatu definisi kurikulum kecuali pernyataan tujuan dan
garis-garis besar isi akan menurunkan kedudukan pengalaman belajar akan menjadi
metode. Ia menyarankan aspek-aspek yang lebih dekat dengan praktek pendidikan atau
lebih spesifik sifatnya dapat dimasukkan dalam kawasan pembelajaran.
2. Doll
(1964) berpendapat bahwa kurikulum yang paling banyak diterima telah berubah
dari isi pelajaran yang dipelajari dan daftar pelajaran yang diberikan menuju
kepada semua pengalaman belajar yang disajikan dalam pembelajaran dibawah
tanggung jawab sekolah. Definisi ini tampaknya lebih luas dan lebih
mencerminkan peristiwa- peristiwa pendidikan secara lebih cermat. Alasan
sekolah didirikan oleh masyarakat untuk pendidikan yang memungkinkan
pembelajaran berkembang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan dan
perkembangan ini dapat dicapai melalui pengalaman belajar yang diperoleh
pebelajar.
3. Doll
(1982:5) menyatakan, kurikulum adalah rancangan pengalaman belajar mengacu pada
hasil belajar yang diharapkan dapat menumbuhkan kompetensi personal dan sosial
siswa, melalui rumusan pengetahuan dan pengalaman yang sistematik dibawah tanggung
jawab dan bantuan sekolah.
4. Oliver
(1977:32) mengartikan kurikulum sebagai program pendidikan untuk mendapatkan
pengalaman belajar yang dirancang lembaga pendidikan untuk diikuti siswa yang
meliputi program studi, program pengalaman, program pelayanan dan kurikulum
tersembunyi. Program studi, merupakan daftar pelajaran yang disajikan dalam
suatu program pendidikan. Program pengalaman, merupakan kegiatan-kegiatan yang
mendukung pelajaran yang sering disebut kurikuler. Program pelayanan, yaitu
kegiatan bimbingan yang diberikan sehingga memungkinkan siswa mencapai tujuan
belajar. Sedangkan kurikulum tersembunyi adalah semua pengalaman belajar diluar
program-program sekolah yang secara langsung mempengaruhi pengalaman belajar
siswa.
5. Finc
dan Crunkilton (1979) dalam bukunya Curriculum
Development in Vocational and Technical education” kurikulum adalah
sejumlah kegiatan dan pengalaman belajar yang dialami pebelajar dibawah
pengarahan dan tanggung jawab sekolah.
6.
Hass (1980)
dalam “Curriculum Planing: Anew
Approach”(3 edition). Kurikulum adalah semua pengalaman yang dialami
pebelajar dalam suatu program pendidikan yang bermaksud untuk mencapai
tujuan-tujuan umum dan tujuan-tujuan khusus yang relevan, yang direncanakan
berdasarkan kerangka teoritik dan penelitian tau praktik- praktik yang
professional masa lalu dan masa sekarang.
Dengan demikian
pengertian kurikulum dapat dibagi menjadi dua yaitu; kurikulum dalam arti
sempit dan kurikulum dalam arti yang luas. Kurikulum dalam arti sempit adalah
kumpulan daftar pelajaran beserta rinciannya yang perlu dipelajari pebelajar
untuk mencapai suatu tingkat tertentu sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Sedangkan kurikulum dalam arti yang luas tidak hanya terbatas pada
sejumlah daftar pelajaran saja akan tetapi semua pengalaman belajar yang
dialami pebelajar. Pengalaman belajar tersebut dapat diperoleh pebelajar di
dalam kelas, laboratorium, mengikuti ceramah, bertanya jawab,demontrasi dan
dalam kegiatan olahraga.
Oleh karena
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat di samping
ledakan informasi yang menjadikan globalisasi dunia, maka pengalaman belajar pebelajar
untuk dapat eksis dimasyarakat tidak hanya dapat diperoleh di sekolah. Dengan
demikian pengertian kurikulum dalam arti pengalaman belajar akan lebih memadai
untuk diacu sebagai pengertian kurikulum.
Pengertian kurikulum
yang mengartikan kurikulum sebagai keseluruhan pengalaman belajar yang
diperoleh siswa atas tanggung jawab sekolah. Pengalaman-pengalaman belajar itu
bisa berupa mata pelajaran, dan bisa pula berbagai kegiatan lain yang dianggap
dapat memberikan pengalaman belajar yang bersifat bermanfaat. Atas dasar
pengertian ini, kegiatan-kegiatan yang menurut kurikulum tradisional dianggap sebagai
ekstra kurikulum dan ko-kurikulum, berdasarkan definisi ini termasuk dalam
pengertian kurikulum. Selain itu juga menurut pengertian kurikulum ini kegiatan
belajarpun tidak terbatas pada kegiatan-kegiatan belajar di kelas atau di dalam
gedung semata-mata, melainkan mencakup juga berbagai kegiatan yang dilakukan di
luar kelas atau sekolah, asalkan dilakukan atas tanggung jawab sekolah (Romine,
dalam Mohammad Ali, 1992 : 5). Pandangan yang senada tentang kurikulum kategori
ini juga dikemukakan oleh George A Beauchamp (dalam Nurgiyantoro, 1988) yang
menyebutkan bahwa kurikulum adalah, “it as all activities of children under jurisdiction of the
school”.
Pandangan tentang
kurikulum tersebut di atas sebenarnya dipengaruhi juga oleh pandangan-pandangan
sebelumnya yakni seperti yang Stratemeyer, Forkner, dan Mckim (Ali, 1992) yang
menyebutkan bahwa : “Curriculum is currently defined in the tree ways : The courses and
class activities in which children and youth engage; the total range of
in-class and out of class experiences sponsored by the school; and the total
life experinces of the learner”.
Pendapat lainnya yang
menjelaskan pengertian kurikulum sebagai pengalaman belajar juga dikemukakan oleh
Tanner dan Tanner (1980) yang menyatakan bahwa kurikulum meliputi :
a.
Kurikulum
sebagai pengetahuan yang di organisasikan,
b. Kurikulum
sebagai model mengajar,
c. Kurikulum
sebagai arena pengalaman,
d. Kurikulum
sebagai pengalaman,
e. Kurikulum
sebagai pengalaman belajar terbimbing,
f. Kurikulum
sebagai kehidupan terbibing,
g. Kurikulum
sebagai suau rencana pembelajaran,
h. Kurikulum
sebagai sistem produksi secara teknologi, dan
i.
Kurikulum
sebagai tujuan.
Rumusan pengertian
Tanner dan Tanner tersebut di atas, memandang kurikulum bukanlah semata-mata
apa yang direncanakan, tetapi juga hasil yang dicapai sebagai produk dari
rencana itu sendiri. Namun demikian, rumusan pengertian kurikulum kategori
kedua ini juga masih mengandung beberapa kelemahan yakni mencakup aspek yang
sangat luas, sehingga menurut Taba (dalam Nurgiyantoro, 1988 : 7) menyebutkan
rumusannya terlalu luas, sehingga kurang fungsional untuk diterapkan dalam
situasi praktis.
Pengertian kurikulum
lainnya yang lebih menekankan bahwa kurikulum merupakan serangkaian pengalaman
belajar. Salah satu pendukung dari pengalaman ini menyatakan sebagai berikut:
“Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses,
activities, and experiences which pupils have under direction of the school,
whether in the classroom or not (Romine,
1945,h. 14).”
Pengertian itu
menunjukan, bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruang kelas
saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan diluar kelas. Tidak ada
pemisahan yang tegas antara intra dan ekstra kurikulum. Semua kegiatan yang
memberikan pengalaman belajar/pendidikan bagi siswa pada hakikatnya adalah
kurikulum.
Berdasarkan pengertian
kurikulum sebagai pengalaman belajar, perlu
dipahami bahwa pengalaman belajar tersebut dapat diperoleh baik dalam
sekolah maupun diluar sekolah sepanjang direncanakan atau dibimbing oleh pihak
sekolah. Dengan demikian kurikulum sebagai pengalaman belajar mencakup pula
tugas-tugas belajar yang diberikan oleh guru untuk dikerjakan siswa di rumah.
Dari ke lima konsep
kurikulum semuanya benar tergantung dari cara memandang. Guru dapat memilih
satu atau lebih konsep kurikulum yang dijadikan acuannya. Dalam UU Republik
Indonesia Nomor 2 tahun 1989 pasal 1 (9) menyebutkan bahwa, ”kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar”
(Depdikbud, 1989:3), sedangkan dalam pasal 37 menyebutkan “kurikulu disusun
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap
perkembangan peserta didik dan kesesuaian dengan lingkungan, kebutuhan
pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan
(Depdikbud, 1989:15)
2 komentar:
Wow! Such a fantastic and helpful post . visa Turkey is a legalized entry Permit which is connected to the person’s passport that allows one to enter into Turkey for touristic purposes and many other purposes.
YENİ PERDE MODELLERİ
numara onay
Turkcell mobil ödeme bozdurma
Https://nftnasilalinir.com
Ankara evden eve nakliyat
trafik sigortası
dedektör
Kurma web sitesi
aşk kitapları
Posting Komentar