KETIKA BANYAK TULISAN BELUM MAMPU MEMUASKAN SYAHWAT MEMBACAMU, MAKA MENULISLAH DENGAN JALAN FIKIRANMU

Selasa, 04 Desember 2012

Laporan Klimatologi


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bagi kebanyakan masyarakat Indonesia yang awam akan arti pentingnya sebuah lingkungan, maka di dalam pandangannya, lingkungan hanyalah objek sederhana yang sekedar terkait dengan tumbuhan dan hewan. Padahal sesungguhnya, ruang lingkup lingkungan sangatlah jauh lebih luas daripada hal tersebut, yaitu menyangkut entitas menyeluruh dimana semua makhluk hidup berada. Dalam konteks pembangunan negara dan pemberdayaan masyarakat, segala aktivitas dan kegiatannya tidak dapat mengenyampingkan eksistensi lingkungan pada titik dan batas tertentu.
Fenomena telah terjadinya perubahan iklim (climate change) sepertinya tidak dapat lagi dipertentangkan. Berbagai penelitian ilmiah menggambarkan bahwa karbondioksida (CO2) dilapisan atmosfir yang merupakan konsekuensi hasil sisa pembakaran dari batu bara, kayu hutan, minyak, dan gas, telah meningkat hampir mendekati angka 20% sejak dimulainya revolusi industri. Kawasan perindustrian yang dibangun hampir di seluruh daratan benua dunia telah menghasilkan limbah “Gas Rumah Kaca” (GRK), seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4), dan nitrousoksida (N2O), yang dapat menyebabkan terjadinya “efek selimut”. Efek inilah yang kemudian mangakibatkan naiknya suhu di permukaan bumi. Sebagai bahan perbandingan, konsentrasi GRK pada masa pra-industri di abad ke-19 baru sebesar 290 ppmv (CO2),700 ppbv (CH2), dan 275 ppbv (N2O). Sedangkan pada saat ini, peningkatannya menjadi sebesar 360 ppmv (CO2), 1.745 ppbv (CH4), dan 311 ppbv (N2O). Dengan demikian, menurut para ahli, GRK untuk CO_ pada tahun 2050 diperkirakan akan mencapai kisaran 550 ppmv.
Menurut penelitian menunjukan adanya peningkatan temperatur suhu tahunan hingga 1°C dalam satu generasi terakhir. Dampak buruk dari meningkatnya suhu tersebut adalah melelehnya gletser (melting of glaciers) dan tenggelamnya bongkahan es di wilayah Alaska dan Siberia, sehingga dapat menyebabkan naiknya permukaan laut hingga mampu menenggelamkan pulau-pulau dan menimbulkan banjir besar di berbagai wilayah dataran rendah.
Oleh karenanya, negara-negara kepulauan seperti Indonesia inilah yang nantinya akan dengan sangat mudah menerima efek dahsyat akibat meningkatnya ketinggian air laut dan munculnya topan badai. Lebih parahnya lagi, Indonesia sebagai negara yang menggunakan sebagian wilayah garis pantainya sebagai kunci aktivitas perekonomian, seperti misalnya di bidang pariwisata, perikanan bagi para nelayan, pertanian berbasis air, sistem pengendalian banjir, serta ekstrasi dan pengeboran minyak bumi-gas, sudah pasti akan menerima dampak negatif yang lebih besar akibat perubahan iklim apabila dibandingkan dengan negara-negara lainnya di dunia.
Konsekuensi masa depan terhadap perubahan iklim juga diprediksi akan lebih dramatis lagi dan menggangu kehidupan umat manusia, seperti terancamanya distribusi vegetasi alami dan keanekaragaman hayati, erosi dan badai yang akan memaksa relokasi penduduk di sepanjang pantai, beban biaya yang sangat besar untuk rekonstruksi infrastruktur pembangunan, meningkatnya alokasi dana untuk pengendalian potensi kebakaran dan beragam penyakit, serta investasi yang sangat besar untuk pelayanan kesehatan. Ketika menyadari sepenuhnya akan dampak buruk perubahan iklim bagi negara-negara dunia dan khususnya Indonesia, maka sudah seyogyanya diambil langkah-langkah penting dan strategis dengan cara mitigasi dan adaptasi guna mencegah kerusakan yang lebih besar.
Indonesia adalah salah satu Negara Agraris terbesar di dunia yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, dengan komoditas utama adalah Padi. Sebagai sumber pangan selain jagung dan gandum, padi merupakan bahan pangan pokok yang penting bagi hampir sebagian penduduk dunia, terutama di daerah tropik seperti Asia dan Afrika. Menurut data BPS Saat ini Indonesia menjadi produsen gabah nomer 3 setelah RRC dan India, tetapi dalam produktifitas Indonesia jauh tertinggal. Bahkan saat ini Indonesia telah mengimpor beras dari Thailand.
Pengamatan cuaca merupakan kegiatan yang penting dalam Meteorologi. Pengamatan cuaca dapat dilakukan oleh manusia maupun dengan menggunakan alat. Stasiun Meteorologi Pertanian Khusus (SMPK) merupakan suatu stasiun (tempat) yang melakukan kegiatan pengamatan (pengukuran) keadaan unsur-unsur iklim separti  suhu, angin, curah hujan, penyinaran matahari, penguapan, kelembaban pada suatu waktu (standar) yang telah ditentukan.
Untuk menghilangkan subyektifitas data pengamatan manusia secara langsung dengan panca indra maka digunakan alat-alat (instrumen) pengukur unsur-unsur cuaca atau iklim. Setiap alat mempunyai cara kerja dan spesifikasi kegunaan tertentu seperti :
Ø  Alat pengukur suhu dipergunakan termometer.
Ø  Alat pengukur curah hujan menggunakan penakar hujan Observatorium (Obs), penakar hujan otomatis (Hillman).
Ø  Alat pengukur angin menggunakan anemometer.
Ø  Alat pengukur penguapan air dipergunakan evaporimeter (panci evapori)
Ø  Alat pengukur lama penyinaran matahari menggunakan Cambell Stokes, Sun Sine Recorder .

B.     Tujuan Observasi
1.      Mahasiswa dapat mengetahui dimana dan bagaimana stasiun BMKG Indrapuri, sekaligus mengenal profil stasiun BMKG Indrapuri secara lebih jelas.
2.      Mahasiswa dapat mengenal dan mengetahui alat-alat pendeteksi iklim di stasiun BMKG Indrapuri Aceh Besar.
3.      Mahasiswa mampu membedakan alat pendeteksi yang bekerja secara Manual dan bekerja secara Digital.




C.     Manfaat Observasi
Adapun manfaat dari observasi ini yaitu selain menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, mahasiswa juga dapat mengetahui lokasi stasiun BMKG Indrapuri dan melihat bagaimana system kerja dari alat yang ada di BMKG ini.

D.    Waktu dan Tempat Observasi
Hari                 : Rabu
Tanggal           : 27 Juni 2012
Waktu             : 10.00 – 12.00
Tempat            : BMKG  Stasiun  Klimatologi Indrapuri-Aceh Besar.

E.     Metode Observasi
a.       Metode Audio
Mahasiswa mendengarkan  penjelasan dan pengarahan dari pihak staff  BMKG mengenai iklim dan profilnya beserta kelengkapan alat - alatnya.
b.      Metode Visual
Mahasiswa melihat secara langsung  layar dengan gambar yang diletakkan di hadapan para mahasiswa oleh pihak BMKG yaitu gambar durasi proses hujan dan gambar alat pendeteksi cuaca lengkap dengan keterangannya.
c.       Metode di lapangan
Mahasiswa langsung terjun ke lapangan untuk melihat, mengamati dan mencoba alat-alat pendeteksi iklim di kantor BMKG Indrapuri Aceh Besar.
d.      Metode Pencatatan
Mahasiswa mencatat hasil pengamatan dari hasil pengarahan dan penjelasan dari kegunaan  alat-alat tersebut pada buku dan mendokumentasikan gambar hasil obsrevasi.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
  1. Stasiun Meteorologi Pertanian Khusus
Sesuai dengan namanya Stasiun Meteorologi Pertanian Khusus (SMPK), bertugas secara khusus melakukan kegiatan pengamatan (pengukuran) keadaan unsur-unsur iklim seperti suhu, angin, hujan, penyinaran matahari, penguapan, kelembaban, pada suatu waktu (standart) yang telah ditentukan yang berhubungan atau berpengaruh nyata terhadap hasil pertanian. Biasanya stasiun ini merupakan hasil kerjasama Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika dengan instansi Pemerintah/BUMN/Swasta yang berhubungan dengan pertanian.
Ketentuan Membangun SMPK
v  Tersediannya taman alat-alat yang cukup luas, sehingga dapat menampung berbagai alat pengukur unsur-unsur iklim yang berhubungan dengan pertanian.
v  Data yang dihasilkan dapat mewakili daerah sekitarnya secara menyeluruh (misalnya se-kabupaten/sentra produksi pertanian).

B.     Taman Alat-alat Klimatologi
Pengamatan unsur-unsur meteorologi memerlukan alat-alat meteorologi. Agar hasil pengamatan dari berbagai stasiun meteorologi dapat dibandingkan satu sama lain, maka penempatan alat-alat meteorologi dan tata cara pengamatan pun haruslah sama. Untuk keperluan tersebut pada stasiun meteorologi dan klimatologi dibuat taman alat yang didalamnya terdapat beberapa alat untuk penelitian.
Taman alat-alat Klimatologi adalah suatu taman dimana alat-alat pengukur unsur-unsur iklim ditempatkan. Taman alat-alat Klimatologi terdapat pada setiap Stasiun Klimatologi dan dibangun sedemikian rupa agar dapat beroperasi dengan baik secara terus menerus paling sedikit 10 tahun.

1.      Ketentuan Membangun Taman Alat-alat.
Kekhasan taman alat-alat tersebut menggambarkan persyaratan atau ketentuan-ketentuan dalam membangunnya, antara lain :
a.       Tanahnya yang datar atau rata dengan ditanami rumput pendek.
b.      Tempat terbuka, letaknya jauh dari pohon-pohon, bangunan penghalang yang tinggi. Jarak dari pohon atau bangunan penghalang minimal sama dengan tinggi pohon dan atau bangunan penghalang tersebut. (misalnya terdapat pohon dengan tinggi empat meter maka jarak taman alat dengan pohon adalah minimal empat meter).
c.       Mempunyai pagar keliling setinggi + 1 meter, untuk melindungi alat-alat dari gangguan hewan dan lain-lainnya.
d.      Ukuran atau luas taman alat bervariasi tergantung dari jenis Stasiun atau jumlah alat-alat yang dipasang didalamnya. Contoh : berukuran 20 m X 15 m, 40 m X 20 m, 60 mX 40 m dan sebagainya.
e.       Arah taman alat memanjang Utara–Selatan.
f.       Alat-alat pengukur unsur-unsur iklim diletakkan di dalam taman alat.
g.      Penempatan alat-alat pengukur unsur iklim ditentukan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu satu sama lain. Contoh : Tempat untuk Sangkar Meteorologi (disamping Anemometer) dipasang Solarimeter atau Cambell Stokes, maka pada suatu saat bayangan dari tiang Anemometer akan menutupi Solarimeter, sehingga radiasi matahari yang tercatat akan berkurang.
2.      Pemeliharaan Alat
a.       Potong dan bersihkan rumput di Taman Alat paling sedikit 1 kali dalam sebulan.
b.      Jangan menanam/memelihara pohon di dekat Taman Alat.

Persyaratan lokasi taman alat klimatologi menurut BMKG yaitu sebagai brikut:
·         Jauh dari bangunan fisik yang dapat mempengaruhi iklim.
·         Jarak benda penghalang dengan taman alat paling sedikit 10 kali tinggi penghalang.
·         Lahan bukan daerah pemukiman penduduk yang padat dan bebas dari daerah industri.

 




















  1. Sangkar Meteorologi
Sangkar meteorologi (Screen) adalah suatu tempat yang digunakan untuk meletakkan alat-alat pengamatan cuaca permukaan. Pemasangan alat-alat meteorologi didalam sangkar dimaksudkan agar hasil pengamatan dari tempat-tempat dan waktu yang berbeda dapat dibandingkan satu sama lain.
Untuk ketelitian pengukuran suhu udara sekiranya dihindari dari beberapa macam gangguan lokal maupun hal-hal lain yang mengurangi kemurnian-kemurnian suhu atmosfer.
Beberapa gangguan yang perlu dihindarkan antara lain :
·         Pengaruh radiasi langsung dari matahari dan pantulannya oleh benda-benda disekitarnya.
·         Gangguan tetesan air hujan.
·         Tiupan angin yang terlalu kuat.
·         Pengaruh lokal gradient suhu tanah akibat pemanasan dan pendinginan permukaan tanah setempat.
Untuk mengatasi atau meminimalisir gangguan tersebut di atas alat pengukurnya perlu ditempatkan pada sangkar meteorologi.
Ketentuan Membangun Sangkar Meteorologi.
·         Sangkar dibuat dari kayu sedemikian rupa sehingga dapat melindungi/mengelilingi alat didalammnya secara sempurna, tetapi dapat menunjukkan suhu udara yang sama dengan suhu udara luar.
·         Kisi pintu Sangkar dibuat rangkap untuk mencegah tiupan angin secara langsung, tetapi udara yang bebas dapat melalui alat.
·         Sangkar dibuat berpintu dua, membuka/menutup menghadap Utara–Selatan. Gunanya untuk mencegah pancaran langsung sinar matahari pada alat sewaktu melakukan pengamatan. Jika matahari berada pada belahan bumi Utara, digunakan pintu sebelah Selatan untuk pengamatan dan sebaliknya.
·         Tinggi lantai (tempat kedudukan alat) 120 cm diatas permukaan tanah.
·         Sangkar diletakkan diatas tanah berumput pendek, di dalam taman alat dengan jarak minimal satu kali tinggi benda yang berada didekatnya.
BAB III
PEMBAHASAN
A.    Klimatologi dan Meteorologi
Klimatologi dan Meteorologi, keduanya dikenal sebagai pengetahuan tentang atmosfer, yaitu lapisan gas yang menyelubungi bulatan (permukaan) bumi, namun kajian klimatologi berkaitan dengan hasil dari proses yang terjadi di atmosfer, misalnya karakteristik iklim, mengapa iklim berbeda diberbagai tempat di muka bumi, faktor penyebab perbedaan iklim dan bagaimana kaitan cuaca dan iklim terhadap aktivitas manusia, sedangkan meteorology lebih berkaitan pada proses fisis dan cuaca yang terjadi di atmosfer terutama lapisan troposfer.
Demikianlah klimatologi dapat juga disebut meteorologi statistik.Data cuaca yang bersifat kontinyu antara lain: suhu, kelembapan, tekanan udara serta kecepatan angin. Analisis dan penyajiannya dalam bentuk angka rata-rata atau angka sesaat (instantaneous) sedangkan grafiknya dalam bentuk garis/kurva.
Menurut Bayong (2004), Klimatologi dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu klimatologi fisis, klimatologi kedaerahan (regional). Klimatologi kedaerahan bertujuan memberikan gambaran (deskripsi) iklim dunia yang meliputi sifat dan jenis iklim. sedangkan klimatologi terapan mencari hubungan klimatologi dengan ilmu lain, misalnya: agroklimatologi: penerapan klimatologi dalam bidang pertanian.
B.     Alat-alat Pengukuran
a.       Alat Ukur Suhu Udara
Suhu merupakan karakeristik inberent, dimiliki oleh  suatu benda yang berhubungan dengan panas dan energi. Suhu udara akan berfungsi dengan  nyata selama setiap periode 24 jam. Fluktuasi suhu udara berkaitan erat dengan proses pertukaran energy yang berlangsung di atmosfer. Pada siang hari, sebagian dari radiasi matahari akan diserap oleh gas – gas atmosfer dan partikel – partikel padat yang melayang di atmosfer. Serapan energi radiasi matahari ini akan menyebabkan suhu udara meningkat. Suhu udara harian maksimum tercapai beberapa saat setelah intensitas cahaya maksimum tercapai. Intensitas cahya maksimum tercapai pada saat berkas cahaya jatuh tegak lurus, yakni pada waktu tengah hari.
Pengamatan Suhu Udara Permukaan adalah pengukuran suhu udara pada ketinggian 1,20–1,25 meter dari permukaan tanah, dengan satuan suhu udara adalah 0C (Celsius), menggunakan alat pengukur suhu yaitu Termometer. Selanjutnya suhu udara permukaan diamati dengan menggunakan Termometer Bola Kering.
1.      Termometer Bola Basah dan Bola Kering
Sepasang Termometer Bola Basah dan Bola Kering yang ditempatkan vertikal pada Standard dan terpisah dalam jarak + 5 cm satu sama lain yang disebut Psycrometer (gambar 4). Jenis ini dipakai untuk pengamatan temperatur dengan mata yang diletakkan dalam Sangkar Meteorologi. Termometer Bola Basah dan Bola Kering ini berisi Air Raksa, yang bersifat membasahi dinding gelas, cepat menerima panas, mengembang dengan teratur, titik didih tinggi (3570 C) dan merupakan penghantar yang baik.
Termometer Bola Basah adalah Termometer Bola Kering yang dibungkus dengan kain Muslin (kain kasa) yang bersih dan dimasukkan ke dalam dalam Botol yang berisi air bersih dan diusahakan ada jarak antara kain muslin dalam botol dengan bola Termometer.
a)      Cara Kerja Peralatan
1.      Apabila suhu udara meningkat maka air raksa dalam bola Termometer akan memuai dan mendesak keluar.
2.      Apabila suhu udara menurun maka air raksa dalam bola Termometer akan menyusut dan menarik air raksa dalam kolom.
3.      Ujung kolom air raksa pada Termometer Bola Basah dan Bola Kering menunjukkan suhu udara pada lingkungan.
b)      Cara Pengukuran dan Pengoperasian
1.      Pengamatan/pengukuran dilakukan pada waktu yang telah ditentukan.
2.      Tiap kali membuka sangkar yang pertama dibaca adalah suhu dalam Termometer Bola Kering, jangan memegang termometer untuk menghindari pengaruh panas tubuh pengamat terhadap suhu termometer.
3.      Yakinkan bahwa garis pandang dari mata kepuncak permukaan air raksa miniscus adalah mendatar, untuk menghindari kesalahan paralaks (kesalahan sudut baca, gambar 3).
4.      Baca Termometer dengan cepat dan cermat sampai persepuluhan derajat Celsius terdekat.

 






Gambar 3. Kesalahan Paralaks
2.      Termometer Maksimum
Termometer ini adalah Termometer air raksa biasa seperti Termometer bola kering. Perbedaannya ialah terdapatnya bagian yang sempit pada tabung dekat bola Termometer.
a)      Cara Kerja Peralatan
1.      Apabila suhu udara meningkat maka air raksa dalam bola Termometer akan memuai dan mendesak keluar melalui lubang sempit pada tabung dekat bola Termometer. Ujung kolom air raksa menunjukkan Temperatur udara maksimum pada hari tersebut.
2.      Apabila suhu turun, kolom air raksa terputus pada bagian yang sempit ini, segera sesudah air raksa dalam bola termometer menyusut ujung lain dari kolom air raksa tetap pada tempatnya.
3.      Kedudukan air raksa dalam tabung hanya dapat diturunkan dengan bantuan tenaga mekanis.

b)      Cara Pengukuran dan Pengoperasian
1.      Untuk keperluan pengamatan Meteorologi dan Klimatologi pengamatan dilakukan 1 kali sehari pada waktu yang telah ditentukan yaitu pada sore hari sekitar pukul 18.00 waktu setempat. Dimana suhu udara tidak akan mengalami kenaikan lagi dalam jangka waktu yang lama.
2.      Baca termometer dengan cermat sampai persepuluhan derajat, Jangan sekali-kali termometer dipegang sebelum dibaca.
3.      Setelah pembacaan termometer diangkat dari tempatnya kemudian diayunkan 2 X dengan posisi tangan lurus, untuk mengembalikan air raksa dalam termometer seperti posisi semula.

3.      Termometer Minimum
Termometer Minimum adalah termometer alkohol. Termometer jenis ini dipakai untuk mengukur temperatur yang rendah, karena alkohol mempunyai titik beku yang rendah (-970 C) dan merupakan penghantar panas yang baik. Didalam kolom alkohol ini terdapat sebatang gelas kecil yang berwarna kebiru-biruan. Batang gelas ini dinamakan indeks. Ujung indeks paling jauh dari bola termometer adalah harga pembacaan.
a)      Cara Kerja Peralatan
1.      Jika suhu turun indeks terdorong kearah bola termometer oleh permukaan alkohol.
2.      Jika suhu naik zat cair ini mengembang, indeks tetap pada tempat yang paling rendah.

b)      Cara Pengukuran dan Pengoperasian
1.      Pembacaan alat adalah pada ujung terjauh indeks dari bola termometer.
2.      Setelah pembacaan, termometer diangkat dari tempatnya kemudian termometer dimiringkan dengan posisi bola termometer lebih tinggi, sambil diamati pergerakan dari indeks hingga indeks mencapai puncak permukaan alkohol dan diletakkan kembali pada standard seperti posisi semula.
c)      Pemeliharaan Alat
1.      Bersihkan termometer dari debu dan lumut.
2.      Tambahkan air termometer bola basah sedikitnya 1 kali dalam tiga hari atau pada saat air dalam botol berkurang.
3.      Ganti kain kasa atau kain muslin jika telah berlumut atau kotor.
4.      Periksa air raksa termometer maksimum setelah dibaca dan sebelum dikembalikan apakah bagian yang sempit pada tabung dekat bola masih berfungsi baik (lihat apakah air raksa terputus).
5.      Jangan menggoyang termometer minimum seperti termometer maksimum. Cukup dimiringkan ke arah suhu pada waktu pembacaan.
 










Keterangan gambar 4. Psycrometer :
a.       Termometer Bola Basah.               d.  Termometer Minimum.
b.      Termometer Bola Kering.             e.   Penyangga.
c.       Termometer Maksimum.

b.      Alat Ukur Kelembaban Udara
Perbandingan antara massa uap air dengan massa udara lembab dalam satuan volume udara tertentu disebut sebagai kelembaban spesifik, umumnya dinyatakan dalam satuan g/kg. Kemampuan udara untuk menampung air akan bertambah dengan meningkatnya suhu. Jika udara yang jenuh uap air ditingkatkan suhunya, maka udara tersebut menjadi tak jenuh. Uap air merupakan gas yang paling dinamis di atmosfer, di mana kandungan uap air dapat berubah dengan cepat pada setiap periode 24 jam.
Relatif Humidity/Kelembaban Udara (RH) adalah perbandingan tekanan uap air dalam gas terhadap tekanan uap air maksimum pada suhu tertentu yang dinyatakan dalam persen (%). Relatif Humidity di ukur secara langsung dengan alat yang disebut Hygrograf, dan juga dapat ditentukan secara tidak langsung melalui pembacaan Psycrometer (Termometer bola basah dan bola kering, gambar 4). Dikatakan tidak langsung karena Relatif Humidity didapat dari perhitungan hasil pembacaan suhu bola basah dan bola kering. Sehingga diketahui hubungan antara pembacaan bola basah dan bola kering dan tekanan uap pada saat itu.
Cara Pengukuran dan Pengoperasian
Untuk mempermudah pengamatan Relatif Humidity atau kelembaban udara, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), membuat tabel penentuan Relatif Humidity (RH) berdasarkan hasil pembacaan Termometer Bola Basah dan Termometer Bola Kering.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1.      Jarak Antara Bola Termometer (basah & kering) dengan lantai adalah 18 cm.
2.      Jarak antara besi penyangga Termometer (maksimum & minimum) dengan lantai adalah 35 cm.
3.      Letak Psycrometer didalam sangkar pada jarak minimum 10 cm terhadap dinding sangkar dan alat-alat lain.

c.       Alat Ukur Temperatur Tanah
Selain mengukur suhu udara, Stasiun Meteorologi Pertanian Khusus (SMPK) juga mengamati/mengukur suhu tanah pada kedalaman 0 cm, 5 cm, 10 cm, 20 cm, 50 cm, 100 cm. Sesuai dengan ketetapan (standard) dari WMO (World Meteorological Organization). Temperatur tanah dibedakan atas dua macam yaitu, temperatur tanah berumput pendek dan temperatur tanah gundul. Perbedaan terletak pada keadaan permukaan tanah dimana termometer ditempatkan ditanami rumput pendek atau tidak sama sekali (gundul).
a)      Cara Kerja Peralatan
1.      Prinsip kerja alat sama dengan termometer bola kering biasa yaitu, apabila suhu dalam tanah meningkat maka air raksa dalam bola termometer akan memuai dan mendesak keluar dan juga berlaku sebaliknya.
2.      Ujung kolom air raksa menunjukkan suhu tanah pada kedalaman termometer yang sedang diamati.
b)      Cara Pengukuran dan Pengoperasian
1.      Pengamatan/pengukuran dilaksanakan pada waktu yang telah ditentukan.
2.      Mata pengamat usahakan sejajar dengan permukaan air raksa dalam termometer, hindari kesalahan paralaks dalam pembacaan suhu.
c)      Pemeliharaan Alat
1.      Bersihkan termometer dari debu dan lumut.
2.      Bersihkan areal termometer tanah gundul dari rumput/tanaman.
3.      Pelihara areal termometer tanah berumput dengan rumput pendek dan bersihkan dari tanaman pengganggu.

d.      Alat Ukur Curah Hujan
Perbandingan antara jumlah curah hujan  yang  terjadi  selama satu bulan, dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.
Sifat hujan dibagi menjadi 3 kriteria, yaitu :
v  Atas  Normal (AN), jika nilai perbandingan terhadap rata-ratanya lebih besar dari 115 %.  Pada musim hujan, sifat hujan AN perlu mendapatkan perhatian, terutama jika curah hujan > 400 mm/bln, secara klimatologis cukup rawan terhadap bencana alam (banjir-tanah longsor).
v  N o r m a l  (N), jika nilai perbandingan terhadap rata-ratanya antara  85 % - 115 %.
v  Bawah Normal  (BN), jika nilai perbandingan terhadap rata-ratanya kurang dari 85 %.  Pada musim hujan, sifat hujan BN perlu mendapatkan perhatian, terutama jika curah hujan < 50 mm/bln, secara klimatologis cukup rawan terhadap bencana alam (kekeringan-kebakaran).

Normal Curah Hujan :
v  Rata-rata Curah Hujan Bulanan :  Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.
v  Normal Curah Hujan Bulanan :  Nilai rata-rata curah hujan masing -masing bulan selama periode 30 tahun.
v  Standar Normal Curah Hujan Bulanan :  Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1 Februari 1901 s/d  31 Desember 1930, 1 Februari 1931 s/d 31 Desember 1960, 1 Februari 1961 s/d 31 Desember 1990 dan seterusnya.

Standarized Precipitation Index (SPI)
adalah indeks yang digunakan untuk menentukan penyimpangan curah hujan terhadap normalnya, dalam suatu periode waktu yang panjang (bulanan, dua bulanan, tiga bulanan dst). Nilai SPI dihitung menggunakan metoda statistik probabilistik distribusi gamma.
Berdasarkan nilai SPI ditentukan tingkat kekeringan dan kebasahan dengan kategori sebagai berikut :
1.      Tingkat Kekeringan
a.       Sangat Kering : Jika nilai SPI ≤ -2,00
b.      Kering             : Jika nilai SPI -1,50 s/d -1,99
c.       Agak Kering   : Jika nilai SPI -1,00 s/d -1,49

2.      Normal                  : Jika nilai SPI -0,99 s/d 0,99
3.      Tingkat Kebasahan
a.       Sangat Basah  : Jika nilai SPI ≥ 2,00
b.      Basah              : Jika nilai SPI 1,50 s/d 0,99
c.       Agak Basah     : Jika nilai SPI 1,00 s/d 1,49.
1)      Penakar Curah Hujan Biasa (Typ Obs)
Penakar hujan ini termasuk jenis penakar hujan biasa non recording atau tidak dapat mencatat sendiri. Dengan bentuk sederhana terdiri dari sebuah corong, mulut corong (bagian atas) berbentuk lingkaran dengan luas 100 cm2. Bagian bawah corong merupakan tempat penampungan air hujan. Penakar hujan ini termasuk tipe kolektor yang menggunakan gelas ukur khusus untuk mengukur curah hujan dalam skala mm (milimeter).
a)      Cara Kerja Peralatan
1.      Air hujan yang masuk melalui corong dialirkan kebagian penampungan air hujan.
2.      Air yang tertampung dikeluarkan melalui kran dan diukur dengan menggunakan gelas penakar.
b)      Cara Pengukuran dan Pengoperasian
1.      Pengamatan dilakukan setiap hari pada jam 07.00 waktu setempat.
2.      Buka kunci gembok, letakkan gelas ukur dibawah kran dan kemudian kran dibuka.
3.      Jika curah hujan diperkirakan melebihi 25 mm atau (sesuai skala gelas), sebelum air yang ditampung dalam gelas mencapai 25 mm, kran ditutup dulu, lakukan pembacaan dan catat. Kemudian air dalam gelas dipindah dan pengukuran dilanjutkan kembali sampai air dalam penakar habis diukur. Selanjutnya seluruh hasil pembacaan dicatat dan di jumlahkan.
4.      Untuk pembacaan curah hujan lebih kecil dari 0,5 mm ditulis 0 (nol), jika lebih dari 0,5 mm ditulis 1 (satu).
c)      Pemeliharaan Alat
1.      Periksa dan bersihkan corong dari sampah/kotoran sehingga tidak menghambat masuknya air hujan.
2.      Periksa selalu apakah penampungan bocor.
3.      Pakai/gunakan selalu gelas ukur standard yang telah disediakan.
4.      Setelah pengukuran pastikan kran dalam keadaan tertutup/terkunci.
 






                                                                                                    


 





Gambar 5. Alat Penakar Hujan Tipe Obs

2)      Penakar Hujan Otomatis (Tipe Hillman)
Penakar hujan tipa Hillman termasuk penakar hujan yang dapat mencatat sendiri. Badannya berbentuk silinder dengan tinggi 115 cm. Mulut corong (bagian atas) berbentuk lingkaran dengan luas 200 cm 2.
a)      Cara Kerja Pelaratan
1.      Air hujan masuk melalui corong kemudian masuk terkumpul dalam tabung tempat pelampung.
2.      Air menyebabkan pelampung beserta tangkainya terangkat naik keatas.
3.      Pada tangkai pelampung terdapat tangkai pena yang gerakannya mengikuti tangkai pelampung.
4.      Gerakan pena dicatat pada pias yang digulung pada silinder jam yang berputar secara mekanis.
5.      Jika air dalam tabung hampir penuh (dapat dilihat pada lengkungan selang gelas) pena akan mencapai tempat teratas pada pias. Setelah air mencapai atau melewati puncak lengkungan selang gelas maka berdasarkan sistem siphon otomatis air dalam tabung akan keluar sampai ketinggian ujung selang dalam tabung.
6.      Bersamaan dengan keluarnya air, tangkai pelampung dan pena turun dan pencatatannya pada pias merupakan garis lurus vertikal.
7.      Jika hujan masih turun, maka pelampung akan naik kembali seperti diatas.
Dengan demikian jumlah curah hujan dapat dihitung dengan menghitung jumlah garis-garis vertikal yang terdapat pada pias, dan dapat ditentukan kapan jatuhnya hujan dan berapa intensitasnya untuk jangka waktu tartentu. Satu kali pena pias naik menandakan hujan sebanyak 10 mm.
b)      Cara Pengukuran dan Pengoperasian
1.      Buka pintu penakar hujan, singkirkan pena dari pias lalu angkat silinder jam penakar keatas.
2.      Putar/kunci jam secukupnya, pasang pias pada silinder yang telah ditulis tanggal pemasangannya.
3.      Letakkan silinder jam pada posisi semula dengan menyetel/mencocokkan waktu yang ditunjukkan oleh pena pada pias dengan waktu setempat.
4.      Untuk keperluan pengamatan iklim suatu daerah, pengambilan pias dilakukan pukul 07.00 waktu setempat.

c)      Pemeliharaan Alat
1.      Periksa dan bersihkan corong dari sampah/kotoran sehingga tidak menghambat masuknya air hujan.
2.      Periksa selalu apakah jam berfungsi baik, jangan mengunci jam terlalu ketat.
3.      Periksa selalu apakah tangkai pena berfungsi dengan baik, jangan membengkokkan tangkai pena. Periksa juga apakah mata pena masih berfungsi.
4.      Gunakan gelas ukur standard yang telah disediakan, setelah pengukuran pastikan pintu penakar tertutup dengan baik.

 












e.       Alat Ukur Radiasi Matahari
Suhu permukaan yang tinggi, maka matahari akan memancarkan radiasi (dalam bentuk cahaya) ke ruang angkasa disekitarnya, di mana sebagian dari radiasi cahaya tersebut akan sampai ke permukaan bumi. Matahari merupakan sumber energi bagi bumi dan atmosfer dan energi ini dipancarkan kebumi dalam bentuk gelombang eletromagnetik. Radiasi cahaya matahari yang diterima bumi berupa gelombang pendek dan panas bumi bumi akibat serapan radiasi matahari menimbulkan pancaran gelombang panjang yang memanasi lapisan atmosfer paling bawah.
Untuk keperluan Klimatologi pengukuran radiasi matahari meliputi:
·         Pengukuran lamanya matahari bersinar atau Sunshine duration ialah lamanya matahari bersinar sampai permukaan bumi dalam periode 1 hari, di ukur dalam jam.
·         Pengukuran intensitas radiasi matahari atau intensity of sunshine, dalam satuan gr Calori cm 2 menit -1.
Periode satu hari disebut dengan panjang hari yaitu jangka waktu matahari berada diatas horizon. Lama penyinaran ditulis dalam satuan jam sampai nilai persepuluhan, atau juga ditulis dalam persen terhadap panjang hari.
Pengukur Sinar Matahari Jenis Campbell Stokes.
Campbell Stokes digunakan untuk menghitung lama penyinaran matahari atau panjang hari. Alat ini terdiri dari bola gelas berbentuk bulat berisi masa air yang terpasang ditengah-tengah sebuah mangkok dengan garis tengah + 15 cm. Pada mangkok dibuat garis-garis jam dan permukaannya dicat hitam. Bola gelas ini bekerja sebagai lensa dan panas matahari akan membakar pias kertas ditempat kertas jatuh.
a)      Cara Kerja Alat
1.      Sinar Matahari yang melalui bola gelas sedemikian rupa diteruskan dan difokuskan tepat mengenai pias yang khusus dibuat untuk alat ini.
2.      Bekas sinar matahari akan meninggalkan jejak dengan terbakarnya pias sesuai dengan kekuatan sinar matahari.
3.      Digunakannya bola gelas untuk memfokuskan sinar matahari secara terus-menerus tanpa terpangaruh oleh perubahan posisi matahari.
4.      Jika matahari bersinar sepanjang hari dan mengenai alat ini akan diperoleh jejak pias terbakar yang tidak putus.
5.      Jika matahari tertutup awan dan atau hujan akan ditinggalkan jejak yang terputus-putus.

 








b)         Cara Pengukuran dan Pengoperasian
1.      Penggantian dan pemasangan pias sebaiknya pada sore hari setelah pukul 18.00 waktu setempat.
2.      Tulis tanggal waktu pemasangan pias pada sebalik kertas pias.
3.      Gunakan Jenis pias  Campbell Stokes sesuai waktunya sebagai berikut.




Tabel 1. Jenis dan Tanggal Pemasangan Pias
Jenis Pias
Tanggal digunakan
Gambar Pias
Lengkung Panjang
12 April s/d 2 September


Lurus
1 Maret s/d 11 April
3 Sept s/d 14 Oktober
Lengkung Pendek

15 Oktober s/d 28 Februari


f.       Alat Ukur Kecepatan Angin
Angin dapat bergerak secara horizontal maupun vertikal dengan kecepatan yang bervariasi dan berfluktuasi secara dinamis. Faktor pendorong bergeraknya massa udara adalah perbedaan tekanan udara antara satu tempat dengan tempat yang lain. Angin selalu bertiup dari tempat tekanan udara tinggi ke tempat tekanan udara yang lebih rendah. Variasi arah dan kecepatan angin dapat terjadi jika angin bergeser dengan permukaaan yang tidak licin, variasi yang diakibatkan oleh kekasaran permukaan disebut turbulensi mekanis.
Kecepatan angin diukur dengan Anemometer. Ada yang langsung menunjukkan kecepatan angin sesaat, dan ada pula yang menyatakan panjangnya perjalanan angin. Dalam jangka waktu tertentu, yang disebut dengan Wind Run. Cup Counter Anemometer termasuk jenis yang mengukur Wind Run ini. Untuk keperluan pertanian Cup Counter Anemometer ditempatkan pada ketinggian dua meter dari permukaan tanah.

a)      Cara Kerja Alat
1.      Angin yang melewati mangkuk menyebabkan mangkuk berputar. Jauhnya perjalanan angin dicatat pada counter.
2.      Untuk mengetahui kecepatan angin rata-rata selama jangka waktu tertentu (interval), dihitung selisih pembacaan pada counter diakhir interval dengan permulaan interval itu.

b)      Cara Pengukuran dan Pengoperasian
1.      Catat counter pada saat permulaan pengamatan sesuai dengan waktu pengamatan setempat.
2.      Catat counter pada pengamatan berikutnya sesuai dengan waktu pengamatan yang telah ditentukan.
3.      Hitung kecepatan angin rata-rata dengan satuan meter/detik (m/dt) selama jangka waktu pengamatan.

c)      Pemeliharaan Alat
1.      Pelihara as (sumbu) kepala Cup Counter Anemometer dengan cara meminyakinya.
2.      Jangan memutar mangkok pada saat Cup Counter Anemometer sedang beroperasi atau berputar pada saat pengamatan 

 

Mangkok Cup Counter





g.      Alat Ukur Penguapan
Penguapan ialah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini dapat terjadi pada setiap permukaan benda pada temperatur diatas 00C. Faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan adalah temperatur benda dan udara, kecepatan angin, kelembaban udara, jenis permukaan benda serta unsur-unsur yang terkandung didalamnya.
Dalam klimatologi dikenal istilah evaporasi dan evapotranspirasi, Evaporasi adalah penguapan dari permukaan benda mati atau air yang tergenang, sedangkan Evapotranspirasi adalah penguapan dari permukaan air, tanah, dan tanaman (transpirasi). Jadi Evapotranspirasi merupakan gabungan dari tranpirasi dan evaporasi.
Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur evaporasi dipergunakan Evaporimeter panci terbuka, dengan peralatan antara lain :
1)      Panci terbuka, terbuat dari besi anti karat dengan ukuran garis tengah 122 cm, dan tinggi 25,4 cm.
2)      Hook Gauge yaitu alat yang digunakan untuk mengukur perubahan tinggi permukaan air dalam panci. Alat ini terdiri dari sebuah batang yang mempunyai skala mm (milimeter), dan sebuah sekrup yang digunakan untuk mengatur letak ujung jarum pada permukaan air dalam panci. Skrup ini berfungsi sebagai mikrometer yang dibagi menjadi 50 bagian. Satu putaran penuh dari mikrometer mencatat perubahan ujung jarum  setinggi 1 mm.
3)      Still Well adalah bejana yang terbuat dari logam kuningan yang berbentuk silinder dan mempunyai tiga buah kaki. Pada tiap kaki bejana terdapat sekrup yang digunakan untuk menyetel Still Well berdiri horisontal. Pada dasar bejana terdapat sebuah lubang saluran air untuk menjaga permukaan air dalam bejana dan panci tetap sama. Kegunaan yang lain adalah untuk menjaga permukaan air tetap tenang, sehingga penyetelan ujung jarum dapat lebih mudah.
4)      Flooting Termometer (Termometer Apung). Alat ini merupakan satu set termometer maksimum dan minimum biasa yang diletakkan mengapung diatas panci berfungsi untuk mengukur temperatur air dalam panci.
 

















a)      Cara Kerja Alat
1.      Laju penguapan diketahui dan diukur dari perubahan tinggi permukaan air, melalui pembacaan skala pada Hook Gauge.
2.      Untuk Mengetahui laju penguapan yang terjadi pada interval waktu tertentu, dihitung selisih pembacaan akhir interval dengan permulaan interval waktu itu.
b)      Cara Pengukuran dan Pengoperasian
1.      Baca dan catan suhu maksimum dan minimum air.
2.      Baca dan catat skala pada Hook Gauge.
3.      Putar sekrup Hook Gauge perlahan-lahan sampai ujung jarum tepat berada pada permukaan air (Gambar 13).
4.      Baca dan catat skala pada Hook Gauge pada skala yang ditumjukkan oleh sekrup/mikrometer.
5.      Lakukan pengamatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

c)      Pemeliharaan Alat
1.      Bersihkan bagian-bagian alat dari kotoran/lumut.
2.      Ganti air dan bersihkan panci paling sedikit dua minggu satu kali.


















BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan:
v  Klimatologi adalah kondisi cuaca rata-rata selama periode waktu tertentu, dan merupakan cabang dari ilmu atmosfer.
v  Cahaya, suhu, kelembaban udara, curah hujan, dan angin merupakan unsur-unsur iklim.
v  Cuaca dan iklim merupakan unsur yang penting dalam meteorologi. Pengamatan cuaca dan iklim dapat dilakukan oleh manusia maupun dilakukan dengan menggunakan alat – alat yang dibuat khusus untuk mendeteksi keadaan cuaca dan iklim tersebut.
v  Taman alat-alat Klimatologi adalah suatu taman dimana alat-alat pengukur unsur-unsur iklim ditempatkan.
v  Sangkar meteorologi (Screen) adalah suatu tempat yang digunakan untuk meletakkan alat-alat pengamatan cuaca permukaan seperti termometer bola kering, bola basah, termometer maksimum, termometer minimum dan alat lainnya.
v  Alat-alat pengukuran yaitu sebagai berikut:
Ø  Alat ukur suhu udara adalah thermometer bola basah dan bola kering, thermometer maksimum dan thermometer minimum.
Ø  Alat ukur kelembaban udara adalah Hygrograf.
Ø  Alat ukur curah hujan adalah tipe observatorium dan hellman.
Ø  Alat ukur radiasi matahari adalah compbell stokes.
Ø  Alat ukur kecepatan angin adalah anemometer.
Ø  Alat ukur penguapan adalah evaporimeter panic terbuka.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1983. Masalah dan Hasil Tanaman Padi Sawah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Bogor. 65 p.
_______, 2004 Produktifitas Padi Menurut Propinsi, http://www.deptan.go.id.
Sriworo B,Ir Msc, 2006, Tata Cara Tetap Pelaksanaan Pengamatan dan Pelaporan Data Iklim dan Agroklimat, Badan Meteorologi dan Geofisika, Jakarta.












0 komentar:

Posting Komentar