KETIKA BANYAK TULISAN BELUM MAMPU MEMUASKAN SYAHWAT MEMBACAMU, MAKA MENULISLAH DENGAN JALAN FIKIRANMU

Selasa, 21 Mei 2013

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN (LANDASAN – LANDASAN PENDIDIKAN)


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia. Manusia memiliki ciri khas yang secara prinsipiil berbeda dari hewan. Ciri khas manusia yang membedakannya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu dari apa yang di sebut sifat hakikat manusia. Disebut sifat hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Oleh karena itu, strategis jika pembahasan tentang hakikat manusia ditempatkan pada seluruh pengkajian tentang pendidikan, dengan harapan menjadi titik tolak bagi paparan selanjutnya. Untuk mencapai pengetahuan hakikat manusia tersebut maka akan dikemukakan materi yang meliputi : arti dan wujud sifat hakikat manusia, dimensi-dimensinya, dan pengembangan dimensi-dimensikemanusian diIndonesia seutuhnya.
B. Tujuan
Adapun tujuan menyusun makalah ini untuk mengetahui tentang pengertian apa itu Hakikat Manusia dan Pengembangannya dalam dimensi-dimensinya.


BAB II
PEMBAHASAN

A. HAKIKAT MANUSIA DENGAN DIMENSI-DIMENSINYA
khas manusia yang membedakannya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu (intergrated) dari apa yang disebut sifat hakikat manusia. Di sebut hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimilki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. wujudnya bahwa manusia adalah mahkluk yang perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan.
Pada bagian ini sifat hakikat tersebut akan di bahas lagi dimensi-dimensinya atau di tilik dari sisi lain. Ada empat macam dimensi yang akan di bahas, yaitu :
1.      Dimensi keindividualan.
2.      Dimensi kesosialan.
3.      Dimensi kesusilaan.
4.      Dimensi keberagaman

1.      Dimensi Keindividuan
Lysen mengartikan individu sebagai ”orang seorang” sesuatu yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). Selanjutnya individu diartikan sebagai pribadi . Karena adanya individualitas itu setiap orang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita, kecendrungan, semangat dan daya tahan yang berbeda.
Kesanggupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan cirri yang sangat esensial dari adanya individualitas pada diri manusia. Sifat sifat sebagaimana di gambarkan di atas secara potensial telah di miliki sejak lahir perlu ditumbuh kembangkan melalui pendidikan agar  bisa menjadi kenyataan. Sebab tanpa di bina, melalui pendidikan, benih-benih individualitas yang sangat berharga itu yang memungkinkan terbentuknya suatu kepribadian seseorang tidak akan terbentuk semestinya sehingga seseorang tidak memiliki warna kepribadian yang khas sebagai milikinya. Padahal fungsi utama pendidikan adalah membantu peserta didik untuk membentuk kepripadiannya atau menemukan kediriannya sendiri. Pola pendidikan yang bersifat demokratis dipandang cocok untuk mendorong bertumbuh dan  berkembangnya potensi individualitas sebagaimana dimaksud. Pola pendidikan yang menghambat perkembangan individualitas (misalnya yang bersifat otoriter) dalam hubungan ini disebut pendidikan yang patologis.
Dalam pengembangan individualisme melalui pendidikan tidak dibenarkan jika pendidik memaksa keinginannya kepada subjek didik. Tugas pendidik hanya menunjukkan jalan dan mendorong subjek didik bagaimana cara memperoleh sesuatu dalam mengembangankan diri dengan berpedoman pada prinsip ing ngarso sung tuladha, ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani.

2.      Dimensi kesosialan
            Setiap anak dikaruniai benih kemungkinan untuk bergaul. Artinya, setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada hakikatnya di dalamnya terkandung untuk saling memberi dan menerima.
Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampat lebih jelas pada dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorogan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya.
Immanuel kant seorang filosof tersohor bangsa jerman menyatakan : manusia hanya menjadi manusia jika berada di antara manusia. Kiranya tidak usah dipersoalkan bahwa tidak ada seorang manusia pun yang dapat hidup seorang diri lengkap dengan sifat hakikat kemanusiaannya di tempat terasing yang terisolir. 
Seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya di dalam interaksi dengan sesamanya. Seorang berkesempatan  untuk belajar dari orang lain, mengidentifikasi sifat-sifat yang di kagumi dari orang lain untuk dimilikinya, serta menolak sifat yang tidak di cocokinya. Hanya di dalam berinteraksi dengan sesamanya, dalam saling menerima dan memberi, seseorang menyadari dan menghayati kemanusiaanya.

3.      Dimensi kesusilaan
            Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi. Akan tetapi di dalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika di dalam yang pantas atau sopan itu misalnya terkandung kejahatan terselubung. Karena itu maka pengertian susila berkembang sehingga memiliki perluasan arti menjadi kebaikan yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering digunakan dua macam istilah yang mempunyai  konotasi berbeda yaitu, etiket (persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika (persoalan kebaikan). Kedua hal tersebut biasanya dikaitkan dengan persoalan hak dan kewajiban.
Persoaalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta melaksanakannya sehingga dikatakan manusia itu adalah mahluk susila.
Nilai-nilai merupakan sesuatu yang dijunjung tinggi oleh manusia karena mengandung makna kebaikan, keluhuran, kemuliaan dan sebagainya, sehingga dapat diyakini dan dijadikan pedoman dalam hidup.

4.      Dimensi Keberagaman
Pada hakikatnya manusia adalah mahluk religius. Beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah mahluk yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang. Manusia memerlukan agama demi keselamatan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa agama menjadi sandaran vertikal manusia. Manusia dapat menghayati agama melalui proses pendidikan.
Pendidikan agama bukan semata-mata pelajaran agama yang hanya memberikan pengetahuan tentang agama, jadi segi-segi afektif harus di utamakan. Di samping itu mengembangkan kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa perlu mendapat perhatian. Kiranya tidak cukup jika pendidikan agama hanya ditempuh melalui pendidikan formal. Kegiatan di dalam pendidikan non-formal dan informal dapat dimanfaatkan untuk keperluan tersebut.


B.PENGEMBANGAN DIMENSI-DIMENSI HAKIKAT MANUSIA
Sasaran pendidikan adalah manusia sehingga dengan sendirinya pengembangan dimensi hakikat manusia menjadi tugas pendidikan. Meskipun pendidikan itu pada dasarnya baik tetapi dalam pelaksanaanya mungkin saja bisa terjadi kesalahan-kesalahannya yang lazimnya di sebut salah didik. Sehubungan dengan itu ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu :

1.         Pengembangan yang utuh
Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua factor, yaitu kulaitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas pendidikan yang disediakan untuk memberikan pelayanan atas perkembangannya.
Selanjutnya pengembangan yang utuh dapat dilihat dari berbagai segi yaitu, wujud dan arahnya.
a.       Dari wujud dimensinya
Keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani, antara dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan dan keberagamaan, antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Pengembangan aspek jasmaniah dan rohaniah dikatakan utuh jika keduanya mendapat pelayanan secara seimbang.  Pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan dan keberagaman dikatakan utuh jika semua dimensi tersebut mendapat layanan dengan baik, tidak terjadi pengabaian terhadap salah satunya. Pengembangan domain kognitif, afektif dan psikomotor dikatakan utuh jika ketiga-tiganya mendapat pelayanan yang berimbang.
b.      Dari arah pengembangan
Keutuhan pengembangan dimensi hakikat manusia dapat diarahkan kepada pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan dan keberagaman secara terpadu. Dapat disimpulkan bahwa pengembangan dimensi hakikat manusia yang utuh diartikan sebagai pembinaan terpadu terhadap dimensi hakikat manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara selaras. Perkembangan di maksud mencakup yang bersifat horizontal (yang menciptakan keseimbangan) dan yang bersifat vertical (yang menciptakan ketinggian martabat manusia). Dengan demikian totalitas membentuk manusia yang utuh.

2.      Pengembangan yang tidak utuh
Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi di dalam proses pengembangan jika ada unsur dimensi hakikat manusia yang terabaikan untuk ditangani, misalnya dimensi kesosialan didominasi oleh pengembangan dimensi keindividualan ataupun domain afektif didominasi oleh pengembangan dimensi keindividualan ataupun domain afektif didominasi oleh pengembangan domain kognitif. Demikian pula secara vertical ada domain tingkah laku terabaikan penanganannya.
Pengembangan yang tidak utuh berakibat terbentuknya kepribadian yang pincang dan tidak mantap. Pengembangan semacam ini merupakan pengembangan yang patologis.

C.PENGEMBANGAN DIMENSIKEMANUSIAN DIINDONESIA SEUTUHNYA
Manusia secara individual terlahir dimuka bumi dengan segenap potensinya untuk dikembangkan. Agar potensi yang dimiliki manusia berkembang optimal maka manusia memerlukan orang lain dalam kehidupannya melalui proses sosialisasi. Manusia terdiri dari aspek  jasmani dan rohaniah yang memerlukan sandaran vertical dalam hidupnya. Hubungan tersebut dapat dibina melalui kepatuhan terhadap ajaran-ajaran dari tuhannya.
Pendidikan yang diberikan harus dapat mengembangkan ke-4 dimensi secara seimbang dan potensi jasmani maupun rohaniah harus mendapatkan pelayanan seimbangan pula. Jika salah satu dimensi kehidupan manusia terabaikan dalam proses pengembangannya, maka akan menimbulkan masalah baik dalam kehidupan individu maupun social ataupun secara horizontal maupun vertical.
Dalam masyarakat Indonesia yang beraneka ragam coraknya, perlu kemauan dan kemampuan mengendalikan diri dan kepentingan yang ada sehingga menimbulkan keseimbangan dan stabilitas. Oleh karena itu, sikaf hidup manusia Indonesia adalah :
1.         Kepentingan pribadinya tetap terletak dalam kerangka kesadarannyadan kewajiban sebagai makhluk sosialnya.
2.         Kewajiban terhadap masyarakat tetap di rasakan lebih besar dari kepentingan pribadi.
Sosok manusia Indonesia seutuhnya telah di rumuskan di dalam GBHN mengenai arah pembangunan jangka panjang. Dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan di dalam rangka pembagunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah, seperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan ataupun kepuasan batiniah seperti pendidikan, rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat yang bertanggung jawab atau rasa keadilan, melainkan keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara keduanya sekaligus batiniah.
Selanjutnya juga diartikan bahwa pembangunan itu merata di seluruh tanah air, bukan hanya untuk golongan atau sebagian dari masyarakat. Selanjuatnya juga di artikan sebagai keselarasan hubungan antara manusia dengan tuhannya, antara sesama manusia, antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya, keserasian hubungan antara bangsa-bangsa dan juga keselarasan antara cita-cita hidup di dunia dengan kebahagiaan di akhirat.



BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
            Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sifat hakikat manusia dan segenap dimensinya hanya dimilki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Ciri-ciri yang khas tersebut membedakan secara prinsipiil dunia hewan dari dunia manusia.
            Adanya hakikat tersebut memberikan tempat kedudukan pada manusia sedemikian rupa sehingga derajatnya lebih tinggi dari pada hewan dan sekaligus mengusai hewan.
            Salah satu hakikat yang istimewa ialah adanya kemampuan menghayati kebahagian pada manusia.
            Semua sifat hakikat manusia dapat dan harus ditumbuh kembangkan melalui pendidikan. Berkat pendidikan maka sifat hakikat manusia dapat ditumbuhkembangkan secara selaras dan berimbang sehingga menjadi manusia yang utuh.



DAFTAR PUSTAKA

Taufik, mohammad dkk. 2008. Ilmu pengetahuan sosial untuk smp kelas VIII. Jakarta :
            CV. teguh karya.
Aziz, yusuf dkk. 2006. Landasan pendidikan. Darussalam : universitas syiah kuala.

0 komentar:

Posting Komentar