KETIKA BANYAK TULISAN BELUM MAMPU MEMUASKAN SYAHWAT MEMBACAMU, MAKA MENULISLAH DENGAN JALAN FIKIRANMU

Jumat, 24 Mei 2013

Aliran idealisme dan realisme serta pengaruhnya dalam pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN

FILSAFAT dan filosof berasal dari kata Yunani “philosophia” dan “philosophos”. Menurut bentuk kata, seorang philosphos adalah seorang pencinta kebijaksanaan. Sebagian lain mengatakan bahwa filsafat adalah cinta akan kebenaran. Filsafat sering pula diartikan sebagai pandangan hidup. Dalam dunia pendidikan, filsafat mempunyai peranan yang sangat besar. Karena, filsafat yang merupakan pandangan hidup iku menentukan arah dan tujuan proses pendidikan.dalam membahas filsafat akan banyak di jumpai berbagai aliran, yang mana saling ada keterkaitan dan ada pula yang saling bertentangan, meskipun demikian semuanya bukanlah untuk dipertentangkan justru dengan banyaknya aliran atau paham yang sudah diperkenalkan oleh tokoh-tokoh filsafat, kita dapat memilih cara yang pas dengan persoalan yang sedang kita hadapi.
Secara filosofis, pendidikan adalah hasil dari peradaban suatu bangsa yang terus menerus dikembangkan berdasarkan cita-cita dan tujuan filsafat serta pandangan hidupnya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang melembaga di dalam masyarakatnya. Oleh karena itu, filsafat dan pendidikan mempunyai hubungan yang sangat erat. Sebab, pendidikan sendiri pada hakikatnya merupakan proses pewarisan nilai-nilai filsafat, yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan yang lebih baik atau sempurna dari keadaan sebelumnya.
Antara aliran atau paham yang satu dengan yang lainnya dapat saling mendukung. Seperti penyelesaian masalah yang sederhana misalnya, kita bisa menggunakan logika klasik, untuk menggali ilmu-ilmu yang ada di alam, kita dapat menggunakan cara empirisme, untuk membantu pemahaman bisa menggunakan paham rasionalisme, dan untuk persoalan yang kompleks kita dapat menggunakan teorinya idealisme (dialektika).
Tujuan dari penulisan makalah ini sendiri, selain memenuhi kewajiban membuat tugas,juga merupakan untuk mengetahui serta memahami tentang aliran idealism dan realisme dalam filsafat pendidikan. Dan juga mengetahui implikasi kedua aliran ke dalam pendidikan serta mencoba menuangkan informasi yang didapat ke dalam sebuah tulisan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Aliran idelalisme 
2.1.1 Pengertian dan konsep dasar
Tokoh aliran idealisme adalah Plato (427-374 SM), murid Sokrates. Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Idea sendiri selalu tetap atau tidak mengalami perubahan serta penggeseran, yang mengalami gerak tidak dikategorikan idea.
Keberadaan idea tidak tampak dalam wujud lahiriah, tetapi gambaran yang asli hanya dapat dipotret oleh jiwa murni. Alam dalam pandangan idealisme adalah gambaran dari dunia idea, sebab posisinya tidak menetap. Sedangkan yang dimaksud dengan idea adalah hakikat murni dan asli. Keberadaannya sangat absolut dan kesempurnaannya sangat mutlak, tidak bisa dijangkau oleh material
Plato yang memiliki filsafat beraliran idealisme yang realistis mengemukakan bahwa jalan untuk membentuk masyarakat menjadi stabil adalah menentukan kedudukan yang pasti bagi setiap orang dan setiap kelas menurut kapasitas masing -masing dalam masyarakat sebagai keseluruhan.
Berkaitan dengan kebenaran tertinggi, dengan doktrin yang terkenal dengan istilah ide, Plato mengemukakan bahwa dunia ini tetap dan jenisnya satu, sedangkan ide tertinggi adalah kebaikan. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah menguasai ide, ia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakan sebagai alat untuk mengukur, mengklasifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari.
Idealisme adalah aliran filsafat yang memandang bahwa kenyataan (realita) yang ada dalam kehidupan alam bukanlah suatu kebenaran yang hakiki, melainkan hanya gambaran dari ide-ide yang ada didalam jiwa atau spirit manusia.
Idealisme berorientasi kepada ide-ide, kepada jiwa, kepada spiritualitas, kepada hal-hal yang ideal (serba cita), kepada norma-norma yang mengandung kebenaran muthlak dan kesedian berkorban serta kepada personalitas (kepribadian) manusia.
Dalam idealisme terbagi dua realitas yaitu
a.      Yang tampak: apa yang kita alami setiap hari,yang mengakami perubahan, dimana ada dua kutub yang saling berlawanan. Disini terdapat ketidaksempurnaan, ketidakteraturan, alam kesulitan
b.     Alam realitas: merupakan alam yang ideal, sejati dan murni dan adanya keteraturan.
Dari kedua alam tersebut nyatalah bahwa alam ideal merupakan yang berisi kemutlakan, sejati, murni, dan suci. Tetapi, alam ini sangat berbeda dari yang tampak, dimana dalam ala mini kesempurnaan bertahta, yang tidak perlu mengalami perubahan. Penetapan ini menyatakan bahwa alam pikiran itu lebih tinggi daripada alam dunia.

2.1.2 Dunia sebagai idea
Hegel berpendapat bahwa segala realitas adalah perlombaan yang bergerola yang bergerak dari macam pertentangan seperti siang dan malam. Pertentangan ini merupakan wujud dari dialektika alam ( yang muncul berulang kali dalam sifat dan alam manusia). Menurt hegel, setiap idea plato mempunyai anti thesisnya sendiri, idea bukan hanya tempat statis melainkan bergerak. Hegel memakai tiga thesis yaitu: Antithesis synthesis menerangkan apa yang dimaksudkan. Contohnya seseorang hidup untuk dirinya sendiri, dan diadu dengan antithesinya yaitu bahwa seseorang tidak bisa hidup tanpa orang lain. Ini menimbulkan pemecahan masalah(synthesis). Yang bunyinya: seseorang bisa memenuhi hidupnya dengan memenuhi tanggung jawab terhadap orang lain. Dengana cara ini kita akan dapat memahami sejarah dengan baik, kata hegel.
Paham filsafat idealisme pada abad ke-20 ini berpengaruh besar dikalangan ahli piker Jerman, sehingga muncullah bermacam-macam idealisme yang mempunyai corak khusus berupa:
a.      Idealisme subjektif yang beranggapan bahwa individu manusia itulah yang menjadi produsen (penghasil) dari pada kenyataan. Roh manusialah yang menentukan proses kenyataan itu. Tokoh nya adalah Berkely.
b.     Idealisme objektif yang beranggapan bahwa roh manusia hanyalah merupakan bagian dari “roh umum” yang menggerakkan alam kenyataan ini sehingga jiwa individual itu tidak berfungsi lagi dalam proses timbulnya kenyataan itu, karena roh umum iti bersifat transedental (menembus,mengatasi segalanya) atau disebut oleh Imanuel Kant sebagai Buswastein uber haupt yang bersifat boven individual. Jiwa individual lenyap dalam roh umum itu.
c.      Idealisme Rasionalistis yang beranggapan bahwa jiwa adalah akal pikiran manusia. Hakikat  manusia adalah kesanggupannya untuk berfikir. Aristoteles sebagi salah satu tokohnya membeda-bedakan antara jiwa vegetative, animal dan human. Jiwa human itu menunjukkan cirri khas kesanggupan manusia untuk berfikir yang disebut Nous atau budi. Tokohnya antara lain Hegel, berpendapat bahwa nous atau budi atau rohani itu bukanlah sesuatu yang dimilki oleh setiap manusia , tatpi manusia menjadi alat naous.
d.     Idealism yang Ethis yang beranggapan bahwa jiwa adalah akal yang praktis, akal teoritis dan yang etis. Tokonya anatara lain : Imanuel Kant pernah mengatakan bahwa segala sesuatu di alam semesta ini dapat diperalat kecuali manusia. Manusia sebagai makhluk berbudi merupakan tujuan bagi dirinya sendiri. Bagi Kant hokum asusila dating dari budinya sendiri bukan dari luar.
e.      Idealisme yang Aesthetis yang menyatakan bahwa kenyataan ini adalah sebagai hasil dari seni dalam arti sepenuhnya.  Juga memandang  bahwa hakikat manusia adalah persaan.Tokohnya Wilhelm Von Humboit.
f.      Idealisme Religius dalam pandangannya tentang kenyataan ini didasarkan atas ajaran agama seperti isalm, Kristen, dan yahudi. Dalam idealism ini kepercayaan menjadi hakikat manusia. Menurut Plato, manusia itu dengan erosnya senantiasa ingin menuju kearah idea-idea yang bersifat rohani. Kehidupan yang sejati hanya ditemukan dalam idea dimana Tuhan merupakan idea tertinggi. Bagi orang idealistini, manusia ini adalah makhluk tuhan yang mempunyai kemauan bebas (free will) dan bertanggung jawab atas segala perbuatannya.
2.1.3 Idealisme dan filsafat pendidikan
Ideaisme sangat concern tentang keberadaan sekolah. Aliran inilah satu-satunya yang melakukan oposisi secara fundamental terhadap naturalisme. Pendidikan harus terus eksis sebagai lembaga untuk proses pemasyarakatan manusia sebagai kebutuhan spiritual, dan tidak sekadar kebutuhan alam semata. Gerakan filsafat idealisme pada abad ke-19 secara khusus mengajarkan tentang kebudayaan manusia dan lembaga kemanuisaan sebagai ekspresi realitas spiritual.
Bagi aliran idealisme, anak didik merupakan seorang pribadi tersendiri, sebagai makhluk spiritual. Mereka yang menganut paham idealisme senantiasa memperlihatkan bahwa apa yang mereka lakukan merupakan ekspresi dari keyakinannya, sebagai pusat utama pengalaman pribadinya sebagai makhluk spiritual. Tentu saja, model pemikiran filsafat idealisme ini dapat dengan mudah ditransfer ke dalam sistem pengajaran dalam kelas. Guru yang menganut paham idealisme biasanya berkeyakinan bahwa spiritual merupakan suatu kenyataan, mereka tidak melihat murid sebagai apa adanya, tanpa adanya spiritual. Sejak inilah paham filsafat pendidikan menjadi keyakinan bahwa realitas adalah pribadi, maka mulai saat itu dipahami tentang perlunya pengajaran secara individual.
Pendidikan idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan sesama manusia. Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu pendekatan seseorang kepada yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntuk hak pribadinya, namun hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan kemanusiaan yang saling penuh pengertian dan rasa saling menyayangi. Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan individual dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang berkaitan dengan Tuhan. Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran yang textbook. Agar supaya pengetahuan dan pengalamannya senantiasa aktual.

2.1.3       Pengaruh idealisme dalam pendidikan
Dalam proses pendidikan, kaum idealis mengingikan agar pendidikan jangan hanya merupakan masalh pengembangan atau menumbuh kembangkan, melainkan harus digerakkan kearah tujuan, yaitu suatu tujuan dimana nilai telah direalisasikan kedalam bentuk yang kekal tidak terbatas.
Nilai-nilai pendidikan, menurut kaum idealis adalah penglahiran (cetusan) dari susunan atau system yang kekal abadi yang memiliki nilai-nilai dalam dirinya sendiri.
Power (1982:89) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan idealisme sebagai berikut :
1). Tujuan Pendidikan, Pendidikan formal dan informal bertujuan membentuk karakter, dan mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial
2). Kedudukan Siswa, Bebas untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasarnya/bakatnya.
3). Peranan Guru, Bekerja sama dengan alam dalam proses pengembangan manusia, terutama bertanggung jawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan siswa
4). Kurikulum, Pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan rasional, dan pendidikan praktis untuk memproleh pekerjaan
5). Metode, Diutamakan metode dialektika, tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan
Dalam paham aliran idealism guru berfungsi sebagai: 1) guru adalah personifikasi dari kenyataan si anak didik; (2) guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa; (3) Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik; (4) Guru haruslah menjadi pribadi terbaik, sehingga disegani oleh para murid; (5) Guru menjadi teman dari para muridnya; (6) Guru harus menjadi pribadi yang mampu membangkitkan gairah murid untuk belajar; (7) Guru harus bisa menjadi idola para siswa; (8) Guru harus rajib beribadah, sehingga menjadi insan kamil yang bisa menjadi teladan para siswanya; (9) Guru harus menjadi pribadi yang komunikatif; (10) Guru harus mampu mengapresiasi terhadap subjek yang menjadi bahan ajar yang diajarkannya; (11) Tidak hanya murid, guru pun harus ikut belajar sebagaimana para siswa belajar; (12) Guru harus merasa bahagia jika anak muridnya berhasil; (13) Guru haruslah bersikap dmokratis dan mengembangkan demokrasi; (14) Guru harus mampu belajar, bagaimana pun keadaannya.

2.1.4 Pendidikan Idealisme dalam PLS(pendidikan luar sekolah)
Dalam PLS dikenal adanya prinsip yang digunakan
a.      tujuan program PLS pertama-tama harus difokuskan pada pembentukan karakter atau kepribadian peserta didik. Pada tahap selanjutnya program pendidikan tertuju kepada pengembangan bakat dan kebaikan sosial. Peserta didik digali potensinya untuk tampil sebagai individu berbakat/berkemampuan yang akan memiliki nilai guna bagi kepentingan masyarakat.
b.     kurikulum pendidikan PLS dikembangkan dengan memadukan pendidikan umum dan pendidikan praktis. Kurikulum diarahkan pada upaya pengembangan kemampuan berpikir melalui pendidikan umum. Di samping itu kurikulum juga dikembangkan untuk mempersiapkan keterampilan bekerja untuk keperluan memperoleh mata pencaharian melalui pendidikan praktis.
c.      metode pendidikan dalam program PLS disusun menggunakan metode pendidikan dialektis. Meskipun demikian setiap metode yang dianggap efektif mendorong belajar dapat pula digunakan. Pelaksanaan pendidikan cenderung mengabaikan dasar-dasar fisiologis dalam belajar.
d.     peserta didik bebas mengembangkan bakat dan kepribadiannya. Pendidikan bekerjasama dengan alam dengan proses pengembangan kemampuan ilmiah. Oleh karena itu tugas utama tenaga pendidik adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan efisien dan efektif.

2.2     Realisme
2.2.1 pengertian realisme
Realisme adalah aliran filsafat yang memandang bahwa dunia materi diluar kesadaran ada sebagai suatu yang nyata dan penting untuk kita kenal dengan mempergunakan intelegensi. Objek indra adalah real, yaitu benda-benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda itu kita ketahui, atau kita persepsikan atau ada hubungannya dengan pikiran kita. Menurut realisme hakikat kebenaran itu barada pada kenyataan alam ini, bukan pada ide atau jiwa.
Zat merupakan dasar segala benda, yang disebut aristoteles asas potensial karena zat itu bisa menjadi apa saja. Zat dan bentuk harus dipisahkan. Akan tetapi dalam dunia ini keduanya tidak dapat dipisahkan. Menurtunya dunia bukanlah yang samar tetapi nyata dan kita alami.

2.2.2       Konsep dasar realisme
a.       Metafisika-realisme; Kenyataan yang sebenarnya hanyalah  kenyataan fisik (materialisme); kenyataan material dan imaterial (dualisme), dan kenyataan yang terbentuk dari berbagai  kenyataan (pluralisme)
b.     Humanologi-realisme; Hakekat manusia terletak pada apa yang dapat dikerjakan. Jiwa merupakan sebuah organisme kompleks yang mempunyai kemampuan berpikir.
c.      Epistemologi-realisme; Kenyataan hadir dengan sendirinya tidak tergantung pada pengetahuan dan gagasan manusia, dan kenyataan dapat diketahui oleh pikiran. Pengetahuan dapat diperoleh melalui penginderaan. Kebenaran pengetahuan dapat dibuktikan dengan  memeriksa kesesuaiannya dengan fakta.
d.     Aksiologi-realisme; Tingkah laku manusia diatur oleh hukum-hukum alam yang diperoleh melalui ilmu, dan pada taraf yang lebih rendah diatur oleh kebiasaan-kebiasaan atau adat-istiadat yang telah teruji dalam kehidupan.




2.2.3 Realisme yang berlandaskan ilmu pengetahuan
 Dunia ibaratakan seperti mesin yang tidak terjadi secara kebetulan, akan tetapi sengaja dibuat. manusialah yang merupaka pengamatnya. Apabila pengamatannya berguna, bernilai dan bertjuan maka dapat dikatakan sebagai ilmuan. Dan kerteraturan dapat dilihat, adanya perubahan kimiawi dan dapat di ungkapkan dengan tegas maka dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan telah dapat menyingkapkan suatu penemuan ilmu yang baru. Dalam masalah manusia adanya hukum berlaku, dalm maslah etika adanya hukum moral dan naturalism masih merupakan kandungan dari realisme
Lebih lanjut pandangan aliran realisme sebagai berikut :
a.      Objek (dunia) luar ini adalh nyata pada sendirinya dan untuk adanya itu tidak tergantung dari macam jiwa apapun.
b.     Benda atau sesuatu hal adalah berbeda dengan jiwa yang mengetahuinya. Jadi ada perbedaan antara benda yang sesungguhnya dengan benda yang nampak dihadapan munusia.
c.      Benda yang sesungguhnya baru dapat diketahui dengan cara-cara langsung atau tidak langsung melalui penelitian.
d.     Ide mengetahui sesuatu benda atau hal, baru dapat merupakan kenyataan yang sesungguhnya, bila ide tersebut merupakan pengetahuan yang tepat.
e.      Bahwa pengetahuan mengenai sesuatu dan kenyataan mengenai sesuatu itu hasil pertemuan antara jiwa dan benda.
Dalam realisme ada dua macam yang berkembang yaitu New Realisme dan Realisme Kritik. New Realisme berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui sesuatu sabagaimana ia Nampak oleh indera- indera, jadi pengalaman merupakan factor yang penting. Sedangkan Realisme Kritik berpendapat bila suatu sesuatu itu dapat diketahui dengan cepat dan betul sebagaimana adanya, mengapa masih dapat timbul kesimpangsiuran, ilusi dari kenyataan. Untuk itu diajukan pendapat, bahwa untuk mengetahui kenyataan, setidaknya di dunia ini ada dua entitas, yaitu benda-benda materil dan keadaan jiwa atau ide. Cara kerja entitas ada tiga bagian meliputi :

·       Orang mengetahui
·       Objek yang menjadi sasaran untuk diketahui
·       Data indera sebagai dasar penyimpulan.
Dalam  sumber lain disebutkan bahwa realisme ada dua golongan utama, yaitu realism alam dan realism rasional. Realisme alam menolak adanya dunia spiritual dan mengatakan bahwa keberadaan dunia spiritual itu tidak dapat dibuktikan, sehingga hal itu secara filosofis menjadi tidak penting.   

2.2.4 Pengaruh realisme dalam pendidikan
Menurut realisme kemampuan dasar dalam proses kependidikan yang dialami lebih ditentukan perkembangannya oleh pendidikan atau lingkungan sekitar, karena empiris (pengalaman) pada hakikatnya yang membentuk manusia. Dalam hubungannya dengan pendidikan, pendidikan harus universal, seragam, dimulai sejak pendidikan yang paling rendah, dan merupakan suatu kewajiban. Pada tingkat pendidikan yang paling rendah, anak akan menerima jenis pendidikan yang sama. Pembawaan dan sifat manusia sama pada semua orang. Oleh karena itulah, metode, isi, dan proses pendidikan harus seragam. Namun, manusia tetap berbeda dalam derajatnya, di mana ia dapat mencapainya. Oleh karena itu, pada tingkatan pendidikan yang paling tinggi tidak boleh hanya ada satu jenis pendidikan, melainkan harus beraneka ragam jenis pendidikan. Inisiatif dalam pendidikan terletak pada pendidik bukan pada peserta didik.
 Materi atau bahan pelajaran yang baik adalah bahan pelajaran yang memberi kepuasan pada minat dan kebutuhan pada peserta didik. Namun, yang paling penting bagi pendidik adalah bagaimana memilih bahan pelajaran yang benar, bukan memberikan kepuasan terhadap minat dan kebutuhan pada peserta didik. Memberi kepuasan terhadap minat dan kebutuhan siswa hanyalah merupakan alat dalam mencapai tujuan pendidikan, atau merupakan strategi mengajar yang bermanfaat.

Pandangan realita terhadap tugas pengembangan kepribadian manusia adalah dipikul orang tua dan para guru pada tiap periode berlangsung, yaitu anak didik harus semakin bertambah kegiatan belajanya untuk mengahayati kehidupan dari kelompoknya serta mau menerima tanggung jawab yang wajar dalam kaitannya dengan kehidupan tersebut. Kaum realis menyatakan kebudayaan adalah tugas besar pertama dari pendidikan.  
Menurut Power (1982), implikasi filsafat pendidikan realisme adalah sebagai berikut: (1)
a.      Tujuan: penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial;.
b.      Kurikulum: komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna berisi pentahuan umum dan pengetahuan praktis
c.      Metode: Belajar tergantung pada pengalaman baik langsung atau tidak langsung. Metodenya harus logis dan psikologis. Metode pontiditioning (Stimulua-Respon) adalah metode pokok yang digunakan.
d.       Peran peserta didik adalah menguasai pengetahuan yang handal dapat dipercaya. Dalam hal disiplin,  peraturan yang baik adalah esensial dalam belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik
e.      Peranan pendidik adalah menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan dengan keras menuntut prestasi peserta didik.

2.2.5 Pendidikan realisme dalam PLS
prinsip-prinsip yang dikembangkan adalah sebagai berikut:
a.      tujuan program pendidikan PLS terfokus agar peserta didik dapat menyesuaikan diri secara tepat dalam hidup. Disamping itu, peserta didik diharapkan dapat melaksanakan tanggung jawab sosial dalam hidup bermasyaraka
b.       kurikulum komprehensif yang  berisi semua pengetahuan yang berguna dalam penyesuaian diri dalam hidup dan tanggung jawab sosial. Kurikulum berisi unsur-unsur pendidikan umum untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan pendidikan praktis untuk kepentingan bekerja.
c.      semua kegiatan belajar berdasarkan pengalaman baik langsung maupun tidak langsung. Metode mengajar hendaknya bersifat logis, bertahap dan berurutan. Pembiasaan (pengkondisian) merupakan sebuah metode pokok yang dapat dipergunakan dengan baik untuk mencapai tujuan pendidik
d.      Dalam hubungannnya dengan pengajaran, peranan peserta didik adalah penguasaan pengetahuan yang handal sehingga mampu mengikuti perkembangan Iptek. Dalam hubungannya dengan disiplin, tata cara yang baik sangat penting dalam belajar. Artinya belajar dilakukan secara terpola berdasarkan pada suatu pedoman. Peserta didik perlu mempunyai disiplin mental dan moral untuk setiap tingkat kebaikkan. Peranan pendidik adalah menguasai pengetahuan,  keterampilan teknik-teknik pendidikan dengan kewenangan untuk mencapai hasil pendidikan yang dibebankan kepadanya.





















BAB III
PENUTUP

3.1 kesimpulan
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang dan juga merupakan sebagai sutau sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. 
Begitu juga dalam pendidikan, manusi butuh akan pendidikan untuk aktualisasi menuju kehidupan yang bahagia. Dalam pendidikan banyak hal yang harus di perhatikan, dan membutuhkan telaahan dari filsafat. Dalam filsafat pendidikan digunakan berbagai aliran yang pertama yaitu idealisme yang menekankan pada upaya pengembangan bakat dan kemampuan peserta didik sebagai aktualisasi potensi yang dimilikinya. Kegiatan belajar terpusat pada peserta didik yang dikondisikan oleh tenaga pendidik. Dan yang kedua aliran filsafat realisme menekankan pada pembentukan peserta didik agar mampu melaksanakan tanggung jawab sosial dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Untuk mencapainya diperlukan pendidikan yang ketat dan sistematis dengan dukungan kurikulum yang komprehensif dan kegiatan belajar yang teratur di bawah arahan oleh tenaga pendidik.keduanya tidak perlu dipertentangkan, tetapi dapat dipilih atau dipadukan untuk menemukan aliran yang sesuai dalam melandasi teori dan praktek pendidikan untuk mencapai tujuannya. Dengan kata lain idealisme ataupun realisme pendidikan dapat diterapkan tergantung konteks dan kontennya.
3.2 Saran
Untuk selanjutnya diperlukan upaya untuk memilih mana yang sesuai atau memadukan konsep, prinsip serta pendekatan aliran-aliran tersebut pada kerangka konseptual pendidikan. Dalam hal pendidikan diharapkan dapat menuangkan landasan filosofis dari setiap aliran filsafat dalam semua keputusan serta proses pendidikan. Sesuai tuntutan profesionalisme, praktisi pendidikan harus memahami landasan filosofis pendidikan yang berpadu dengan ilmu pendidikan untuk mengembangkan teori dan praktek pendiikan. Disamping idealisme dan realisme masih terdapat banyak aliran filsafat lainnya yang melandasi teori pendidikan, yang perlu dipadukan lagi yang implmentasinya kepada pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, amsal. 2009. Studi filsafat pendidikan. Banda aceh: yayasan pena
Mudyaharjo, redja. 2006. Pengantar pendidikan. Jakarta: PT. Raja grapindo persada.
Suhartono, suparlan. 2005. Sejarah pemikiran dan filsafatmodern. Yogyakarta: ar-ruzzi
Achmadi, asmoro. 2003. Filsafat umum. Jakarta: PT. Raja grapindo persada
Praja, juhaya. 2003. Aliran filsafat dan etika. Jakarta: prenda media
Sadulloh, Uyoh. 2003.  Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: Alfabeta.
Soelaiman, darwis. Filsafat pendidikan barat. Darussalam: Syiah kuala university press


0 komentar:

Posting Komentar