KETIKA BANYAK TULISAN BELUM MAMPU MEMUASKAN SYAHWAT MEMBACAMU, MAKA MENULISLAH DENGAN JALAN FIKIRANMU

Jumat, 24 Mei 2013

BERPIKIR DAN INTELIGENSI SERTA KAITANNYA DENGAN PROSES PEMBELAJARAN


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Manusia yang dicipta oleh Tuhan sebagai Khalifah atau pemimpin di muka bumi ini mempunyai berbagai keistimewaan dan kelebihan dibandingkan dengan makhluk lain. Kelebihan dan keistimewaan ini ialah karena manusia dikaruniai akal. Akal fikiranlah yang membedakan secara kualitatif, di antara manusia dan hewan.
Berpikir marupakan suatu aktifitas akal dan rohani yang berlaku pada seseorang akibat adanya kecenderungan mengetahui dan mengalami. Manusia diberi daya kognitif yang membolehkannya berpikir. Manusia juga diberi daya efektif yang membolehkan emosi, perasaan dan kerja hati hubungan dengan aday kognitif. Oleh sebab itu, lahir pemikiran. Pemikiran yang berkembang dapat memberi dasar kepada lahirnya ilmu.
Akal atau pikiran adalah sumber ilmu intelektual yang menghasilkan transfer knowledge dan transfer velue melalui proses pemikiran melalui akal. Kemampuan menggunakan buah pikiran yang baik dan berguna inilah yang mengangkat derajat keinsanan manusia dibanding hewan. Jadi, berpikir adalah sesuatu yang menjadi tuntutan dan seharusnya dilakukan oleh manusia dalam setiap aktivitas dan tindak tanduk yang dilakukan.

B.    Tujuan
Adapun makalah ini dibuat dengan tujuan, antara lain :
1.     Mengetahui pengertian berpikir dan inteligensi
2.     Mengetahui bentuk dan macam berpikir dan inteligensi
3.     Mengetahui hubungan dengan proses pembelajaran

C.    Sasaran
Adapun sasaran makalah ini, yaitu :
1.     Mahasiswa
2.     siswa




BAB II
PEMBAHASAN
A.    BERPIKIR
1.     Pengertian berpikir
Dalam arti yang terbatas berpikir itu tidak dapat didefenisikan. Tiap kegiatan jiwa yang menggunakan kata-kata dan pengertian selalu mengandung hal berpikir.
Berpikir adalah satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Kita untuk menemukan pemahaman/pengertian yang kita kehendaki.
2.     Pendapat para ahli tentang berpikir
Menurut beberapa pakar dalam bidang  psikologi menyatakan bahwa berpikir adalah sebagai berikut:
a.      Menurut Beyer (1984), berpikir adalah upaya manusia untuk membentuk konsep, memberi sebab atau membuat penentuan.
b.     Menurut Fraenkel ( 1980), berpikir merupakan pembentukan pengalaman dan penyusunan keterangan dalam bentuk tertentu.
c.      Menurut Mayer ( 1977), berpendapat bahwa berpikir melibatkan pengelolaan operasional mental tertentu yang berlaku dalam pikiran atau sistem kognitif seseorang yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah.
d.     Menurut Dewey (1910), Kemampuan berpikir adalah manipestasi pemikiran reflektif ia termasuklah penangguhan penilaian,mengekalkan pemikiran skeptik yang sehat dan mengamalkan pemikiran terbuka.
e.      Menurut Moore dan Parker (1986), menyatakan bahwa berpikir adalah keyakinan berlandaskan tindakan yang cermat dan disengajakan dalam menerima, menolak, atau menagguhkan suatu keputusan berhubungan dengan suatu dakwaan ( claims).
f.      Sementara Meyer (1987), mendefenisikan kemampuan berpikir sebagai  “ upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk membuat generalisasi, mengendalikan dan mengandaikan kemungkinan-kemungkinan yang berbagai, dan juga menangguhkan keputusan.


3.     Macam-macam cara berpikir
a.      Berpikir dengan pengalaman ( routine thinking )
Dalam bentuk berpikir ini kita banyak giat menghimpun berbagai pengalaman, dari berbagai pengalaman pemecahan masalah yang kita hadapi kadang-kadang satu pengalaman dipercayaatau dilengkapi oleh pengalaman-pengalaman yang lain.
b.     Berpikir representatif.
Dengan berpikir representatif,kita sangat bergantung pada ingatan-ingatan dan tangggapansaja.Tanggapan-tanggapan dan ingatan-ingatan tersebut kita gunakan untuk memecahkanmasalah yang kita hadapi.
c.       Berpikir kreatif.
Dengan berpikir kreatif,kita dapat menghasilkan sesuatu yang baru,menghasilkan penemuan-penemuan yang baru,tetapi berpikir untuk menghasilkan sesuattu dengan mengunakan metode-metode yang telah dikenal maka dikatakan berpikir produktif.
d.      Berpikir reproduktif.
Dengan berpikir ini,kita tidak mneghasilkan sesuatu yang baru,tetapi hanya sekedar memikirkankembali dan mencocokkan dengan sesuatu yang telah dipikirkan sebelumnya.
e.      Berpikir rasional.
Untuk menghadapi suatu situasi dan memecahkan masalah digunakan cara-cara berpikir logis.Untuk berpikir tidak hanya sekedar mengumpulkan pengalaman dan membandingkan hasil berpikir yang telah ada,melainkan dengan keaktifan akal kita memecahkan masalah.

4.     Tingkat-tingkat berpikir.
a.      Berpikir kongkret.
Dalam tingkatan ini kegiatan berpikir masih memerlukan situasi-situasi yangnyata/kongkrit.Tingkat berpikir ini pada umumnya dimilki oleh anak-anak kecil. Konsekuensidedaktif pelajaran hendaknya disajikan dengan peragaan langsung.
b.      Berpikir skematis.
Dalam berpikir ini memecahkan suatu masalah dibantu dengan penyajian bahan-bahan,skema-skema,coret-coret,diagram,simbol dan sebagainya.
c.      Berpikir abstrak. 
Kita berhadapan dengan situasi dan masalah yang tidak berujud.Akal pikiran kita bergerak  bebas dalam alam abstrak.Baik situasi-situasi nyata maupun bagan-bagan/simbol-simbol/gambar-gambar stematis tidak membantunya.Gejala pikiran tidak berdiri sendiri,melainkantanggapan,ingatan membantunya.Tingkat ini dikatakan tingkat berpikir yang tertinggi.Biasanyakemampuan berpikir abstrak ini dimiliki oleh orang dewasa.

5.     Gaya Berpikir Pendidik Dan Peserta Didik Dalam Pembelajaran
Menurut Sternberg (1997) gaya berfikir adalah kecenderungan atau cara seseorang menggunakan intelektuallitasnya untuk mendapatkan kebahagiaan apabila menghadapi suatu situasi atau melakukan suatu pekerjaan. Adapun gaya berfikir menurut Strenberg (1997) adalah:
a.      Dimensi fungsi
1)     gaya berfikir legeslatif, merupakan gaya berfikir individu bebas menentukan sesuatu yang berstruktur
2)     gaya berfikir eksekutif, merupakan stail berfikir individu yang suka ikut panduan dan suka kepada yang berstruktur
3)     gaya berfikir judisil, merupakan gaya berfikir individu yang suka menilai sesuatu terhadap sesuatu situasi atau benda.

b.     Dimensi bentuk
1)     gaya berfikir monarki, merupakan gaya berfikir individu yang terlalu fokos dalam melakukan suatu kerja dengan menggunakan sumber tenaga yang ada.
2)     gaya berfikir hirarki, merupakan gaya berfikir individu yang suka melakukan banyak kerja tetapi tau memilih prioriti,jumlah massa dan tenaga yang hendak diperlukan
3)     gaya berfikir oligarki, merupakan gaya berfikir individu yang boleh melakukan banyak kerja tetapi tidak bisa memilih prioriti
4)     berfikir anarki,merupakan gaya berfikir individu yang suka menyelesaikan masalah dengan menggunakan cara rawak serta tidak suka menyelesaikan masalah dengan peraturan ataupun sistem
c.      gaya  berfikir dimensi tahap
1)     gaya berfikir global merupakan stail berfikir individu yang suka pada isi yang menyeluruh,abstrak dan gambaran besar
2)     gaya berfikir lokal, yaitu suatu stail berfikir yang mendalam, spesifik dan kongkrit
d.      gaya berfikir dimensi skop
1)     gaya berfikir internal,merupakan gaya berfikir individu yang introper, berorientasikan pada tugas dan lebih cenderung mandiri
2)     gaya berfikir eksternal,merupakan gaya berfikir individu yang ekstroper dan suka bekerja sama dengan orang lain
e.      gaya berfikir dimensi kecondongan
1)     gaya berfikir liberal, merupakan gaya berfikir individu yang suka melakukan sesuatu dengan cara yang baru karena ingin mengubah kekuasaan
2)     gaya berfikir konservatif, merupakan gaya berfikir yang suka ikut prosedur dan mencoba menegakkan sesuatu yang kurang jelas.

B.    INTELIGENSI
1.     Pengertian Inteligensi
Perkataan inteligensi berasal dari kata intelligere yang berati menghubungkan atau menyatukan satu sama lain. Intelegensi di bagi menjadi dua, yaitu :
a.      Intelek : (pikiran ), dengan intelek orang dapat menimbang, menguraikan, menghubung-hubungkan pengrtian satu dengan yang lain dan menarik kesimpulan.
b.     Inteligensi : ( kecerdasan pikiran ), dengan inteligensi fungsi pikir dapat digunakan dengancepat dan tepat untuk mengatasi suatu situasi/untuk memecahkan suatu masalah. Jadi inteligensiadalah situasi kecerdasan pikir,sifat-sifat perbuatan cerdas ( intelegen ).
 
Menurut Stern, inteligensi ialah daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan menggunakan alat- alat berpikir menurut tujuannya. Disini terlihat bahwa Stern menitik beratkan pada soal penyesuaian diri (adjustment) terhadap masalah yang dihadapi. Dengan demikian, orang yang memiliki inteligensi tinggi (orang cerdas) akan lebih cepat menyesuaikan diri dengan masalah baru yang dihadapinya, bila dibandingkan dengan orang yang tidak cerdas.
Inteligensi ialah kemampuan yang dibawa sejak lahir yang kemungkinannya seseorang berbuat seseatu dengan cara yang tertentu.
2.     Perkembangan Inteligensi
Bidang genetika dan perilaku mengkombinasikan metode genetika dan sikologi untuk mempelajari karakteristik prilaku tuntutan. Adapun tahap- tahap perkembangan adalah:
a.      Tahap sensorik- motorik (0-2 thn), bayi boleh menampilkan perilaku reflektif, dengan melibatkan perilaku yang inteligensi. Dengan demikian, kematangan seseorang terjadi dari interaksi sosial dengan lingkungan (asilimasi dan akomodasi).
b.     Tahap berpikir praoperasional (2-7 thn), prilaku intelektual bergerak dari tingkat sensorik motorik menuju tingkat konseptual. Pada tahap ini terjadi perkembangan yang cepat dari keterampilan representasional termasuk didalamnya kemampuan berbahasa yang menyertai perkembangan konseptual secara cepat dari proses ini. Perkembangan bahasa lisan tidak berguna untuk mengembangkan proses beripikir. Pikiran yang dimiliki anak masih bersifat egosentris, dan belum mampu untuk mengembangkan untuk hal lain. Mereka yakin bahwa apa yang mereka pikirkan adalah benar.
c.      Tahap berpikir operasional konkret (7-11thn), berkembang dengan menggunakan pikiran logis. Anak-anak dapat memecahkan masalah konserpasi dan masalah yang konkret. Selama tahun tersebut, operasi secara logis dan terus berkembang. Anak-anak dapat berpikiris tapi belum secara logis tapi belum mampu menerapkan secara logis masalah hipotetik dan abstrak. Perkembangan efektif utama selama tahap operasional konkret adalah konserpasi perasaan.
d.     Tahap berpikir operasional formal (11-15thn), struktur kognitif menjadi matang secara kualitas, anak mulai dapat mengoperasionalkan secara komkret umtuk semua masalah yang di hadapi dalam kelas. Anak dapat menerapkan berpikir logis dari masalah hipotetis yang berkaitan dengan masalah yang akan datang. Anak-anak dengan operasi formal dapat beroperasi dengan logika dari kebebasan argumen dan isinya. Secara logis benar-benar disediakan kepada anak sebagai alat berpikir selama masa ini ditandai oleh egosentris.

3.     Teori-Teori Inteligensi
a.      Teori Faktor ( Charles Spearman )
Teori faktor berusaha mendekskripsikan struktur inteligensi yang terdiri atas dua faktor utama yaitu faktor “g” (general) yang mencakup semua kegiatan inteltual yang dimiliki oleh setiap individu dalam derajat tertentu. Dan faktor “s” ( spesifik) yang mencakup faktor khusus yang relevan dengan tugas tertentu. Antara kedua faktor ini selalu tumpang tindih.
b.     Teori Struktur Inteligensi  (Guilford)
Menurut Guilford strutur kemampuan intelektual terdiri atas 150 kemampuan dan memiliki tiga parameter yaitu operasi,produk, dan konten. Parameter operasi terdiri atas evaluasi, produksi, konvergen, produksi divergen, memori dan kognisi. Parameter produk terdiri atas unit, kelas, relasi, sistem, tranformasi, dan implikasi. Parameter konten terdiri atas figurasi, simbolis, semantik, dan perilaku.
c.      Teori Multiple Intellingence (Gerdner)
Menuerut Gardner, inteligensi manusia memilki tujuh dimensi yang semiotonom, yaitu linguistik, muasik, matematik logis, visual special, kinestetik fisik, sosial interpersonal, dan intrapersonal. Setiap dimensi tersebut, merukan kompetensi yang eksistensinya berdiri sendiri dalam sistem neuron. Artinya, memiliki organisasi neurologisI yang berdiri sendiri dan bukan hanya terbatas kepada yang bersifat intelektual.
d.     Teori Uni Factor (Wilhelm Stren)
Menurut teori ini, inteligensi merupakan kapasitas atau kemampuan umum. Oleh karena itu, cara kerja inteligensi juga bersifat umum. Reaksi atau tindakan seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau dalam menyelesaikan masalah, bersifat umum pula yang timbul akibat belajar.
e.      Teori Multifactor (E.L Thorndike)
Menurut teori ini, inteligensi terdiri atas bentuk hubungan neural antara stimulus dengan respon. Hubungan neurol  khusus inilah yang mengarahkan  tingkah laku individu. Manusia diperkirakan memiliki tiga belas miliar urat saraf, sehingga memungkinkan adanya hubungan neural yang banyak sekali.
f.      Teori Primary Mentalability (Thurstone)
Menurut teori ini, membagi kemampuan primer menjadi kemampuan nimerical/matematis, verbal atau bahasa, abstraksi, berupa visualisasi atau berpikir, membuat keputusan, induktif maupun deduktif, mengenal atau memahami dan mengingat.
4.     Ciri-Ciri Perbuatan Inteligensi
Suatu perbuatan dapat dianggap inteligen bila memenuhi syarat antara lain :
a.      Masalah yang dihadapi banyak sedikitnya merupakan masalah yang baru bagi yang bersangkutan.
b.     Perbuatan inteligen sifatnya serasi tujuan dan ekonomis. Untuk mencapai tujuan yang hendak diselesaikannya, dicarinya jalan yang dapat menghemat waktu maupun tenaga.
c.      Masalah yang dihadapi, harus mengandung suatu tingkat kesulitan bagi yang bersangkutan. Ada suatu masalah yang bagi orang dewasa mudah memecahkan/menjawabnya, hampir tiada berpikir, sedang bagi anak-anak harus dijawabnya dengan otak, tetapi dapat. Jawaban anak itu inteligen.
d.     Keterangan pemecahannya harus dapat diterima oleh masyarakat. Misalnya ketika anda sedang lapar, apa yang akan dilakukan? Mencuri bukanlah suatu jawaban yang inteligen.
e.      Dalam berbuat inteligen seringkali menggunakan daya mengabstraki. Pada waktu berpikir, tanggapan-tanggapan dan ingatan-ingatan yang tidak perlu harus disingkirkan.
f.      Perbuatan inteligen bercirikan kecepatan. Proses relatif cepat, sesuai dengan masalah yang dihadapi.
g.     Membutuhkan pemusatan perhatian dan menghindarkan perasaan yang mengganggu jalannya pemecahan masalah yang dihadapi.  

5.     Macam-Macam Inteligensi
a.      Inteligensi terikat dan inteligensi bebas
Inteligensi terikat adalah inteligensi suatu makhluk yang bekerja dalam situasi-situasi pada lapangan pengamatan yang berhubungan langsung dengan kebutuhan vital yang harus segera dipuaskan. Inteligensi bebas adalah manusia yang berbuadaya da berbahasa, yang selalu mengadakan perubahan-perubahan untuk mencapai suatu tujuan.
b.     Inteligensi menciptakan dan meniru
Inteligensi menciptakan adalah kesanggupan menciptakan tujuan baru dan mencari alat yang sesuai guna mencapai tujuan. Inteligensi meniru adalah, kemmpuan menggunakan dan mengikuti pikiran atau hasil penemuan orang lain, baik yang dibuat, yang diucapkan maupun yang ditulis.
6.     Faktor-Faktor Inteligensi
Inteligensi orang satu dengan yang lain cenderung berbeda-beda. Hal ini karena adanya faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain :
a.      Faktor pembawaan, pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang bawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah. Oleh karena itu, di dalam kelas dapat dijumpai anak-anak yang bodoh, agak pintar dan pintar sekali, meskipun mereka mendapatkan pelajaran dan pelatihan yang sama.
b.     Faktor kematangan, tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat dikata telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila anak-anak belum mampu mengerjakan soal-soal matematika di kelas empat sekolah dasar, karena soal-soal itu masih terlalu sukar bagi anak.
c.      Faktor pembentukan, pembentukan adalah  segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan inteligensi. Ada pembentukan yang sengajanya seperti, sekolah dan pembentukan yang tidak disengaja, seperti pengaruh dari alam.
d.     Faktor minat dan pembawaan yang Khas, minat yang mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Adanya motif dan motivasi untuk berbuat lebih baik.
e.      Faktor kebebasan, kebebasan berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Selain itu, bebas memilih metode dan memilih maslah sesuai dengan kebutuhannya.

C.    BERPIKIR DAN INTELIGENSI KAITANNYA DENGAN PROSES PEMBELAJARAN

1.     Kemampuan berpikir sangat besar pengaruhnya bagi kehidupan manusia, tetapi karena manusia tidak hanya mempunyai kemampuan pikir saja maka dalam pendidikan tidak dibenarkan kalau hanya memperhatikan perkembangan dan kecerdasan pikir semata. Hal ini menimbulkan pendidikan yang berat sebelah, yakni pendidikan yang intelektualistis yang alirannya mengagung-agungkan kemampuan pikir.
2.     Daya pikir akan dapat bekerja lebih baik kalau fungsi-fungsi jiwa ikut membantu, maka untuk mencapai pendidikan yang harmonis segala fungsi jiwa tidak dapat diabaikan
3.     Kemampuan berpikir tumbuh bertingkat-tingkat, dari tingkat konkret ke tingkat abstrak, pendidikan dan pengajaran hendaknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan pikiran.
4.     Daya pikir dapat berubah dan meningkat kualitasnya, begitu juga inteligensi manusia dapat dikembangkan dan diselidiki tetapi kecerdasaan memiliki batasan-batasan.




BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berpikir adalah daya yang paling utama dan merupakan ciri yang khas yang membedakan manusia dengan hewan. Manusia dapat berpikir karena manusia mempunyai bahasa sementara hewan tidak. Menurut Beyer (1984), berpikir adalah upaya manusia untuk membentuk konsep, memberi sebab atau membuat penentuan.
Macam-macam berpikir, yaitu : 1). Berpikir dengan pengalaman ( routine thinking ), 2).Berpikir representatif, 3). Berpikir kreatif, 4).  Berpikir reproduktif, 5). Berpikir rasional.
Menurut Stern, inteligensi ialah daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan menggunakan alat- alat berpikir menurut tujuannya.
Macam-macam inteligensi 1. Inteligensi terikat dan inteligensi bebas, 2. Inteligensi menciptakan dan meniru.
Kecerdasan tidak mungkin tumbuh melampui batas yang ditentukan oleh bakat. Pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan dibatasi adanya kematangan. Jadi, usaha meningkatkan kemampuan berpikir tidak dipaksakan kalau memang bakat tidak mengizinkan, kalau kematangan untuk suatu tugas berpikir itu belum matang.

  


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. H. Drs. 2009. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Djaali. H. Dr. Prof. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Purwanto, M. Ngalim. Drs. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya






















0 komentar:

Posting Komentar